Kucuran kredit berdenominasi valuta asing meningkat 14,75% pada Juli 2015 ini.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Berdasarkan Statistik Perbankan IndoneÂsia, kredit valas perÂbankan mencapai Rp 651,9 triliun per Juli 2015 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp 568,1 triliun.
Pertumbuhan ini jauh lebih kencang ketimbang penyaluÂran kredit bermata uang ruÂpiah yang hanya tercatat tumÂbuh 8,71%, yaitu dari Rp 2.926 triliun pada Juli 2014 menjadi sekitar Rp 3.181 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Ironisnya, kenaikan kredit valas ini bukan lantaran permintaan kreditnya yang tinggi, melainkan karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga, apabila dikonversikan ke rupiÂah, seolah-seolah nilai kredit valas melesat.
Di PT Bank OCBC NISP Tbk, misalnya, sampai periÂode Agustus 2015 ini, kredit valas perseroan setelah dikonÂversikan ke rupiah melejit 31% secara tahunan.
“Tetapi, dalam dollar AS meningkat 9% secara tahuÂnan,†ujar Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP, Minggu (4/10/2015).
Namun demikian, OCBC NISP tidak terlalu khawatir kenaikan kredit valas terseÂbut akan berdampak pada peningkatan rasio kredit berÂmasalah alias nonperforming loan/NPL.
Pasalnya, perseroan sudah menyiapkan kuda-kuda sebeÂlum melepas kredit valas ke nasabah.
“Penyaluran kredit valas kami berusaha imbangi denÂgan pemasukan valas, sehingÂga kesenjangan nilai tukar daÂpat diminimalisir. Jadi, ketika rupiah melemah, tidak terjadi risiko yang berlebihan,†imÂbuh dia.
Tidak hanya itu, Parwati menambahkan, pada saat pelemahan rupiah terus terÂjadi seperti saat ini, pihaknya bisa meredam laju kredit berÂmasalah dengan menggunaÂkan produk treasury sebagai upaya pengurangan kesenÂjangan nilai tukar dan untuk mengurangi risiko pasar.
Adapun, dari sisi NPL, OCBC membukukan rasio kredit bermasalah pada level 1,3% per Juli 2015.
Perseroan memprediksi, apabila rupiah tembus hingga Rp 15.250 per dollar AS denÂgan inflasi di kisaran 10%, NPL diperkirakan akan naik tiga kali lipat dari posisi saat ini menjadi sekitar 3,6%.