PRAKTIK jual beli kunci jawaban saat berlangsungnya Ujian Nasional (UN) masih terjadi disejumlah kota, salah satunya Kota Bogor.
Oleh : YUSKA APITYA AJI
[email protected]
Berdasarkan lapoÂran yang diterima Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang memÂbuka Posko Pengaduan UN, terdapat lima laporan tentang peredaran jual beli kunci jawaÂban UN.
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti menÂgungkapkan, di hari pertama UN, Posko UN FSGI menerima total 19 laporan yang berasal dari Jakarta, Surabaya, Bogor, TanÂjung Redeb (Berau), Kota Palu, Mamuju, Kota Medan, Lampung dan Pekalongan.
Dari 19 laporan tersebut, 5 di antaranya berkaitan dengan masih maraknya jual beli kunci jawaban. â€Fenomena ini terjadi karena nilai UN masih dijadikan penentu ke jenjang yang lebih tinggi oleh Kemendikbud. SeÂtiap anak dan orangtua masih menginginkan bisa diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit,†ujarnya kemarin.
Ketua Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta, Heru Purnomo menambahkan, jual beli kunci jawaban masih ditemukan pada UN 2016 ini. Kalangan siswa pun mudah memperolehnya dengan cara membeli secara patungan.
Seperti contohnya di CimaÂhi, untuk memperoleh kunci jawaban setiap siswa dibebankÂan Rp20.000, di Jakarta setiap siswa Rp150.000 dan di Pare- Pare sebesar Rp300.000.
Kabalitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno mengatakan, tidak dapat dipungkiri kejadian seperti itu masih marak terjadi disejumlah Kota.
Dia mengak masih ditemuÂkannya pengaduan dan kendÂala di Posko UN Kemendikbud. Hanya saja, ungkapnya, kunci jawaban yang beredar peserta UN tidak begitu tertarik.
â€Kami temukan saat meÂninjau anak-anak mengadu ditawarkan kunci jawaban denÂgan harga hingga Rp. 170 ribu, tapi anak-anak tidak tertarik,†pungkasnya.