Untitled-15MALANG, TODAY —  Pesawat latih milik TNI Angkatan Udara (AU) jenis Super Tucano pabri­kan Brasil jatuh di Jalan LA Sucip­to Gang 12, Kelurahan Blimbing, Kota Malang, Rabu (10/2/2015) pagi sekitar pukul 10:00.

Pesawat jatuh di area permu­kiman padat penduduk. Empat orang dinyatakan meninggal du­nia, diantaranya pilot pesawat, Mayor Pnb Ivy Safatilah; teknisi pesawat merangkap co-pilot, Syaiful dan dua warga sipil yakni Erma Wa­hyuningtyas, dan seorang anak kos, Nurkholis.

Data dihimpun menyebutkan, pesawat sempat terbang sekitar satu jam di wilayah udara Malang Raya. Ini adalah uji terbang atau test flight setelah pemeliharaan pesawat terse­but yang telah menempuh 300 jam terbang. Pesawat berputar-putar di angkasa dengan bunyi mesin me­raung-raung. Kemudian, sekitar pu­kul 10.40 WIB, pesawat menukik ke bumi dan jatuh ke pemukiman padat penduduk. Pesawat menimpa satu rumah warga milik Pujianto.

“Sebelum jatuh, pesawat sempat meraung-raung, berputar-putar, lalu menukik dan jatuh ke bumi,” kata Ananda, salah seorang saksi mata yang tinggal di sekitar lokasi kejadi­an, Rabu (10/2/2016).

Jasad pilot pesawat Super Tu­cano Mayor Pnb Ivy Safatilah sem­pat dinyatakan hilang. Jasad baru ditemukan setelah pencarian selama dua jam dan ditemukan di daerah Singosari, berjarak 13 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat. Diketahui, Ivy sempat berusaha terjun menggu­nakan parasut. Nahas, nyawanya juga tak terselamatkan.

“Pilotnya ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia, di wilayah Singosari, Kabupaten Malang. Jaraknya 13 kilometer dari lo­kasi jatuhnya pesawat,” ujar Kapolres Kabupaten Malang, AKBP Yudo Nu­groho, Rabu (10/2/2016).

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna memberi penjelasan mengenai kor­ban tewas Super Tucano yang jatuh di Blimbing, Malang. “Ada empat orang, pilot, teknisi, dan dua warga,” kata Agus di Malang, Rabu (10/2/2016).

TNI AU juga berencana membeli rumah warga yang tertimpa Super Tucano di Blimbing, Malang. Rumah milik Mujianto itu memang rusak. Istri Mujianto, Erma Wahyuningtyas dan penyewa kos, Nurkholis juga meninggal. “Kami rencananya akan membeli rumah itu, nanti akan kami jadikan monumen,” jelasnya.

BACA JUGA :  Daftar Pebulu Tangkis Indonesia di Spain Masters 2024, Berikut Hasil Drawing

Rumah Mujianto juga akan di­bongkar, pemilik rumah sudah setu­ju. Rumah itu dibongkar sekaligus un­tuk memudahkan evakuasi pesawat. Di kokpit pesawat masih ada jasad teknisi Saiful. “Kami akan bongkar rumah dahulu untuk mengevakuasi pesawat,” jelas Agus. TNI AU juga me­nyatakan bahwa jam terbang Mayor (Penerbang) Ivy Safatilla, cukup baik.

Marsekal Agus mengatakan, Mayor Ivy sudah memiliki jam terbang cukup banyak bersama Super Tucano. Bah­kan, Ivy menjadi salah satu crew yang pernah bersekolah langsung ke negara asal pesawat tersebut. Ivy juga memi­liki julukan ‘Tiger Shark’. “Pilot cukup bagus jam terbang banyak, dan pernah ikut sekolah di Tucano,” kata dia.

Mayor Ivy ditemukan tewas jauh dari lokasi pesawat jatuh. Sebelum­nya, Ivy berhasil lolos dengan me­manfaatkan kursi lontar pesawat hingga meninggalkan Sersan Mayor Saifullah teknisi juru mesin bersama Super Tucano di udara. “Untuk pe­nyebab pastinya kami mohon waktu untuk tim yang sudah dibentuk untuk menyelidiki. Tim dipimpin Marsekal Chairil Anwar ini bekerja dan terus sampai semua bangkai pesawat ber­hasil dievakuasi. Kami juga mencari video recorder dalam pesawat terse­but,” katanya.

Ditambahkan, proses evakuasi memang mengalami kesulitan, kare­na pesawat dalam posisi jatuh me­nukik ke dalam tanah sehingga hanya tertinggal bagian ekor saja. “Melihat itu, mesin pesawat hidup berarti. Pesawat jatuh seperti mengebor ke dalam tanah. Itu yang terjadi di lokasi jatuhnya pesawat,” tambah KSAU.

Pihak TNI AU juga terpaksa mengh­entikan seluruh operasi atau test flight menggunakan pesawat Super Tucano sampai proses penyelidikan selesai.

Semua Pesawat Dievaluasi

Terpisah, Menteri Pertahanan Ry­amizard Ryacudu menegaskan tetap akan meneruskan proses pemesanan pesawat Super Tucano dari Brasil, meskipun pagi ini salah satu pesawat Tucano yang dipunyai TNI AU men­galami kecelakaan. Menhan berala­san, dari 650 unit pesawat Super Tucano yang sudah diproduksi baru satu yang mengalami kecelakaan. “Ini pesawat baru, 2012, baru 4 tahun. Pembuatan baru juga, tahun 2003. Jadi enggak ada masalah ini sudah memproduksi 650. Laku lah enggak cuma di Indonesia. Ini (kecelakaan) baru pertama kali. Yang (buatan) Korea itu tiga kan (yang kecelakaan), yang di Malaysia 2 dan waktu itu 1 (di Yogya),” katanya di Istana Negara, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (10/2/2016).

BACA JUGA :  Turunkan Berat Badan dengan Air Lemon, Ini Dia 3 Cara Membuatnya

“Kita enggak tahu (penyebabnya) dan enggak mau terburu-buru dike­jar waktu susah juga. Paling tidak pesawat itu tidak terlalu rumitlah. Diharapkan cepatlah, jadi kalau nanti lama-lama banyak lagi kegiatan lain. Pesawat kan tidak terlalu rumit. Satu atau dua bulan kenapa enggak,” jelas Ryamizard. “Maka lihat dulu, kalau karena mesin harus dibongkar, ka­lau karena orang atau angin berarti orangnya diperbaiki,” tegasnya.

Soal ini, Sekretaris Kabinet (Sesk­ab), Pramono Anung, meminta TNI Angkatan Udara mengevaluasi selu­ruh pesawat mereka menyusul jatuh­nya Super Tucano di Malang, Jawa Timur. Evaluasi dinilai perlu segera dilakukan karena belum genap dua bulan lalu, jet tempur T-50i Golden Eagle TNI AU juga jatuh di Yogya­karta. “Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Perbaikan dalam proses latihan,” kata Pram, sapaan Pramono Anung, di Istana Negara, Jakarta.

Secara awam, kata Pram, penye­bab jatuhnya pesawat adalah karena faktor teknis atau kesalahan manusia. Jika memang kesalahaan ada pada pilot, Pram merasa agak sulit mem­percayainya. “Penerbang di Yogya­karta dan Malang adalah penerbang dari Akademi Angkatan Udara, arti­nya orang yang punya kemampuan mencukupi untuk menerbangkan pe­sawat,” ujar Pram.

Namun untuk memastikan penye­bab kecelakaan pesawat, dibutuhkan investigasi lebih lanjut. Sementara investigasi dilakukan, Pram meminta dalam waktu dekat ada evaluasi terha­dap seluruh pesawat milik TNI AU, teru­tama pesawat latih.

(Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================