Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bertekat menjadikan laut sebagai masa depan perekonomian Indonesia. Hal ini sangat masuk akal karena garis pantai Indonesia merupakan yang terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
‘’Potensi kelautan dan perikanan Indonesia sangat-sangat besar. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-2 di dunia setelah Kanada,’’ kata Susi dalam acara sosialisasi program pembiÂayaan nelayan Jangkau, Sinergi dan Guideline atau yang dikenal dengan nama Jaring, di Pantai SenÂdang Biru, Malang, Jawa Timur, JuÂmat (13/11/2015).
Ia mengatakan, dalam stuktur ekonomi nasional Indonesia, sekÂtor perikanan satu-satunya yang mencapai pertumbuhan 8,4%. Sehingga capaian ini harus terus ditingkatkan, karena potensi keÂlautan Indonesia sangat besar.
“Visi kita laut menjadi masa depan kita, ini sesuai sebab kita memiliki luas laut terpanjang kedua dunia, dengan 97.000 km, kita hanya setelah Kanada, luas 5,8 juta km2,†kata Susi.
Pertama, adalah fokus pada pemberantasan illegal fishing. Ia mengungkapkan illegal fishÂing berdampak buruk, periode 2003-2013, sektor kelautan dan perikanan Indonesia seperi hidup segan mati tak mau.
Jumlah nelayan berkurang dari 6,2 juta menjadi 600.000 orang. Sebanyak 115 eksportir gulung tikar, Indonesia kehilanÂgan USD 4-5 miliar. “Sekarang, semua sudah bergairah kemÂbali. Saya yakin para nelayan di Sendang Biru merasakan beÂberapa bulan ini hasilnya lebih tinggi dibandingkan tahun seÂbelumnya,†katanya.
Kedua, Susi ingin menjadiÂkan laut sebagai masa depan Indonesia, maka harus ada programkan berkelanjutan, baik program penangkapan dan budi daya. Ia menegasÂkan unsur keberlanjutan harus menjadi pertimbangan utama. Misalnya dengan menertibkan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom potas.
“Kalau tidak dilakukan, perÂbankan pun tidak mau memÂberikan pembiayaan, karena nanti ikan cepat habis, sehingÂga nelayan tidak bisa bayar lagi kreditnya,†katanya.
Ketiga, yaitu kemandirian pakan ikan. Selama ini IndoneÂsia masih impor pakan ikan dan harganya tinggi karena terkena dampak kurs dari pembelian bahan baku. Pihaknya sudah kumpulkan semua pabrik paÂkan untuk secara prorgresif menurunkan harga jual.
“Kalau tidak, saya bilang, saya sebagai ototritas, juga bisa mengimpor langsung. MeÂmakai Perindo untuk jatuhkan harga supaya pembudidaya dapat harga murah. Saya suÂdah ancam pabrik pakan,†kaÂtanya.
Keempat, pertumbuhan sumber Indonesia juga harus baik, dengan peningkatan anÂgka protein dengan konsumsi ikan oleh masyarakat. Susi mengungkapkan berdasarkan angka statistik 2014, 1 dari 3 anak Indonesia tumbuhnya pendek karena kurang proÂtein. “Itu sebuah tanda bahÂwa protein yang dikonsumsi berkurang,†katanya. (*)