Alhasil, Bupati Bogor Nurhayanti terus bekerja sendiri tanpa pendampÂing. Hal itu mendapat sorotan dari pengamat politik dari Universitas Ibn Khaldun Bogor, Fri Suhara.
Dengan lamanya proses peÂmilihan ini, dirinya menduga jika Nurhayanti telah nyaman menjalankÂan roda pemerintahan di Bumi Tegar Beriman seorang diri.
Menurutnya, jika Yanti memang ingin kursi F 2 terisi, dirinya harus mendesak agar koalisi segera mecariÂkannya pasangan.
“Kalau Bu Yanti mau punya pendamping, kan bisa saja mendeÂsak dewan untuk segera memilihkan wakil untuknya. Tapi yang saya lihat, beliau nyaman kok sendirian meÂmimpin Kabupaten Bogor,†kata Fri saat dihubungi via telpon selulernya.
Lebih lanjut, Fri menilai, jika Yanti merasa sanggup untuk menÂjalankan roda pemerintahan seorang diri, ia harus memaksimalkan peran para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di sekitarnya untuk membanÂtunya memimpin.
“Tapi kan alangkah baiknya jika ada wakil. Karena akan sangat memÂbantu dalam melaksanakan kegiatan di Kabupaten Bogor. Tapi sepertinya beliau nyaman sendiri,†pungkas Fri.
Sementara itu, Gabungan partai politik yang tergabung dalam Koalisi Kerahmatan belum juga menunjuÂkan untuk sepakat mengajukan dua nama cawabup.
Saat ditemui, Ketua koalisi KerahÂmatan Ade Munawaroh mengakui jika jajaran koalisi belum duduk bersama untuk membicarakan dua nama yang akan diajukan kepada buÂpati untuk kemudian dikembalikan lagi ke DPRD untuk dipilih.
“Sampai saat ini belum ada pemÂbicaraan di koalisi. Tatib memang sudah selesai. Tapi kan sekarang seÂdang dibawa ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk dikonÂsultasikan,†ujar politisi PPP ini, Rabu (2/9/2015).
Sebelumnya, Ketua DPRD KabuÂpaten Bogor, Ade Ruhandi mengungÂkapkan, tidak ada batas waktu pasca revisi tatib diselesaikan.
“Ada batas waktu itu setelah koÂalisi telah menetapkan dua nama cawabup. Kalau sudah disana baru ada batas waktu 30 hari dalam artian batas waktu untuk tim panitia pemilÂihan,†ujarnya.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected] (*)