Tren penguatan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tidak membuat nasabah tergiur mencairkan seluruh simpanan valuta asing (valas) di bank. Di kala rupiah terus anjlok, likuiditas valas perbankan justru kian longgar
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Data terbaru terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per Juni 2015, raÂsio likuiditas atawa perbandingan antara kredit valas terhadap dana pihak ketiga (DPK) valas sebeÂsar 83,27%. LevÂel ini melonggar dari posisi akhir tahun 2014 di level 90,65%. Beruntung, peleÂmahan rupiah tuÂrut disertai sepinya permintaan kredit vaÂlas.
Kartika Wirjoatmodjo, DiÂrektur Finance & Strategy Bank Mandiri mengatakan, likuiditas valas Bank Mandiri sudah tak lagi mengkhawatirkan. Dikatakannya, selain permintaan kredit valas yang menyusut saat kondisi rupiah melemah, aturan Bank Indonesia (BI) soal kewajiban tranÂsaksi dalam rupiah turut mengempisÂkan selera nasabah mengambil kredit vaÂlas.
Saat ini, rasio likuidiÂtas atau loan to deÂposit ratio (LDR) valas Bank ManÂdiri sebesar 62%. Prediksi Bank Mandiri, LDR valas berkisar d i level 60%- 6 2 % di akhir taÂhun. Proyeksi tersebut seirÂing dengan raÂmalan pertumÂbuhan single digit kredit valas atau di bawah 10%. “Bahkan ekses liÂkuiditas valas kami mencapai sekitar US$ 3,2 miliar,†tutur Kartika, akhir pekan lalu.
Lantaran kelebihan valas bank mengelola likuiditas agar tidak terbeban biaya dana. MisÂal, Bank Mandiri menempatkan dana US$ 2 miliar di obligasi dan US$ 1,2 miliar berupa kas.
Likuiditas valas Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank CenÂtral Asia (BCA) juga longgar. “LDR valas kami 58%. KelebiÂhan dana kami tempatkan di government bond, deposito berjangka BI, dan lainnya,†kata Haru Kusmahargyo, DirekÂtur Keuangan BRI.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA merinci, DPK vaÂlas BCA mencapai US$ 2,8 milÂiar dengan kredit valas US$ 1,5 miliar atau LDR sekitar 60%. “Kelebihan dana di governÂment bond, BI, dan bank asing untuk nostro,†ucap Jahja.
Senada, Herwidayatmo, Direktur Utama Bank Panin bilang, LDR valas Bank Panin sangat longgar atau di level 53,2% per Agustus 2015. Bank Panin menghimpun simpanan valas senilai Rp 17,1 triliun, seÂmentara kredit valas hanya Rp 9,1 triliun.
Sementara LDR valas Bank OCBC NISP tercatat 68%. ParÂwati Surjaudaja, Direktur UtaÂma OCBC NISP menuturkan, DPK valas NISP sebesar US$ 2,4 miliar sementara kredit valas US$ 1,7 miliar. OCBC NISP menempatkan kelebihan dana di deposito berjangka BI. “Yang penting lebih ke kualitas aset, apalagi jika keÂlonggaran LDR ini berlangÂsung lama,†kata dia.