Saudara – saudaraku , al-muslimÅ«n, hamba-hamba Allah yang selalu berserah diri, puji dan syukur, marilah, kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Suci atas kesempurnaan nikmat yang tak putus-putusnya Dia limpahkan kepada kita. SeirÂing dengan itu, salawat dan salam, semoga, ia limpahkan selalu keÂpada junjungan kita, Muhammad saw., Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, pula kepada keluarga beÂliau, para sahabat, dan para pengiÂkutnya di sepanjang masa. AmÄ«n.
Saudara-saudaraku, al-muslimÅ«n, hamba-hamba Allah yang selalu berserah diri, di kesÂempatan khutbah Jum’at kali ini, khatib mengajak saudara-saudaraÂku untuk, bersama-sama, menyelÂami sesosok hamba Allah yang naÂmanya diabadikan menjadi nama salah satu surah al-Qur’an, yaitu LuqmÄn. Allah swt. menggelari hamba-Nya yang satu ini dengan al-HakÄ«m sehingga ia sering diseÂbut LuqmÄnul HakÄ«m (Luqman yang sangat bijaksana).
Saudara-saudaraku, al-musliÂmin, hamba-hamba Allah yang seÂlalu berserah diri, Siapakah LuqÂman? Apa keistimewaan dirinya sehingga namanya diabadikan AlÂlah menjadi nama salah satu surah al-Qur’an?
Luqman adalah sosok yang misterius. Para para ulama tafsir berbeda pendapat tentang siapa dia sesungguhnya. Dalam kitab al-BidÄyah wa an-NihÄyahâ€, Imam Ibn Katsir, misalnya, menerangÂkan bahwa tokoh yang satu itu bernama lengkap Luqman bin Unaqa bin Sadun. Ibn ‘Abbas menÂerangkan bahwa ia adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Imam As-Suhaili menerangkan bahwa ia berasal dari Naubah. Imam Ahmad menerangkan bahwa ia adalah seorang hakim, atau qadhi, di kalangan Bani Israel, pada masa Nabi Dawud as.
Lepas dari siapa Luqman seÂbenarnya, semua ulama sepakat bahwa ia bukanlah seorang nabi, namun merupakan pribadi yang sangat istimewa. Allah menyebut tokoh yang satu ini sebagai sosok yang dianugerahi al-hikmah. Allah berfirman:
“Dan demi (keagungan dan kekuasaan Kami), sungguh Kami telah menganugerahkan hikmah kepada Luqman, yaitu: “BersyukuÂrlah kepada Allah dan barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kemaslahatan) dirinya sendiri, dan barang siapa kufur (maka yang merugi adalah dirinya sendiri), maka sesungguhÂnya Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpujiâ€, (QS. LuqmÄn, 31:12).
Allah swt. menjadikan LuqmÄn sebagai model yang sanÂgat baik dalam masalah pendidiÂkan dan pembentukan keluarga berkarakter. LuqmÄn diperkenalÂkan kepada kita sebagai sosok keÂpala keluarga yang sangat bijaksaÂna, yang nasihat-nasihatnya selalu padat dan sarat dengan hikmah.
Saudara-saudaraku, al-muslimÅ«n, hamba-hamba Allah yang selalu berserah diri, Islam sangat menekankan pentingnya setiap muslim membangun keluÂarga yang baik. Allah swt., misalÂnya, mengingatkan dalam surah at-TahrÄ«m, ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriÂman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari apa (neraka) yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia (yang kafir) dan batu-batuâ€, (QS at-TahrÄ«m: 6).
Masyarakat dan bangsa yang baik terbangun dari keluarga-kelÂuarga yang baik. Itu karena keluÂarga adalah miniatur masyarakat. Keluarga adalah fondasi negara. Kegagalan seseorang dalam memÂbangun sebuah keluarga akan memiliki akibat tidak baik secara langsung kepada hubungan sosial dan kemasyarakatannya.
Seberapa hebat pun karier yang mampu dicapai oleh sesÂeorang, seberapa banyak pun kekayaan yang mampu dikumÂpulkan oleh seseorang, seberapa tinggi pun pangkat dan jabatan yang mampu diraih oleh sesÂeorang, dan seberapa cemerlangÂpun catatan baik dan prestasi sesÂeorang di suatu lingkungan sosial, semuanya menjadi, seolah, tidak berarti apa-apa jika ia tak mampu membangun keluarga yang baik, keluarga yang sakinah, sebagaimaÂna tuntunan Rasulullah saw.
Dewasa ini, kita dapat dengan mudah merekam kegelisahan dan kekhawatiran banyak pemimpin keluarga atas kekurangberhasilanÂnya sistem pendidikan negara kita saat ini dalam membentuk watak dan karakter luhur anak. Teramat sering kita membaca aneka berita di berbagai media massa tentang sangat mudahnya para pelajar, remaja, dan pemuda kita terjebak dalam prilaku tak bermoral.
Secara teroritis, karakter anak, seharusnya, dibentuk oleh lingkungan pendidikan atau sekoÂlahnnya. Namun, kenyataannya, karakter anak, kadang, lebih kuat dibentuk oleh lingkungan perÂgaulannya di luar sekolah. Jika lingkungan pergaulannya baik, maka anak pun menjadi baik. Jika lingkungan pergaulannya buruk, maka anak pun menjadi buruk.
Di sinilah keluarga, seharusÂnya, memainkan peran pentingÂnya. Keluarga harus menjadi lingÂkungan pendidikan atau sekolah utama bagi seorang anak. LingÂkungan keluarga harus menjadi lingkungan utama di mana setiap anak menghabiskan sebagian beÂsar waktunya.
Agar keluarga dapat terbanÂgun menjadi sebuah lingkungan terbaik dalam mendidik dan membesarkan seorang anak, maka sosok keluarga Luqman al- Hakim dapat menjadi model atau contoh yang sangat baik. Luqman, secara konsisten, menjadi sosok kepala keluarga yang dengan bijak selalu mengajarkan dan menaÂnamkan 8 (delapan) hal kepada anak-anaknya, yaitu:
Tidak sekali-kali mempersekuÂtukan Allah dengan sesuatu apaÂpun [31:13],
Selalu berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua [31:14],
Selalu sadar bahwa Allah senantiasa mengawasi seluruh perÂbuatan [31:16],
Selalu mendirikan shalat denÂgan sempurna [31:17],
Selalu mengerjakan kebajikan [31:17],
Selalu menjauhi serta menceÂgah terjadinya kemungkaran [31:17],
Selalu sabar menghadapi seÂgala ujian dan cobaan [31:17], dan
Tidak memelihara sifat somÂbong [31:19],
Delapan hal inilah yang secara konsisten selalu memagari luqÂman dan keluarganya. Bukan hanÂya mengajarkan secara lisan, LuqÂman pun sekaligus menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh terÂdekat bagi anak-anaknya tentang bagaimana ke-8 hal itu dipraktekÂkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saudara-saudaraku, al-musÂlimin, hamba-hamba Allah yang selalu berserah diri, kekhawatiran sekian banyak para pemimpin keÂluarga terhadap kehancuran morÂal anak-anaknya dapat dihindari dengan cara memagari keluarga mereka semua dengan cara sebÂagaimana yang dicontohkan oleh Luqman, si pemilik hikmah ini. Membangun keluarga semacam itu, tentu saja memerlukan kesÂabaran dan konsistensi. Namun, itu pilihan yang harus diambil. Jika tidak, anak-anak kita akan selalu menghadapi anacaman tergerus oleh perkembangan zaman yang semakin menjauhkan manusia dari Allah swt. Semoga Allah melindungi dan memulyakan kita dan keturunan kita semua sebagaimana Ia melindungi dan memulyakan Luqman al-Hakim dan keluarganya. Amin. (*)