gardeniaBelum seminggu bersuara lantang mengeluhkan keberadaan proyek Apartemen dan Hotel Gardenia, Lurah Cibuluh, Agus Ateng berganti membela. Bawahan camat ini malah mengklaim bahwa pengusaha apartemen sudah memanjakan warga. Benarkah demikian?

Oleh : Guntur Eko|Yuska Apitya
Guntur_ada@yahoo .com

“Ya, memang saya sudah jalan-jalan ke lokasi dan mengecek warga saya didampingi dengan RT, tetapi warga mengaku su­dah tidak ada komplain hanya mungkin proses perbaikannya memak­an banyak waktu. Tetapi kata mereka mau menunggu,” kata Agus.

Ketika ditanya tentang keluhan siswa-siswi di Yayasan Bahrul Ulum, Agus mengaku tak sempat.

“Satu-satulah, tadi kan warga dulu yang saya kunjungi mungkin untuk kedepannya saya juga akan mengunjun­gi sekolah, Step by step lah,” kilahnya.

Pernyataan Lurah Agus ini tak se­banding dengan kenyataan di lapangan. Investigasi BOGOR TODAY menyebut­kan, warga mengaku tak bertemu den­gan Agus. Parahnya, warga juga merasa keluhannya belum dipenuhi pihak manajemen Gardenia.

BACA JUGA :  Kontrol Kadar Kolesterol usai Lebaran dengan 5 Makanan Murah Ini

Dini Kartika, warga ring 1 proyek Gardenia, mengaku hingga kini belum merasa ditemui Lurah Agus. “Saya ke­cewa, karena nggak ketemu Pak Lurah. Padahal saya mau komplain terkait proyek apartemen yang kami rasa ban­yak mubazirnya,” bebernya

AMDAL Lahir dari Pelicin?

Sejumlah penggiat hukum lingkun­gan di Kota Bogor mulai menyoroti dugaan adanya permainan jual beli Izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) di tubuh Pemkot Bogor.

Koordinator Bogor Transpara­tion Watch (BTW), Iman Taufik, mengatakan, keluhan warga di ring 1 proyek terkait ketiadaan kompensasi, gangguan hingga tidak adanya per­mintaan persetujuan, membuktikan bahwa pengusaha Apartemen dan Hotel Gardenia, tak mengikuti aturan main perda.

“Berarti ada dugaan permainan antara pengusaha apartemen dengan pejabat di Pemkot Bogor. Masyarakat di sekitar proyek tak dilibatkan. Ini kami rasa sangat keliru dan fatal akibatnya,” kata dia.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Lengkap Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024

Salah satu warga sekitar lokasi proyek, Safrial, merasa dirinya dan ke­luarga besarnya tidak menandatangani surat izin gangguan dan surat izin lain­nya karena memang tidak diikutser­takan dalam proses sosialisasi. “Saya dan keluarga tidak pernah merasa tanda tangan bahkan saya dan keluarga tidak tahu apa-apa sampai proses pemban­gunan itu ada makanya kami protes,” ujarnya.

Dikonfirmasi, pimpinan proyek Apartemen dan Hotel Gardenia, Mamat Setiawan, membantah tak mengetahui kalau ada uang pelicin yang diberikan oleh kantornya kepada oknum SKPD untuk memuluskan izin agar proyeknya bisa terus berjalan. “Kalau itu saya tidak mengetahui,” kilahnya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================