Untitled-5“Dengan upaya-upaya yang dilakukan, dan kesadaran maupun kewaspadaan masyarakat diharapkan jumlah kasus DBD dapat ditekan”

Oleh : Ninda
[email protected]

Kasus kematian yang belakangan santer terjadi akibat demam berdarah dengue (DBD) sema­kin menjadi momok mengeri­kan, dan selalu menghantui masyarakat wilayah Bogor. Penyebarannya sangat sederhana, virus dengue ini tertular oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Hanya saja, sayangnya sikap masyarakat sekitar yang kurang kritis dengan lingkungan yang menjadi ujung tombak kesehatan.

Kepala Dinkes Kota Bogor Rubaeah mengatakan, jumlah kasus DBD men­galami peningkatan bulan Januari namun dinas belum menetapkan sta­tus kejadian luar biasa (KLB). Total jumlah kasus DBD hingga 25 Januari 2016 tercatat ada 187 orang terjangkit penyakit yang tergolong berbahaya tersebut.

“Jumlah kasus masih di bawah jumlah kasus tahun lalu. Kalau dibandingkan jum­lah kasus tahun lalu di bulan Januari tercatat 187 kasus. Kita menetapkan status KLB, kare­na terjadi lonjakan dua kali lipat,” katanya.

Agar tidak terjadi KLB, lanjutnya, Dinas Kesehatan telah melakukan upaya-upaya pencegahan dengan mengerahkan kader-kader kesehatan untuk menyosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menerapkan PHBS. “Dengan upaya-upaya yang dilakukan, dan kesadaran mau­pun kewaspadaan masyarakat diharapkan jumlah kasus DBD dapat ditekan,” katanya.

BACA JUGA :  Ternyata Daun Sirsak Miliki Banyak Khasiat untuk Tubuh, Ini Dia 10 Manfaatnya

Rubaeah menambahkan, bulan Januari hingga Februari merupakan puncak kasus DBD seiring berlangsungnya musim hujan. Sehingga perlu di­lakukan upaya antisipasi dengan fogging massal sebelum masa penularan di wilayah endemis. “Pe­nyuluhan dan surat edaran akan kita terbitkan un­tuk melaksanakan 3M di seluruh wilayah Kota Bo­gor,” katanya.

Ia mengatakan, upaya pencegahan akan sema­kin efektif dengan adanya dukungan dengan kebi­jakan Pemerintah Kota Bogor untuk mengaktifkan kembali Jumat bersih ( Jumsih) dan Minggu bersih (Mingsih) di tingkat kecamatan dan kelurahan. “In­sya Allah tidak sampai terjadi KLB DBD di Kota Bo­gor,” katanya.

Rubaeah mengungkapkan, DBD disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti yang berujung pada kesadaran masyarakat dalam menciptakan lingkun­gan bersih dan sehat. Gejala penyakit DBD sekarang berbeda dengan sebelumnya. Dulu gejalanya panas beberapa hari disertai bintik merah pada tubuh, namun sekarang gejala penyakit ini memiliki kesa­maan dengan chikungunya.

“Saat ini sudah banyak ditemui jenis nyamuk ae­des aegypti, malahan sudah banyak resisten sama fogging,” tandasnya.

BACA JUGA :  Wajib Tahu! Ini Dia 6 Manfaat Vitamin K untuk Tubuh

Sementara itu, Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Salak, Dr. Martino Robin­son, Sp.PD men­gatakan dirinya sangat prihatin dengan jatuhnya ko­rban akibat DBD belakangan ini. Sebab DBD bukan termasuk golongan penyakit mematikan, dan masih bisa disembuhkan jika langsung diberikan penanga­nan lebih dini.

Beliau pun menghimbau agar masyarakat Kota Bogor agar lebih menjaga kebersihan lingkungan disekitar tempat tinggal mereka dan peduli dengan genangan air bersih. Jika lingkungan bersih maka masyarakat akan bisa terhindar dari penyakit me­matikan ini. Selain itu beliau pun berharap agar ti­dak ada lagi masyarakat yang meninggal dunia aki­bat penyakit DBD ini dan kewaspadaan masyarakat supaya lebih ditingkatkan kembali untuk mence­gahnya gigitan yang dapat mematikan

“Penyebab utama terjadinya DBD ini adalah memang nyamuk aedes aegypti, tetapi masyarakat pun harus memperhatikan lingkungan disekitar kita, seperti genangan air bersih yang disukai oleh nyamuk Aides Agepty untuk tempat berkembang biak. Ciptakan lingkungan yang bersih dan rajin membersihkan tempat genangan air besi” ucapnya.

============================================================
============================================================
============================================================