, Jambi – Potensi bencana hidrometeorologi dampak dari fenomena meteorologi masih menghantui sejumlah wilayah di Provinsi Jambi. Pihak pemerintah harus segera mengantisipasi dampak bencana ini dengan memperkuat sistem komando darurat bencana, terlebih saat ini telah memasuki musim puncak penghujan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi dalam prospek cuaca mingguan ke depan menyebutkan, tekanan udara di wilayah Indonesia umumnya sekitar 1010-1012 hPa. Daerah pertumbuhan awan hujan akibat pertemuan dan belokan angin berada di Aceh, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, juga beberapa provinsi lainnya.

Pola angin di wilayah Provinsi Jambi umumnya bertiup dari arah barat laut hingga timur laut dengan kecepatan 03-28 kilometer/jam. Sementara gelombang laut rata-rata berkisar antara 0,5-1,25 meter.

“Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di seluruh wilayah Provinsi Jambi,” kata Kepala Sataisun Meteorologi Klas I Sultan Thaha Jambi, Addi Setiadi melalui keterangannya kepada Liputan6.com di Jambi, Selasa (21/01/2020).

Dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem, pihaknya mengimbau masyarakat di Jambi harus berhati-hati dan waspada. Selanjutnya, jika terjadi terjadi peningkatan curah hujan dengan kategori lebat dan sangat lebat tidak menutup kemungkinan akan terjadi longsor, terutama di daerah Jambi bagian barat yang meliputi daerah Merangin, Jangkat, Kerinci, Sungaipenuh, Bungo, dan Sarolangun.

BACA JUGA :  Goguma Latte with Jelly, Minuman Segar yang Legit dan Creamy

Selanjutnya untuk sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Jambi, termasuk DAS Batanghari juga harus diwaspada terjadinya banjir dari luapan air sungai. Sementara untuk di daerah sepanjang jalan protokol atau daerah lain yang banyak terdapat pohon lebat dan rindang juga perlu diwaspadai.

“Masyarakat diimbau agar waspada terhadap dampak yang timbul, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang dan pohon tumbang,” kata Addi.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan bagi masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometerologi adalah bencana yang terjadi dampak dari fenomena meteorologi seperti angin kencang, angin puting beliung, banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

Terkait bencana hidrometeorologi di Jambi seperti banjir sudah mulai terasa. Misalnya debit air Sungai Batanghari dalam sepekan terakhir mengalami kenaikan akibat tingginya curah hujan di wilayah hulu sungai.

Berdasarkan pantauan melalui alat ukur tinggi muka air di kawasan Tanggo Rajo, Kota Jambi, menunjukkan tinggi muka air Sungai Batanghari mencapai 10,73 meter atau berada di atas normal.

“Sudah sepekan ini air Batanghari naik, kemungkinan di wilayah hulu terjadi hujan deras,” kata Sanusi, salah seorang warga Muaro Jambi, yang tinggal di bantaran Sungai Batanghari.

BACA JUGA :  Simak Ini, Makanan Vegetarian yang Bisa Jadi Pengganti Asupan Ikan

Perubahan Cuaca Hanya Pemicu

Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jambi, Rudiansyah mengatakan, perubahan cuaca hanya menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Melainkan penyebab utamanya adalah kerusakan lingkungan yang semakin masif, seperti deforestasi, dan aktivitas konglomerasi yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.

Menurut dia, selama ini pemerintah di Jambi belum secara utuh memahami konteks perubahan iklim. Penerjemahan perubahan iklim kata dia, adalah berawal dari masifnya proses pembangunan industri atau perubahan fungsi alam menjadi industri, baik industri perkebunan, hutan tanaman industri (HTI) dan sektor properti.

“Sebenarnya akar masalahnya yang salah urus, yakni tidak terkendalinya proses pembangunan. Aktivitas ilegal yang masif, ditambah tidak ada prinsip kehati-hatian dalam memberikan izin, sehingga terjadi kerusakan lingkungan, dan itu semakin memicu terjadinya perubahan iklim,” kata Rudi kepada Liputan6.com.

Hasil kajian Walhi Jambi, pada bagian hulu dan tengah DAS Batanghari, ditemukan aktivitas ilegal logging, konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, pertambangan emas, pasir dan batu ilegal, pembangkit listrik tenaga mini yang bersumber dari aliran sungai serta izin tambang biji besi.

============================================================
============================================================
============================================================