alfian mujani 240GLOBALISASI menis­cayakan persaingan alias kompetisi. Ujung kompetisi adalah me­nang kalah. Kemenan­gan selalu ditandai dengan kekuasaan dan kekayaan. Lalu terben­tuklah perilaku “Aku menang kamu kalah” dan hilanglah tradisi mulia: “Kita menang bersama-sama.” Di manakah sekarang keikhlasan itu bertempat?

Kabarnya, globalisasi sudah memberi­kan pengumuman: “Tak usah marah dan tak usah menyesal, kita hidup di zaman yang se­muanya diukur dengan uang.” Bahasa ringan­nya semua punya harga. Sulit sekali mencari orang yang secara tulus tanpa pamrih meno­long orang lain. Ketulusan kemudian menjadi cerita lama yang tak membumi. Yang paten adalah peribahasa lama: “Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang.”

Tapi ingatlah, Allah tak pernah berubah sifat dan berbeda firman. Kepedulian dan keikhlasan adalah dua hal yang sangat dicin­tai-Nya. Kita harus selalu tetap menjaga hati untuk berbuat karena Allah. Tentang kekua­saan dan uang, biarlah Allah saja yang meng­atur, tak usah berebut dengan cara yang tidak patut. Memang sulit untuk menata hati tapi kita harus terus berusaha sampai mati.

============================================================
============================================================
============================================================