GLOBALISASI menisÂcayakan persaingan alias kompetisi. Ujung kompetisi adalah meÂnang kalah. KemenanÂgan selalu ditandai dengan kekuasaan dan kekayaan. Lalu terbenÂtuklah perilaku “Aku menang kamu kalah†dan hilanglah tradisi mulia: “Kita menang bersama-sama.†Di manakah sekarang keikhlasan itu bertempat?
Kabarnya, globalisasi sudah memberiÂkan pengumuman: “Tak usah marah dan tak usah menyesal, kita hidup di zaman yang seÂmuanya diukur dengan uang.†Bahasa ringanÂnya semua punya harga. Sulit sekali mencari orang yang secara tulus tanpa pamrih menoÂlong orang lain. Ketulusan kemudian menjadi cerita lama yang tak membumi. Yang paten adalah peribahasa lama: “Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang.â€
Tapi ingatlah, Allah tak pernah berubah sifat dan berbeda firman. Kepedulian dan keikhlasan adalah dua hal yang sangat dicinÂtai-Nya. Kita harus selalu tetap menjaga hati untuk berbuat karena Allah. Tentang kekuaÂsaan dan uang, biarlah Allah saja yang mengÂatur, tak usah berebut dengan cara yang tidak patut. Memang sulit untuk menata hati tapi kita harus terus berusaha sampai mati.