Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia 2016 yang jatuh setiap 4 Februari, Dinas Kesehatan Kota Bogor beserta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menggelar kegiatan ‘Aksi Deteksi Dini dengan Pemberdayaan Deteksi Kanker’, di halaman kantor Dinas Kesehatan di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Oleh : Abdul Malik
[email protected]
Dengan mengangkat tema ‘We Can, I Can’, acara dihadiri Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Sri Henni Setiawati yang mewakili Menteri KeÂsehatan Nila Farid Moeloek, Walikota Bogor dan jajaran Pemkot Bogor, perwakilan OrganÂisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) kabinet kerja, Ketua komite Penanggulanga Kanker NasionÂal, Lembaga Kemasyarakat Peduli Kanker dan Organisasi Profesi Kesehatan.
Dalam sambutannya Nila yang diwakili Sri menyatakan bahwa program pengendalian kanker saat ini diprioritaskan pada pencegaÂhan dan deteksi dini kasus kanker tertinggi, yakni kanker leher rahim dan kanker payudaÂra serta penemuan dini kanker pada anak. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakÂan metode inspeksi visual dengan asam aset (IVA) seÂdangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode pemeriksaan paÂyudara secara klinis (Sadanis) dan pemeriksaaan payudara sendiri (Sadari).
“Khusus untuk anak dengan kanker, kita harus terus mendukung mereka untuk mengÂhadapi penyakitnya. Anak-anak berhak meÂnikmati masa kecilnya, mereka dalam kondisi paling rentan dan mereka berhak hidup layÂak,†tuturnya.
Di Indonesia, penyakit kanker menjadi maÂsalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan dan kematian akibat kanker cukup tinggi dan terus tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menunjukan prevalensi kanker adalah 1,4 per 1.000 orang. Penyakit kanker tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher raÂhim, sedangkan kanker pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal. Sementara itu, kasus tertinggi kanker pada anak yaitu leuÂkemia dan kanker bola mata (retinoblastoma). Permasalahan kanker semakin besar karena sebagian besar kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut.
Penyakit kanker mempunyai beban pembiÂayaan sangat besar dan menjadi permasalahÂan pemerintah dan masyarakat. Menurut data BPJS 2014 pembiayaan kanker sebesar Rp2,05 triliun. Pada 2015 data sampai triwulan III menyebutkan pembiayaan mencapai Rp1,32 triliun. “Ini merupakan pembiayaan terbanÂyak ke-3, setelah penyakit jantung dan gagal ginjal,†tambah Menkes.
Menkes berpesan agar pasien kanker segera mencari pengobatan yang tepat dan tiÂdak melewatkan fase emas pengobatan. “Mari kita cegah dan kendalikan penyakit kanker agar tidak terus meningkat. Jika telah menderÂita kanker, segeralah datang ke fasilitas pelayÂanan kesehatan jangan menunggu keadaan stadium lanjut,†pesannya.
Menkes juga menghimbau kepada seluÂruh pemangku kepentingan dan lintas sektor untuk meningkatkan kampanye pencegahan, deteksi dini dan penemuan dini kanker. Selain itu, berikan dukungan kepada orang-orang dengan kanker dan keluarganya untuk terus bersemangat dan berjuang melawan kanker, dukungan bagi para penyitas (survivor kankÂer) agar terus berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker.
Sementara itu, Bima Arya mengaku peÂnyebab kematian nomor satu di Kota Bogor yakni jantung, dan di posisi kedua yakni kanker. “Namun trend yang terus naik adalah kanker, dan bisa jadi naik menjadi penyebab kematian nomor satu, mengalahkan janÂtung,” urainya.
Tahun 2015, masih kata dia, sebanyak 162 warga Kota Bogor terdeteksi kanker. “SebanÂyak 80 kanker payudara, tujuh orang terkena leher rahim, sisanya kanker usus, kanker paru, dan mata sisanya,” jelasnya.
Dia menjelaskan, kanker tidak hanya terdeÂteksi pada orang yang memiliki gen pembawa kanker, dan orang yang tidak menjaga pola hidup sehat. “Ayah saya meninggal karena kanker darah, saat usia 60 tahun. Ibu saya juga meninggal karena kanker payudara, neÂnek kanker kulit, mertua kanker hati dan tiga sepupu saya juga kanker payudara,” jelasnya.