PERZINAHAN, prostitusi, seks komersial merupakan sebuah istilah yang kadangkala menyenangkan dan kadangkala menyeramkan dalam pendengaran. Ia juga menakutkan bagi orang-orang beriman sehingga perkataan tersebut menjadi momok yang amat negatif serta mengerikan bagi mereka.
Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
Guru MTs. Yamanka Kec. Rancabungur Kab. Bogor
Barangkali perkataan tersebut menyenangÂkan bagi pelaku zina, prostitusi dan pekerja seks komersial yang siang malam pikirannya tertumÂpu kesana. Terkadang ia menyÂeramkan bagi orang-orang yang nafsu syahwatnya sedang menÂcuat kepermukaan tetapi mereka belum pernah melakukannya. Yang jelas ia menjadi momok dan ‘aib besar bagi muslim dan musÂlimah yang beriman kepada Allah SWT.
Perzinahan, prostitusi, seks komersial yang sekarang makin berani terang-terangan dan meÂresahkan, sebenarnya bisa diceÂgah. Bila setiap individu dapat mengambil pelajaran dari kisah berikut.
Dari Abi Umamah telah berÂkata, “Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi SAW, seraya berkata: “Ya RasuÂlallah, izin aku untuk berzinaâ€. Maka orang ramai pun berpalÂing kepadanya sambil menahanÂnya, dan mereka berkata: “JanÂgan..jangan (Berhentilah kamu dari berkata sebegitu)â€. Maka telah berkata (Rasulullah SAW): “Bawakan dia dekat dengankuâ€. Maka pemuda itu telah mendekaÂti Baginda SAW.
(Abu Umamah) berkata, maka (pemuda itu) telah duduk (dekat dengan Rasulullah SAW). RasuÂlullah SAW kemudian bersabda: “Adakah kamu suka itu (perbuaÂtan zina) terjadi kepada Ibumu?†Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak! (Aku lebih sanggup) Allah jadikan aku tebuÂsan (kematianku) bagimu!†RasuÂlullah SAW menyambung: “(BeÂgitulah juga halnya) orang ramai tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu merekaâ€.
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Adakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu?†Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak! (Aku lebih sanggup) Allah jadikan aku tebusan (kemaÂtianku) bagimu!†Rasulullah SAW menyambung: “(Begitulah juga halnya) orang ramai tidak suka hal itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan merekaâ€.
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Adakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu?†Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak! (Aku lebih sanggup) Allah jadikan aku tebusan (kemaÂtianku) bagimu!†Rasulullah SAW menyambung: “(Begitulah juga halnya) orang ramai tidak suka hal itu (terjadi) kepada saudara-saudara perempuan merekaâ€.
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Adakah kamu suka itu (perbuaÂtan zina) terjadi kepada saudari perempuan ayahmu (sebelah ayah)?†Lantas pemuda itu menÂjawab: “Demi Allah, tidak! (Aku lebih sanggup) Allah jadikan aku tebusan (kematianku) bagimu!†Rasulullah SAW menyambung: “(Begitulah juga halnya) orang raÂmai tidak suka hal itu (terjadi) keÂpada saudari perempuan ayahmu (sebelah ayah) merekaâ€.
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Adakah kamu suka itu (perbuaÂtan zina) terjadi kepada saudari perempuan ibumu (sebelah ibu)?†Lantas pemuda itu menÂjawab: “Demi Allah, tidak! (Aku lebih sanggup) Allah jadikan aku tebusan (kematianku) bagimu!†Rasulullah SAW menyambung: “(Begitulah juga halnya) orang raÂmai tidak suka hal itu (terjadi) keÂpada saudari perempuan ibumu (sebelah ibu) merekaâ€.
Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah SAW meletakkan tanÂgannya di atas pemuda itu, lalu berdoa: “Ya Allah ampunkanlah dosanya, bersihkanlah/sucikanÂlah hatinya (dari memikirkan sesÂuatu maksiat), dan jagalah kemÂaluannya (dari melakukan zina)†Selepas itu, pemuda itu tidak lagi memandang sesuatu (yang beruÂpa maksiat (terutama zina), natiÂjah maqbulnya doa Nabi SAW).
Diantara pelajaran yang diÂdapat dari kisah ini. Pertama, Seorang lelaki yang akan berÂbuat zina hendaknya merenung sejenak. Bagaimana seandainya ibunya, anak perempuannya, saudari perempuannya dan bibinya dizinai oleh orang lain? Apakah ia rela dan tega? Apabila tidak rela dan tidak tega, maka janganlah sekali-kali menzinai wanita-wanita lain. Sebaliknya, apabila seorang lelaki rela dan tega berarti ia telah bersekutu dengan iblis dan setan.
Kedua, bagi seorang peremÂpuan, bagaimana, jika, ternyata seorang laki-laki yang berbuat zina tersebut adalah ayahnya sendiri, anak lelakinya sendiri, saudara lakinya sendiri dan pamannya sendiri atau mungÂkin suaminya sendiri? Apakah ia setuju dengan perbuatan mereka? Tentu, ia akan berfikir seribu kali. Hanya wanita-wanita yang berhati iblis yang menyÂetujui perbuatan tersebut. Dan hanya wanita-wanita yang baik dan shalihah yang menjauhkan dirinya dari perzinaan atau pelaÂcuran. Wallahu’alam. (*)
Terima kasih Bogor Today sudah memuat artikel seperti ini, semoga Penulisnya juga diberi Pahala dari Allah
Dear Abu Nahla,
Aamiin..
Regards
-admin-