11358962_608928552582013_1525803222_nBisnis berbasis kuliner merupakan usaha yang tak lekang waktu. Asal menyajikan makanan enak dan mampu membaca peluang, pelaku usaha bisa mencicipi lezatnya keuntungannya. Hal inilah yang dirasakan oleh Toya Laraza, warga Tanah Baru, Kota Bogor. Di bawah bendera Ayam Suwir Kentung, dia merintis bisnis lauk siap saji sejak 2012 silam.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Toya memulai bisnis ini se­cara tidak sengaja. Sebagai anak kos, sang ibunda sering membekalinya dengan menu ayam suwir nan lezat. Ternyata, banyak teman-teman kantor Toya kepincut oleh rasa kudapan tersebut.

“Teman-teman mendukung saya un­tuk berjualan ayam suwir ini. Mereka me­nyukai masakan ini lantaran enak . Kudapan berbahan dasar ayam ini juga praktis karena tidak ada tulang,” ujar lulusan juru­san Komunikasi Institut Pertanian Bogor ini.

Berangkat dari hal itu, Toya pun mulai menjalani bisnis ini secara serius. Agar ma­kin mantap, dia melakukan uji coba resep ayam suwir beberapa kali demi menghasil­kan kuliner praktis nan lezat.

Ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk membu at kudapan ayam suwir. Per­tama, Toya membeli bahan baku ayam neg­eri at au broiler di pasar. Dia memilih bagian dada ayam lantaran mengandung lebih ban­yak daging. Kedua, ayam tersebut direbus hingga matang. “Setelah direbus, daging ayam disuwir-suwir menggunakan tangan,” tambahnya.

Biasanya tiap hari produksi, Ayam Suwir Si Kentung menggunakan ayam segar yang baru dibeli pagi itu. Tidak menggunakan ayam yang sudah di stok dalam freezer, hal ini un­tuk mengurangi kemungkinan kurang segar­nya ayam yang dapat mempengaruhi rasa.

Ketiga, Toya menghaluskan campuran cabe, bawang, dan tomat untuk bumbu. Setelah bumbu tercampur, dia memasak ayam suwir dan bumbu hingga matang. Tera­khir, ayam suwir bumbu tersebut dibungkus menggunakan plastik makanan.

“Proses memasak bi sa memakan waktu hingga 6 jam. Hal itu karena kami memper­tahankan proses masak tradisional agar kon­sep menu rumahan tersampaikan ke kon­sumen,” ujar ibu 1 anak ini.

Lantaran tak memakai bahan pengawet, produk Ayam Suwir Kentung ini hanya tahan 1 hari di suhu ruang. Namun, produk ini bisa ber­tahan hingga 1 bulan jika disimpan di freezer. Seiring berjalannya waktu, kapasit as produksi Ayam Suwir Kentung terus meningkat. Jika dulu Toya hanya mampu memproduksi 4 ki­lo gram ayam suwir, kini dia bisa menghasilkan 12—15 kilogram ayam suwir setiap hari.

Untuk rasa, Ayam Suwir Si Kentung memi­liki dua varian rasa yaitu original dan pedas. Perbedaan pada dua rasa ini hanya pada penggunaan cabainya saja. Untuk original di­gunakan cabe merah besar sebagai pewarna merah dan pemberi rasa pedas. Sementara pada varian rasa pedas, cabai yang digunakan adalah cabe rawit merah yang akan memberi­kan sensasi pedas yang menambah kelezatan.

Ada du a kemasan yang bisa dipilih kon­sumen, yaitu kemasan daily pack 100gram dengan harga Rp10.000 dan travel pack 250gram yang dijual Rp30.000. Margin keuntungan yang didapat mencapai 25 pers­en—50 persen.

Soal peluang, Toya yakin produk ini me­miliki potensi untuk berkembang. Apalagi, banyak masyarakat yang tak punya banyak waktu untuk menyiapkan makanan. “Pem­beli setia Ayam Suwir Ketung adalah ibu rumah tangga dan mahasiswa,” katanya.

(BISNIS)

============================================================
============================================================
============================================================