ADA yang berbeda di puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara, Senin (17/8/2015) lalu. Untuk perÂtama kalinya dalam sejarah pembawa baki bendera pusaka dipercayakan kepada gadis keturunan Tionghoa. Ya, adalah Maria Felicia Gunawan, siswi SMA Kristen BPK Penabur Gading Serpong, Tangerang. Seperti apa kisahnya?
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Maria Felicia Gunawan atau akrab dipanggil Cia menjadi buah bibir dari Perayaan Detik-detik ProklaÂmasi tahun ini. Cia adalah gadis berwajah oriental yang menjadi bintang dari 68 anggota Paskibraka 2015 yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia.
Cia hampir sempurna menjalankan tuÂgasnya sebagai pembawa bendera pusaka yang diserahkan Presiden Jokowi untuk dikiÂbarkan di tiang bendera Istana KepresideÂnan. Langkah kaki Maria Felicia Gunawan awalnya sempat diliputi ketakutan.
Sebagai pembawa baki, dirinya sempat was-was dan takut melakukan kesalahan khususnya yang bersifat teknis. Maklum saja, saat baki bendera pusaka diserahkan PresÂiden Jokowi kepadanya, tentu sorotan jutaan mata rakyat Indonesia yang menyaksikan upacara tersebut secara langsung maupun melalui media televisi akan tertuju kepadanÂya. “Ya sempat takutlah, takut mengeceÂwakan,†kata dia.
Maria yang ditunjuk sebagai pembawa baki hanya beberapa jam jelang upacara diÂlaksanakan itu mengaku sempat khawatir dirinya tidak mampu menjalankan tugas yang telah diberikan. Namun, akhirnya berÂkat latihan keras yang ia lakukan, tugas seÂbagai pembawa baki dapat dijalani dengan baik.
Beberapa hal teknis yang ia khawatirkan seperti jalan mundur dan angin yang dapat menghempaskan bendera yang ia bawa, membuat dirinya takut tidak dapat tampil sempurna saat melaksanakan tugasnya.
“Itu kalau saya saat naik tangga, itu kan krusial banget tuh. Takut katakakanlah tergelincir, apalagi pas turun, waktu bawa bendera kan takut kalau di jalan, kita kan gak keliatan jalan di depan kita, ada sesuatu jadi jatuh atau apa, atau ada angin kencang, terus benderanya miss, banyak sih,†beber Maria Felicia Gunawan.
Namun demikian, perempuan yang mengakuberciÂta-cita menjadi pembawa acara berita di televisi itu mengaku opÂtimistis dan yaÂkin kalau dirinya mampu memeÂgang amanat dan kepercayaan yang diberikan kepada pelatih dan teman-teÂmannya.
“Karena ini kan udah diÂkasih kepercayaan sama kakak pelatih, sama teman-teman juga, untuk jadi petugas pengibaran. Untungnya (saat pengiÂbaran bendera) sudah bisa kasih yang terbaik dan hasilnya lancar,†papar Maria Felicia GuÂnawan.
Maria Felicia GuÂnawan pun menÂgakui sempat guÂgup di detik-detik jelang pengibaran bendera. Untuk m e n g h i l a n g k a n grogi, ia mengaku punya cara mengaÂlihkan kegugupannya menjadi rasa optimisme. â€Ya saya mikirin sesuatu yang saya pengin dan membuat saya seÂlalu senyum. Misalnya saat kumpul bareng temen-teman di sini, susah senang bareng-bareng atau saat bersama kumpul dengan orangtua di rumah,†tutup Cia.
Tak mudah bagi Maria Felicia GuÂnawan maupun anggota Paskibraka lainnya untuk bisa bertugas di Istana Merdeka. MerÂeka harus menjalani sejumlah seleksi dan pelatihan yang cukup berat di Cibubur. “Aku senang, dan bersyukur dapat menyelesaikanÂnya dengan tuntas,†ucap gadis yang biasa disapa Cia itu.
Akhirnya Menjadi Indonesia
Nyatanya, bukan hanya Cia yang dadanya penuh dengan syukur. Melainkan juga warga Tionghoa yang menyaksikan pula detik-detik proklamasi. Hendro Tan, tokoh Tionghoa di Surabaya pun mengungkapkan kebahagiÂannya atas peran Cia dalam Paskibraka.
“Biar aku dikatakan pria tua yg cengeng, aku percaya aku pantas terharu untuk menanÂgis, karena selama 69 tahun aku berharap keÂmudian selalu bertanya tanya mengapa muda mudi peranakan Indonesia Tionghoa satu pun tidak pernah dilibatkan di PASKIBRAKA Istana kepresidenan pada saat peringatan 17 Agustus,†tulis Hendro Tan yang juga pendiri Indonesian Citizenship Awareness Study CenÂter (ICAS).
Dengan peran yang telah dipercayakan pada Maria Felicia Gunawan, adalah penÂgakuan yang luar biasa buat peranakan TionÂghoa di Indonesia. Kata Hendro Tan, ini seakÂan telah menjadikan Hendro Tan baru kali ini ia benar-benar menjadi orang Indonesia.
“Hari ini, hari Senin tgl 17 Agustus 2015 bertepat peringatan hari kemerdekaan IndoÂnesia ke 70 di Istana Kepresidenan, pemerÂintah Indonesia telah memperkenankan etnisku seorang pemudi warga peranakan Indonesia Tionghoa menjadi bagian dari Paskibraka, dia bernama Maria Felicia GuÂnawan. Terima kasih Pemerintah Indonesia dan terima kasih Tuhan, baru hari ini aku benar benar merasa menjadi orang IndoneÂsia,†imbuh Hendro Tan yang juga pemilik Galeri Emmitan.
“ICAS berdiri memiliki tujuan membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan keÂsadaran hidup berbangsa dan bernegara. Sekaligus juga untuk memberi masukan bagaimana harusnya bersikap sebagai warga negara Indonesia seutuhnya, khususnya bagi warga keturunan Tionghoa Indonesia,†ungÂkapnya dilansir China Town.
Keseharian Hendro Tan yang diisi dengan mengadakan diskusi dan seminar tentang keÂbangsaan di kalangan Tionghoa makin antuÂsias dengan kabar di arena detik-detik proklaÂmasi.
Hendro yang juga senang mengoleksi buku, baik baru maupun lama mengaku, menaruh perhatian demikian besar pada perÂsoalan yang menyangkut Tionghoa dari 1995. Hendro Tan berharap kepada warga TionÂghoa, agar mau mengerti, dan meluangkan waktu untuk mempelajari, memperdalam, serta mengambangkan budaya tempat berÂmukim.
“Susah, senang, baik, buruknya IndoneÂsia adalah tanggung jawab kita semua. Mau bersahabat, berbuat baik dengan semua orang Indonesia, bukan hanya baik, hanya bersahabat dengan se-keturunan Tionghoa saja,†pungkas Hendro Tan.
Dan buat sosok seperti Hendro Tan, beÂtapa Maria Felicia Gunawan adalah mimpi dalam benaknya yang telah nyata hadir meneÂbus rindu sejak Indonesia merdeka. ( JOS)
Terima kasih Indonesia telah memperbolehkan rakyat tionghoa untuk berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Hormat seluruh rakyat tionghoa.