JAKARTA, Today – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menegaskan sikapnya untuk melakukan banding atas keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait SK PemÂbekuan PSSI.
Usai libur lebaran selama kurang lebÂih sepekan, Kemenpora melakukan halal bihalal di kantornya, Rabu (23/7/2015) siang, dengan beberapa jajaran KemenÂpora, baik dari Deputi I, II, III, dan IV, media, juga beberapa undangan.
“Secara pribadi saya memberikan maaf kepada siapapun termasuk yang sempat mem-bully Menpora. Saya memÂberikan maaf yang tulus kepada beliau-beliau karena itu bentuk kecintaan keÂpada kami,†ucapnya.
Secara pribadi, dirinya sudah berÂdamai dengan siapapun. Tapi kalau urusan kelembagaan apalagi ini sudah menyangkut institusi hukum maka ini (urusan,red) sudah lain.
“Kami sudah mendaftarkan banding pada 14 Juli yang lalu. Tinggal melengÂkapi beberapa hal untuk melengkapi memori banding,†ungkapnya.
PTUN memenangkan gugatan PSSI pada 14 Juli lalu supaya Menpora menÂcabut SK pembekuan terhadap organÂisasi tersebut.
“Yang pasti kami akan meminta Komisi Yudisial untuk mengawasi PTUN karena penting setiap keputusan itu betÂul-betul adil sesuai dengan fakta, saksi, bukti dsb,†tukas Imam lagi.
Sementara itu, tim kuasa hukum PSSI meminta pemerintah untuk menjalankan hasil putusan hakim Pengadilan Tata UsÂaha Negara (PTUN) yang memenangkan gugatan mereka terkait pembekuan mereÂka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI.
Pengadilan telah menerima gugatan PSSI sekaligus mencabut SK itu. Tapi yang paling penting, sebagai tim pemÂbela PSSI adalah, pertama bahwa adalah SK tersebut tidak profesional, tidak proÂporsional, tidak cermat, dan yang lebih penting lagi mencampuradukkan keÂwenangannya.
“Bagi kami tim pembela PSSI, tugas sudah selesai karena ini adalah tujuan olahraga. Kami tidak perlu membahas secara detail soal hukum ini kecuali apaÂbila Menpora masih melanjutkan bandÂing,†ujar Togar Manahan Nero dari tim kuasa hukum PSSI.
Pihaknya menyerahkan kepada Exco PSSI untuk membuka jalan kepada semua pihak khususnya Kemenpora suÂpaya sepakbola berjalan sebagaimana mestinya. Lupakan soal hukum, jalankÂan ini putusan.
Senada, anggota tim kuasa hukum lainnya, Aristo Pangaribuan, menÂgatakan bahwa hasil ini sebenarnya bukan perkara menang dan kalah. MeÂlainkan untuk bagaimana sepakbola InÂdoensia bisa berjalan.
“Jadi manfaatkan momentum di buÂlan Ramadan ini untuk duduk sama-saÂma untuk membangun sepak bola. Tim pembela PSSI sebenarnya sudah merasa cukuplah kita terus mendapatkan exposÂsure seperti ini. Gantian dong expossure-nya ke lapangan hijau,” katanya.
Menpora sudah memastikan diri akan mengajukan banding ke PTUN terkait hasil putusan hari ini. menanggapi itu Aristo justru menyarankan PSSI agar mau berdamai.
Kalau sudah tidak mengindahkan keputusan, itu sudah bukan lagi ranah dari PSSI semata, namun ranah negara ketika ada seseorang apalagi penguasa tidak hormat kepada putusan penÂgadilan, maka itu permasalahan serius.
“Saya sering mengatakan, itu contempt of court (penghinaan terhadap peradilan),†imbuhnya.
Pihaknya disini terus menÂdorong, kareba bukan hanya kewajiban PSSI tapi juga kewaÂjiban semua orang. Kok ada penÂguasa yang tidak menjalankan putusan pengadilan.
“Kalaupun mereka bandÂing, ini kembali lagi penetapanÂnya belum dicabut. Artinya SK pembekuan tersebut juga tidak berlaku. Jadi, artinya nanti muÂdah-mudahan ya ini menjadi moÂmentum yang baik, roda organÂisasi berjalan, timnas bisa kembali mengejar main di piala dunia sepÂerti yang selama ini kita lakukan,” simpul Aristo.
(Imam/net)