BOGOR, TODAYÂ – Meski anÂgka kematian ibu dan anak masih tergolong tinggi, KabuÂpaten Bogor masih optimis bisa menjadi Kabupaten Sehat di Provinsi Jawa Barat dan KeÂmenterian Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Camalia Wilayat Sumaryana mengungkapkan, saat ini Bumi Tegar Beriman masih berpredikat Kabupaten Sehat Wiwerda (Pembinaan).
“Sebelumnya kita berpreÂdikat Padapa (Pemantapan). Nah untuk bisa menjadi KaÂbupaten Sehat, diperlukan campur tangan dari semua stakeholder. Bukan hanya Dinkes,†ujar Camalia, Selasa (8/9/2015).
Camalia pun menyebutkan Dinas Kebersihan dan PerÂtamanan (DKP) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang juga harus berperan aktif unÂtuk menjaga lingkungan yang sehat.
Ia menyebutkan, beberapa indikator utama adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Di KabuÂpaten Bogor sendiri, AKI dan AKB masih cukup tinggi.
“Iya tapi kita ini masih dibawah tingkat nasional yang mencapai 125 orang per tahun dan kita masih dibawah itu dan kami akan terus memberi sosialisasi kepada ibu hamil serta kepada para suami,†lanÂjutnya.
Camalia mengaku banyak sekali persoalan yang harus mendapat perhatian untuk menekan AKI dan AKB, terÂmasuk perhatian terhadap wanita pekerja. “Sekarang ini ada tidak perhatian terhadap ibu hamil dan menyusui di instansi mereka bekerja, misÂalnya pojok ASI dan Bank ASI. Sekarang bagaimana kita bisa lahirkan generasi pintar, kalau gizinya kurang bagaimana,†katanya.
Untuk itu, Dinkes sendÂiri mulai mempelpori keÂberadaan pojok ASI di gedung Dinkes. Dengan keberadaan gedung tersebut, ia berharap ibu menyusui bisa tetap memÂberikan ASI kepada anaknya, meski ditengah aktivitas kerha sehari-hari. “kita juga akan dorong ini di SKPD lain, di mall-mall, perusahaan,†pungkasnya
Pada tahun 2013, jumlah keÂmatian ibu mencapai 71 orang dan jumlah kematian bayi 216. Sementara pada 2014, kemaÂtian ibu menurun menjadi 60 orang dan kematian bayi pun menurun menjadi 166.
“Yang perlu diberikan soÂsialisasi secara instens itu sebenarnya bukan para ibu hamil. Tapi justru suaminya. Karena mereka yang harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang hamil,†tegasnya.
Camalia juga mendorong adanya Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang juga salah sati indiÂkator Kabupaten Sehat.
“Naskah akademik RaperÂda KTR belum dibuat sampai saat ini. Karena di tahun ini tidak ada anggaran untuk peÂnyusunan raperda itu. Nanti tahun 2016 akan kita dorong, biar cepat,†katanya.
Ia menambahkan, untuk penyusunan naskah Raperda KTR membutuhkan biaya tak kurang dari Rp 235 juta. “Kan kita juga perlu studi banding ke daerah yang sudah menerÂapkan perda itu,†tambahnya.
Kadinkes juga akan akan mendorong untuk pembuaÂtan Peraturan Bupati (Perbup) mengenai Kematian Ibu, Anak dan Lansia (Kibla). “Kematian ibu dan anak juga saya akan dorong untuk dibuatkan perÂda. Karena masalah ini pekerÂjaan rumah yang sangat berat lho,†ungkapnya.
Ditempat yang sama, Ketua Tim Verifikasi Kabupaten SeÂhat dari Kementerian KesehatÂan Tutut Indra Wahyuni menÂgatakan, ada beberapa kriteria penilaian sehingga layak menÂjadi Kabupaten Sehat tingkat Wiwerda.
“Kami akan meninjau ke lapangan, seperti pemukiÂman warga, sanitasi, kawasan tanpa rokok, taman, jumlah angka kematian ibu, jumlah kematian bayi dan lainnya. Apabila kriteria-kriteria itu diÂpenuhi dan ada proses upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi, maka Kabupaten Bogor meningkat statusmya menjadi kabupaten sehat tingkat Wiwerda,†tandasnya.
(Rishad Noviansyah)