Dulu, ngopi identik dengan kalangan tua. Kini, kebiasaan menyeruput kopi sedang menjadi tren kalangan muda untuk menemani kongkow bersama rekan. Tak heran jika kedai kopi modern tumbuh subur di Tanah Air. Nah, setahun belakangan, ada satu macam kopi yang sedang hangat diperbincangkan, yakni cold brew coffee alias kopi seduh dingin. Namun, ini bukan kopi biasa yang dicampur dengan es batu agar dingin, cold brew merupakan salah satu metode menyeduh kopi. Seperti apa?
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Selain nikmat, secangkir kopi memberi rasa tenang dan minimal dipercaya efektif seÂbagai pengusir kantuk. KandÂungan kafein yang ada dalam minuman kopi bisa membawa efek meÂnyegarkan bagi tubuh. Banyaknya khaÂsiat yang terkandung dalam kopi juga membuat minuman berwarna hitam punya banyak penggemar.
Bila rata-rata kopi diseduh dengan air panas, cold brew coffee merupakan kopi diseduh dengan air bersuhu kaÂmar atau air dingin. Waktu penyeduÂhan bisa berlangsung antara 12 jam–24 jam. Setelah diseduh, hasilnya adalah kopi konsentrat yang dapat dinikmati dengan tambahan susu atau es.
Konon, dengan metode seduh ini, kadar asam pada kopi menurun. Dus, orang-orang yang biasanya tak suka kopi karena menimbulkan sakit perut atau maag, bisa menikmati cold brew coffee. Sebenarnya sudah ada beberÂapa kedai kopi yang menyajikan kopi dingin ini. Akan tetapi, baru awal tahun lalu, produk kopi cold brew dipasarkan dalam kemasan botol dan dijual ritel.
Adalah No Sleep Coffee yang menÂjadi pelopor produk cold brew coffee di Jakarta. Merek kopi dingin ini diperÂkenalkan Riska Ilmii, Ardianto Putra, Gian, dan Pulung Aldila. Riska bercerÂita, mereka berempat bertemu ketika masih sama-sama kuliah di Malaysia dan merupakan penggemar kopi. BahÂkan Pulung sempat belajar pembuatan cold brew coffee di luar negeri.
Ketika kembali ke Indonesia, merÂeka sepakat memasarkan cold brew coffee secara ritel dengan merek No Sleep Coffee. Ada dua varian kopi dinÂgin seduh No Sleep Coffee, yakni long black dan ice latte. Harga kopi siap miÂnum dalam setiap kemasan berukuran 300 ml adalah Rp 25.000 per botol.
Ada pemain lain yang turut meraÂmaikan tren cold brew coffee yaitu Reza Syah. Pria berusia 36 tahun ini memulai usahanya sejak Oktober taÂhun lalu. “Awalnya saya tak menemuÂkan cold brew coffee yang rasanya pas di lidah. Lalu saya coba buat sendiri dan ternyata banyak yang suka,†tutur dia.
Jual Online
Menurut Reza, kopi seduh dingin bukanlah produk baru di Amerika dan negara lain di Asia. Namun, di dalam negeri, produk ini baru muncul setaÂhun belakangan. Masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui produk ini. Dus, sebagai pemain baru, ia pun harus rajin mengedukasi maÂsyarakat. Di sisi lain, ia yakin produk ini bisa diterima karena di berbagai keÂdai kopi, konsumen pun sering memeÂsan kopi dingin yang dicampur es batu.
Pertama-tama Reza hanya membuat konsentrat dari kopi yang diseduh denÂgan air dingin. Konsentrat dalam keÂmasan botol 600 ml itu, kata Reza, bisa dibagi menjadi delapan gelas kopi jika ditambah dengan susu atau es batu.
Namun, peminat konsentrat itu terbatas pada penggemar kopi pahit. Setelah itu, konsumen minta dibuatÂkan produk yang bisa langsung dinikÂmati dari kemasan tanpa harus disajiÂkan lagi. Reza pun membuat beberapa varian cold brew coffe, yaitu ice milk latte, red velvet, vanilla latte, dan baÂnana chia seed latte. Beragam varian itu banderol harganya Rp 49.000 hingÂga Rp 129.000 per botol.
Meski tergolong produk baru, pelaku usaha optimistis cold brew cofÂfee bisa diterima masyarakat. Mereka optimistis kopi seduh dingin ini bukan tren sementara. “Bisnis minuman kopi merupakan bisnis yang berumur panÂjang karena kopi sudah ada sejak dulu, dan akan terus ada,†kata Riska. ApaÂlagi, masyarakat kian kreatif meracik varian kopi.
Pertumbuhan pasar untuk kopi seduh dingin juga didukung oleh perÂtumbuhan kelas menengah di negeri ini. Maklum, kelas menengah denÂgan kantong yang lebih tebal gemar melakukan eksplorasi terhadap berÂbagai hal, termasuk memenuhi selerÂanya dalam
menikmati kopi.
Produk cold brew coffee ini juga praktis. “Konsumen tinggal pesan, lalu kami antar dan mereka bisa minum tanpa harus diseduh lagi,†ujar Riska. Pria berusia 26 tahun ini menambahÂkan, ia dan teman-teman butuh waktu cukup lama untuk mempersiapkan bisnis No Sleep Coffee. Setelah tahu metode penyeduhan kopi dengan air dingin, mereka butuh enam bulan unÂtuk mendapatkan formula atau resep yang pas.
Awalnya, No Sleep Coffee ditaÂwarkan ke kerabat dan kenalan para pendirinya. Namun lama-kelamaan seÂmakin banyak yang pesan. Kalau dulu, barista No Sleep Coffee hanya memÂbuat 80 botol kopi per minggu, kini orÂder meningkat pesat jadi 1.000–1.500 botol saban bulan.
Menurut penuturan Riska, sepanÂjang 2014, ia dan teman-teman bisa mengantongi omzet Rp 500 juta. AdaÂpun margin keuntungan dari bisnis ini bisa mencapai 100%. “Seperti produk F&B lain, cold brew coffee ini marginÂnya 100%,†cetusnya.
Riska bilang, produk ini sengaja diÂjual secara ritel, bukan di kedai kopi agar bisa dinikmati lebih banyak konÂsumen. Di samping itu, jumlah kedai kopi sudah terlalu banyak. “Kalau mau bikin kafe juga, produk kami masih seÂdikit jadi konsumen tidak punya alterÂnatif yang banyak,†katanya.
Selain memesan secara online, konÂsumen juga bisa menikmati No Sleep Coffee di beberapa restoran seperti DaÂpur Ciragil, Senopati, Vaplab Kemang, Senayan Trade Center, Cipete, dan VaÂper Chamber SCBD. “Kami kerjasama secara konsinyasi untuk konsumen yang mau langsung menyeruput No Sleep Coffee tanpa harus menunggu produk diantar,†tambah dia.
Kopi Nusantara
Cara yang sama juga dilakukan Reza dengan kopi Ray’s Bottle of Joe. KapaÂsitas produksi kopi seduh dinginnya saat ini mencapai 100 botol per hari. Perolehan omzetnya rata-rata Rp 50 juta per bulan.
Sejak awal, Reza memasarkan produknya lewat jalur online, terutama Instagram. Setiap kali Reza memperbaÂharui halaman Instagram Ray’s Bottle of Joe, pesanan yang masuk bertambah. “Kalau kami lama tidak update media sosial, pesanan bisa sepi,†kata dia.
Banyaknya produk kopi yang bereÂdar di pasar bebas membuat konsumen selektif terhadap produk kopi. Rasa dan kualitas akan menjadi pertimbanÂgan mereka dalam memilih kopi yang akan diseruputnya. Sudah bukan rahaÂsia, bahkan sudah diakui dunia bahwa kopi nusantara punya kualitas yang tinggi dan rasa yang enak.
Hal ini diamini oleh para pengusaha cold brew coffee. Tiap produk kopi seduh dingin yang mereka buat seÂlalu menggunakan kopi dalam negeri sebagai bahan baku utamanya. Riska mengklaim, No Sleep Coffee merupakÂan satu-satunya produk cold brew yang memadukan beberapa jenis kopi. “KaÂlau produk lain hanya menggunakan satu jenis kopi, tapi kami mencampur tiga jenis kopi nusantara,†katanya.
Untuk varian long black coffee, jenis kopi yang digunakan ialah AraÂbica toraja, Arabica ijen, dan Arabica papua. Sementara itu, ice latte mengÂgunakan biji kopi Arabica gayo, AraÂbica flores, dan Robusta temanggung. “Semua bahan baku No Sleep Coffee berasal dari dalam negeri, tak perlu impor,†cetus dia.
Berbeda halnya dengan produk Ray’s Bottle of Joe. Reza bilang kopi yang digunakan dalam produknya meÂmang merupakan kopi dalam negeri, misalnya kopi toraja, kopi sidikalang, dan kopi gayo. Tetapi, cokelat, vanilla, dan chia seed yang digunakan dalam campuran kopi merupakan produk impor. “Kami ingin bahan terbaik, jadi mau tak mau harus kami impor agar tiÂdak merusak rasa kopinya,†tutur dia.
Meski kopi yang jadi bahan baku merupakan produk lokal, tapi peraÂlatan untuk membuat cold brew coffee harus diimpor. Riska dan Reza bilang, alat seduh kopi, seperti cold press dan grinder didatangkan dari luar negeri. Dus, investasi untuk usaha ini pun terÂgolong tinggi.
Riska dan teman-teman merogoh kocek Rp 70 juta untuk modal awal. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan, bahan baku, dan kemasan botol kaca. Adapun dapur produksi diÂlakukan di dapur pribadi sehingga merÂeka tak perlu menyewa tempat.
Sementara itu, Reza merintis usaÂha Ray’s Bottle of Joe dengan modal tak sampai Rp 50 juta. “Dulu kami tak perlu menyewa tempat untuk produksi,†ucapnya. Namun, seiring perkembangan usaha, Reza menyewa tempat di kawasan Kalibata sebagai loÂkasi produksi. Bila ditotal, nilai investaÂsi Reza mencapai Rp 140 juta.
Reza melanjutkan, cold brew cofÂfee jadi peluang usaha yang menjanÂjikan. Pasalnya, saat ini, produk kopi seduh dingin yang dijual secara ritel sangat terbatas. Dibandingkan dengan banyaknya penggemar kopi, jumlah produk yang beredar masih sedikit. “Peluang untuk pemain baru masih terbuka lebar,†ujar Reza.
Demikian pula Riska mengatakan bahwa potensi bisnis untuk produk ini sangat bagus. Di masa mendatang, RisÂka berencana bekerjasama dengan jarÂingan supermarket seperti Ranch MarÂket atau Kemchick untuk meluaskan pemasaran No Sleep Coffee. “Tahun ini kami juga akan menambah produk, yaitu biji kopi yang bisa diseduh sendÂiri karena ada penggemar kopi yang puas jika menyeduh sendiri kopinya sebelum diminum,†tutur dia. (KTN)