20151006_164501Citarasa Mie Bakso Appolo memang sangat khas. Berdiri sejak 1968 silam, kedai bakmi ini pun cukup legendaris dengan rasa ‘setia’ dari masa ke masa. Maka tak heran jika nama Apollo merupakan salah saatu merek dagang yang cukup sohor di Bogor. Mempekerjakan 53 orang karyawan, Mie Bakso Apollo kini tersebar di beberapa pusat keramaian kota hujan. Bahkan, sang pemilik, Harry Tjahjadi, sedang merencanakan ekspansi bisnis ke luar daerah dengan menambah gerainya. Seperti apa?

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Mie Bakso Apollo memulai debut­nya tidak lama setelah pesawat ruang angkasa pertama, Apollo, yang diawaki astronot Frank Borman, James Lovell dan Wil­liam Anders, lepas landas dari Florida, Amerika Serikat pada 21 Desember 1968.

“Nama Mie Bakso Apollo terinspirasi dari peristiwa bersejarah itu. Kedua orangtua saya (Lie Kie Thay dan Tjia Phoe Kiaw) yang mendiri­kan pertama usaha ini. Filosofi nama Apollo adalah semoga usaha yang dijalankan ini bisa melesat ke atas dan bisa menjadi legendaris,” un­gkap Harry Tjahjadi yang biasa disapa Aliong itu.

Namun karena satu dan lain hal, Mie Bakso Apollo harus menghentikan sementara usahan­ya sekitar tahun 1973. Berniat ingin mewariskan usaha keluarga, Aliong kemudian berinisiatif untuk menghidupkan kembali nafas Apollo. Ia pun mulai merinti s dari nol mulai 1996.

Tidak ada yang berubah dari rasa yang di­tawarkan Apollo pada 1968, 1996 hingga kini. “Namun, tidak mudah ketika itu mendirikan usaha dari nol. 1996 saya mulai lagi dari awal. Empat tahun kemudian, kerja keras saya tidak sia-sia, penju alan mulai meningkat samapai sekarang. Waktu itu saya buka per tama di Penampungan Pasar Anyar setelah kebakaran. Bentuknya dulu kios sementara ukuran 6×2,5 meter,” cerita Aliong.

Dari lapak kecil itu, kemudian Aliong mulai mengembangkan bi snisnya. Sejumlah cabang dibuka untuk memnehui permint aan pelang­gan. Selain Pasar Anyar, Mie Bakso Apollo juga terdapat di samping Pusat Grosir Bogor (P GB), Plaza Jambu Du a dan Lippo Plaza Bogor (sebel­umnya Ekalokasari). “Selain mempertahankan citarasa, Apollo juga terus berbenah dari sisi layanan maupun kenyamanan tempat. Kami juga terbantu dari promosi mulut ke mulut pelanggan,” kata pria kelahiran Bandung, 15 September 1955.

Sohornya usaha yang digeluit Aliong ini pun mendorong salah satu perusahaan bahan makanan mengganjarnya dengan berbagai penghargaan sebagai tempat makan mie ayam favorit. “Sehari kami bisa jual 1,5 kuintal mie hari biasa dan 2,5 kuintal pada weekend. Per­saingan ya saya anggap biasa. Kita bersaing se­hat. Adanya pesaing justru memacu kita untuk selalu memberikan pelayanan yang baik. Saya turun langsung kontrol kualitas,” tandasnya.

Pada sisi menu, Apollo tidak hanya menawarkan mie ayam atau bakso saja. Ada juga bihun, kwetiaw, nasi tim, pangsit rebus dan lain sebagainya. Minuman yang spesial di kami ada es campur, es teler, coc t ail dan anek jus. “Harganya cukup terjangkau paling mahal Rp17.500,” kata dia.

Untuk kenyamanan pengunjung, Apollo juga melakukan inovasi pada sisi su asana tem­pat makan. Jika biasanya menggunakan kusri besi, kali ini Apollo di samping PGB menggu­nakan sofa.

Ke depannya, Aliong mencoba mengem­bangkan bisnisnya dengan membuka cabang baru. Rencananya, luar daerah seperti Jakarta dan Bandung menjadi tujuan ekspansi.

(Apriyadi Hidayat)

============================================================
============================================================
============================================================