Profesi pekerja lepas atau freeÂlancer diprediksi akan makin tren di Indonesia beberapa tahun ke depan. Penghasilannya, bisa dibiÂlang cukup wow! Willix Halim, peÂmuda asal Medan, sudah menjadi petinggi start up yang berbasis di Sydney, freelancer.com. Seperti apa kiprahnya?
(Yuska Apitya Aji)
“WELL, salah satu yang kita bakalan bet on, menurut kita 20 taÂhun lalu, pas mau kerja bisa 20 tahun. 10 Tahun lalu, kerja 3 tahun pindah-pindah. Era milÂlenium, setahun-dua tahun pindah. Kita predict untuk future bakal bid per project doang gitu. Per project pindah-pindah-pindah, itu freelancÂer,†jelas Vice President of Growth freelancer.com, Willix Halim.
Willix di kantor pusat freelancÂer.com di Sydney, New South Wales, Australia,mengatakan, kerjaaan lepas makin diminati di masa depan lantaran sanÂgat fleksibel dan tak membutuhkan kantor.
Setidaknya, data tren profesional lepas ini disitir WilÂlix dari freelancer.com sendiri. Per September 2015, anggota freelancer.com di Indonesia sudah mencapai 1 juta, naik dari 2 tahun lalu yang hanya 60 ribu. “Yang kerja di freelancer.com di Indonesia, yang mainÂtain website freelancer nggak banyak orang ya. Cuma profesional yang gabung di freelancer di Indonesia itu 1 juta orang. Jadi agak besar freelancer kita, suka denÂgan platformnya. 1 Project mereka bisa dapat sampai Rp3 juta, itu bisa 2-3 hari doang,†jelas dia.
Pria kelahiran Medan, Sumatera UtÂara, 27 tahun ini bahkan mengatakan di Indonesia, ada anggota freelancer.com yang berpenghasilan miliaran rupiah seÂtahun. “Di Indonesia ada freelancer yang penghasilannya AUD 300.000 (Rp 3 milÂiar) per tahun. Which is not bad, for one person. Freelancer kita dari Bandung, itu bisa sampai Rp 3 miliar per tahun. KaÂrena website company, nggak masalah employeenya di mana yang penting freeÂlancer-nya banyak dari Indonesia,†imbuh Willix.
Yang ditawarkan di situs freelancer.com ini kebanyakan bidang IT seperti pembuatan website, data entry, ada pula desain produk dan marketing. “Buat website yang paling top,†tutur dia.
Situs freelancer.com adalah situs yang mempertemukan perusahaan dan profesional dengan proyek-proyek lepas alias freelance. Di situs ini, perusahaan memposting proyek lepas beserta plafon nilai proyeknya. Nah profesional lepas kemudian menyodorkan proposal portoÂfolio beserta nilai proyeknya. Seperti lelÂang, perusahaan kemudian memilih proÂfesional lepas terbaik dari portofolio dan nilai proyek yang ditawarkan. “Kita apply ke freelancer.com, mereka nge-post proÂject. Jadi misalnya mau buat website, ini 20 dolar, 40 dolar. Employee-nya milih siapa yang paling bagus,†lanjutnya.
Tak jarang, para freelancer justru mendapatkan kerja profesional tetap dari portofolionya bekerja via freelancer.com ini. “Cuma banyak sih kaya cara-cara emÂployee lihat talent ini, suka, langsung hire aja. Jadi banyak cara-cara, cuma majority kaya gitu,†tuturnya.
Dengan situs ini, para freelancer dan pemilik proyek bisa bekerja lintas negara, lintas benua. Willix mencontohkan untuk proyek lepas paling favorit di situsnya, yakni desain web. Pemilik proyek bisa berasal dari Amerika Serikat, dan profeÂsional lepasnya dari China dan India dan tanpa perlu bertemu muka. “Nggak bisa pilih negara supaya bisa lebih adil dan fair,†papar dia.
Namun, go local juga adalah salah satu perhatiannya. Misal memungkinkan pemilik proyek atau profesional lepas ini memilih proyek di negara yang sama. “More local salah satu affect kita, gimana supaya bisa local misal di US doang sekiÂtar 50 km, supaya bisa ambil atau apa. Digital udahlah ya, ada inisiatif baru unÂtuk tackle local doang, seperti Go-Jek, di Jakarta doang misalnya. Sekarang lokaÂlnya Sydney doang, soalnya Sydney cukup padat,†tutur sarjana bidang robotika dari Universitas Melbourne ini.
Pria kelahiran Medan, Sumatera UtaÂra, 27 tahun lalu itu pindah ke Australia saat usianya 16 tahun kemudian melÂanjutkan kuliah di bidang robotika UniÂversitas Melbourne. Sekitar 4 tahun lalu bergabung dengan freelancer.com kala perusahaan itu sudah berusia sekitar 2 tahun. “Founder dan CEO-nya Matt (Matt Barrie), saya joint after one or two years after that. Awalnya kecil, di Kingstreet Wharf about 20 people, 4 tahun lalu pas aku joint tumbuh terus, tumbuh terus,†ujar Willix.
Ditanya tentang proyek selanjutnya, Willix mengatakan akan membuat situsnÂya lebih terjangkau komunitas lokal di tiap negara. “Buat online job itu cash cow kita istilahnya, karena mayoritas pendaÂpatan kita datang dari sana. Inisiatif kita local job di mana hire freelancer lingkunÂgannya, supaya bisa melakukan sesuatu yang local-local job gitu. Ya lebih mirip ke Go-Jek atau Grab Bike,†tuturnya.
Meski sudah menjadi petinggi start up global di Sydney dan memiliki status permanent residence, Willix menginginÂkan kembali ke Indonesia suatu saat nanÂti. “Saya masih mau kembali, iyalah saya masih cinta Indonesia,†tegasnya mantap.