DOHA, TODAY — Harga minyak dunia pada perdagangan Senin (18/4/2016) jatuh hingga 5% setelah pertemuan para produsen utama minÂyak dunia di Qatar kemarin gagal mencapai keÂsepakatan untuk membekukan produksi.
Seperti dikutip dari Reuters, Senin (18/4/2016), harga minyak mentah brent diperÂdagangkan sebesar USD40,86 per barel pada pukul 00.29 GMT atau turun 5,2% sejak sesi sebelumnya. Sementara, harga minyak AmeriÂka Serikat, West Texas Intermediate (WTI) tuÂrun 5,7% ke posisi USD38,06 per barel.
Sebanyak 18 negara eksportir minyak, termasuk nonOPEC Rusia, telah berkumpul di Ibu Kota Qatar, Doha untuk mencapai kesepakaÂtan dalam rangka menstabilkan produksi minyak pada tingkat JanÂuari hingga Oktober 2016.
Namun, kesepakatan tiÂdak tercapai setelah Arab Saudi menuntut Iran bergabung untuk menyelamatkan kesepakatan dan membantu menopang harga minÂyak mentah. “Kegagalan ini negatif dari sudut pandang psikologis. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan semua pihak untuk bekerja sama,†kata Gary Ross, pendiri dan ketua eksekutif di konsultan berbasis di New York PIRA.
Pengembangan akan kemÂbali menghidupkan industri atas kekhawatiran bahwa produsen utama kembali memulai pada pertempuran untuk pangsa pasar di dunia sudah dibanjiri dengan minyak yang tidak diinginkan, terÂutama setelah Riyadh mengancam akan meningkatkan produksi cuÂkup tajam jika tidak ada kesepakaÂtan pembekuan yang dicapai.
Akibatnya, harga Bernt keÂmungkinan akan berada pada rata-rata USD36 per barel pada kuartal kedua tahun ini akibat kelebihan pasokan minyak global yang terus berlanjut. “Pertemuan ini dan hasilnya harus membanÂgun keyakinan bahwa rebalancing pasar minyak sudah dekat, serta membangun lingkaran kepercayÂaan di antara produsen minyak untuk kemungkinan kerja sama di masa depan dan terkoordinasi. Dalam hal ini, pertemuan itu gagal total,†kata Barclays. “Kegagalan pembicaraan memberikan pasar indikasi yang jelas (mirip dengan Desember 2015 pertemuan OPEC gagal), relevansi OPEC di lingkunÂgan pasar ini telah memudar, dan kemampuannya untuk berkoordiÂnasi dengan anggota di luar kelomÂpok sama-sama sulit,†imbuhnya.
Harga minyak telah jatuh seÂbanyak 70% sejak pertengahan 2014 sebagai produsen telah diÂpompa 1-2.000.000 barel minyak mentah setiap hari lebih dari perÂmintaan, meninggalkan tangki peÂnyimpanan di seluruh dunia yang penuh dengan rims dengan bahan bakar yang tidak terjual.
Di luar kesepakatan gagal, naÂmun ada tanda-tanda dari pasar terkait pengetatan akibat pemogoÂkan pekerja minyak di Kuwait yang mungkin telah memangkas produksinya dari 2,85 juta barel per hari (bph) menjadi hanya 1,1 juta barel per hari.
Sementara itu, Indonesian Petroleum Association (IPA) menÂgatakan, penurunan harga minyak mentah dunia harus dimanfaatkan untuk menggenjot investasi di sekÂtor hulu migas.
“Ini mengingat biaya eksploraÂsi migas (minyak dan gas bumi) menurun, mengikuti tren harga minyak dunia,†kata Board of DiÂrector IPA, Tenny Wibowo di JaÂkarta, Senin (18/4/2016).
Tenny mengungkapkan, kesÂempatan ini mesti dimanfaatkan untuk meningkatkan eksplorasi guna menambah cadangan dan kapasitas produksi nasional. Sehingga, ketika harga minyak kembali naik pemerintah tinggal memetik keuntungan yang bertÂimpah.
Berdasarkan proyeksi BP EnÂergy Outlook 2016, harga minyak bisa mengalami rebound dalam beberapa tahun ke depan seiring permintaan yang meningkat. ApaÂlagi, bahan bakar yang berasal dari fosil masih mendominasi, yakni sekitar 80%, dari total kebutuhan dunia pada 2035.
“Upaya ini sejalan dengan priÂoritas pemerintah untuk mencipÂtakan ketahanan energi nasional Dengan cadangan energi yang berÂlimpah maka impor minyak juga bisa ditekan,†ujarnya
Meski begitu, Tenny meÂnyebut, langkah tersebut perlu mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan, terutama pemerintah. Diperlukan intervensi kebijakan agar upaya mendorong iklim investasi hulu migas semakin baik ke depannya.
Sementara itu, Direktur JenÂderal Minyak dan Gas Bumi KeÂmenterian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, insentif untuk industri hulu masih terus dibahas. “Tungguh sebentar lagi, nanti kami rilis ya (hasilnya). Belum detail kami laporkan ke Menko dalam raÂkor,†kata Wiratmaja, kemarin.
(Yuska Apitya/dtk)