minyak-mentahJAKARTA, TODAY — Meski harga minyak du­nia jatuh hingga di bawah USD 50 per barel, pemerintah Indonesia belum berniat menu­runkan harga BBM eceran dalam negeri. Ala­sannya, pemerintah masih punya utang kepada PT Pertamina (Persero), karena harus menom­bok penjualan bensi Premium dan Solar.

“Nanti akan dihitung per 1 Agustus akan ada ketentuan lebih lanjut. Karena harga BBM ditentukan harga minyak dan kurs. Kemudian ada variabel lain yang menjadi dasar. Misalnya keun­tungan pom bensin (SPBU) dan lain-lain,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, ditemui di komplek Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/7/2015).

Menurutnya, ketentuan harga BBM merupakan hal biasa setiap bulannya, yang dikeluarkan pemerintah melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM. “Ketentuannya per bulan (harga BBM), karena beberapa (bulan sebelumnya) harga tetap tidak ada perubahan,” kata Sofyan.

Walaupun harga minyak dunia saat ini turun, Sofyan tidak menjamin harga BBM seperti Premium dan Solar bakal turun. Meskipun harga minyak turun, lanjut Sofyan, pemerintah tidak untung dalam penjualan BBM. “Malah kita berutang ke Pertamina,” ungkap Sofyan.

Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengakui, se­jak awal tahun hingga saat ini, Pertami­na harus menanggung kerugian ratusan juta dolar Amerika Serikat, karena harga Premium dan Solar yang dijual di bawah harga keekonomian.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Sampaikan Laporan Keuangan Pemkab Bogor Tahun 2023 Kepada BPK

“Nanti kita share ya (angka kerugian penjualan BBM), jumlahnya memang cukup besar di ratusan juta dolar,” kata Direktur Keuangan Pertamina, Arif Budi­man dalam pesan singkatnya.

Kerugian Peramina tersebut terjadi karena, ketika harga minyak dunia naik dan kurs rupiah melemah terhadap USD sejak Maret lalu, Pemerintah menahan untuk menaikkan harga BBM. Seperti harga solar saat itu harusnya Rp 9.200/liter namun harga solar yang ditetapkan pemerintah tetap Rp 6.900/liter.

Menteri ESDM Sudirman Said send­iri mengakui, secara keseluruhan dari awal tahun hingga saat ini, Pertamina masih merugi dalam penyaluran BBM baik itu premium maupun solar. “Secara keseluruhan penjualan BBM masih mi­nus,” ucap Sudirman.

Ia juga menegaskan, walau harga minyak mentah dunia saat ini sedang turun, tapi pemerintah tidak akan buru-buru untuk melakukan penyesuaian harga BBM di SPBU. “Kemarin kan wak­tu harga masih tinggi Pertamina rugi, nah ini mau kalau harga minyak dunia turun, kita akan gunakan kompensasi, lagi dihitung berapanya. Jadi nggak akan turun buru-buru,” paparnya.

BACA JUGA :  Kasus DBD Melonjak, Kota Bogor Siap Lakukan Gerakan Jumantik Lebih Masif

Seperti diketahui, harga minyak mentah AS turun di bawah USD 50/barel pada perdagangan Rabu. Setelah pemerintah AS menunjukkan data pen­ingkatan stok minyak negara tersebut. Pelemahan minyak juga didorong oleh faktor menguatnya dolar, serta me­lemahnya pasar saham global.

Stok minyak AS naik 2,5 juta barel. Padahal sebelumnya, Energy Information Administration (EIA) memperkirakan stok minyak AS akan menurun 2,3 juta barel.

Menurut data EIA, impor minyak AS dari Arab Saudi naik menjadi 1,44 juta barel per hari, dari pekan sebelumnya 1,32 juta barel per hari. Harga minyak AS turun USD 1,67 (3,28%) ke USD 49,19 per barel, pertama kali di bawah USD 50 sejak April. Sementara harga kon­traknya untuk pengiriman September USD 49,04 per barel.

Sementara harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengiriman Septem­ber, turun 91 sen menjadi USD 56,13 per barel.

Seperti diketahui juga, hingga saat ini harga Premium untuk wilayah di luar Pulau Jawa, Bali, dan Madura ditetapkan pemerintah Rp 7.300/liter, sementara harga premium di Jawa, Bali, dan Madura ditetapkan Pertamina Rp 7.400/liter.

(Alfian M|dc)

============================================================
============================================================
============================================================