WASHINTON TODAYÂ – Harga minyak duÂnia menyentuh tingkat tertingginya yakni 5 % di 2016 pada perdagangan Jumat (18/3/2016). Harganya kembali menÂembus USD40/barel. Kondisi ini didorong oleh optimisme pelaku pasar, bahÂwa produsen minyak utama dunia akan menahan laju produksinya ke tingkat yang sama di Januari 2016. KesepakÂatan penahanan produksi ini diprediksi terjadi April.
Pelemahan dolar AS setelah Federal Reserve (The Fed) meÂnahan suku bunga acuannya, juga ikut mendorong kenaikan harga minyak dunia.
Pemimpin OPEC, Arab SauÂdi beserta produsen minyak non OPEC, Rusia, dijadwalkan akan bertemu pada 17 April 2016 di Doha, Qatar, untuk membicarakan pembatasan laju produksi mereka. “Ada keÂmungkinan kontrol suplai akan diputuskan dalam pertemuan tersebut. Mengasumsikan itu terjadi, pelaku pasar melakuÂkan antisipasi,” kata Analis, Pete Donovan, dilansir dari ReÂuters, Jumat (18/3/2016).
Harga kontrak berjangka minyak West Texas InterÂmediate (WTI) produksi AS naik USD1,74/barel (4,5%) ke USD40,2/barel. Sebelumnya sempat menyentuh tingkat terÂtinggi di tahun ini, yaitu USD 40,26/barel.
Minyak jenis Brent, harganÂya naik USD1,21/barel menjadi USD41,54/barel, dan sempat menyentuh tingkat tertingÂginya di tahun ini, yaitu USD 41,6/barel. Harga minyak duÂnia menguat dua hari kedua berturut-turut kemarin. Harga minyak bertengger di atas USD 40 per barel untuk pertama kalinya dalam tahun ini.
Harga minyak terangkat oleh penurunan tajam dolar AS dan munculnya kembali opÂtimisme bahwa produsen-proÂdusen utama akan mencapai kesepakatan pada bulan depan untuk membekukan tingkat produksi mereka.
Minyak mentah West TexÂas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melonjak USD 1,74 (4,5 persen) menÂjadi berakhir di USD40,2 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini adalah pertama kalinya WTI ditutup di atas USD40 sejak 3 Desember taÂhun lalu.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriÂman Mei stabil pada harga USD 41,54 per barel, naik USD1,21 (3 persen).
Bob Yawger dari Mizuho Securities USA mengatakan pendorong reli ini adalah sinÂyal kebijakan Federal Reserve AS pada Rabu, yang memperÂtimbangkan kembali untuk menaikkan suku bunga bank sentral AS selanjutnya.
Langkah The Fed itu menÂgirim dolar AS berada pada poÂsisi lebih rendah terhadap mata uang utama lainnya untuk hari kedua berturut-turut, menÂgangkat harga minyak mentah. “Dolar yang melemah hari ini berkorelasi terbalik dengan minyak mentah. Minyak menÂtah akan reli,” kata Yawger.
Pelemahan dolar memÂbuat minyak mentah yang diÂperdagangkan dalam dolar AS lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya. Penurunan produksi AS juga mendukung pasar kenaikan ini. Produksi minyak mentah negara itu berkurang 10 ribu barel menÂjadi 9,068 juta barel per hari pada pekan lalu, menurut laporan mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA).
(Yuska Apitya/dtk)