SAUDI, TODAY — Harga minyak dunia pada Rabu (24/2/2016) anjlok 4% di pasar New York. Ini terjadi, setelah Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi, menyatakan negaranya masih belum berpikir untuk memangkas produksi minyak. Komentar ini diutarakan dalam sebuah konferensi di HousÂton, Amerika Serikat (AS). Arab Saudi tidak mau memangkas produksi minyaknya, meski menÂgetahui stok minyak AS naik dua kali lipat dari prediksi analis.
Menurut Al-Naimi, pasar tetap akan menyerap kelebihan suplai minyak di pasar dengan harga yang rendah. Seperti dikÂetahui, negara eksportir minyak besar dunia, Arab Saudi dan RuÂsia, telah berencana untuk menaÂhan produksi minyaknya ke tingkat yang sama dengan produksi di Januari 2016. Namun rencana ini akan berjalan, bila produsen lain juga mengikuti langkah ini.
Ali Al-Naimi mengatakan, peÂmangkasan produksi negara-negaÂra OPEC maupun non-OPEC tidak akan terjadi. “Karena kenyataanÂnya banyak negara yang tidak akan berhenti berproduksi,†ujar Ali, dalam konferensi di Houston Texas, kemarin.
Apabila dunia ingin kesÂepakatan dari Arab Saudi terÂkait pemangkasan produksi, Ali menegaskan harus disertai pula oleh kesepakatan negara-negara eksportir lainnya. Sementara negara non-OPEC, Rusia akhirnya sepakat untuk menahan produksi selama bulan Januari 2016. Saat ini, di pasar dunia diperkirakan ada kelebihan produksi minyak.
Dilansir dari Reuters, Rabu (24/2/2016), pertemuan lanjutan membahas penahanan produksi ini akan dilakukan Maret. Saat ini, diperkirakan ada kelebihan produksi minyak di dunia sebesar 1 juta-2 juta barel per hari.
Harga kontrak berjangka minÂyak jenis Brent turun USD 1,42/ barel atau 4%, ke USD 33,27/ barel. Minyak produksi AS turun USD 1,52/barel atau 4,6% ke USD 31,87/barel.
American Petroleum Institute (API) mengatakan, stok minyak di AS naik 7,1 juta barel pada peÂkan lalu, menjadi 506,2 juta barel. Peningkatan ini di atas ekspektasi para analis, yang memprediksi kenaikannya hanya 3,4 juta barel. Kondisi ini membuat harga jatuh.
Tolak Pembekuan Produksi
Sementara itu, Menteri PerÂminyakan Iran Bijan Zanganeh menolak kesepakatan pembekuan produksi minyak antara dua proÂdusen utama, Arab Saudi dan RuÂsia. Melalui kantor berita ISNA, ia menyebut kesepakatan itu sebagai “leluconâ€.
Menurutnya, beberapa negÂara tetangga telah meningkatÂkan produksi minyaknya selama bertahun-tahun menjadi 10 juta barel per hari. Kemudian, saat ini negara-negara tersebut mendoÂrong Iran membekukan produksi minyak.
“Mereka membekukan produksi pada 10 juta barel per hari dan kami membekukan pada satu juta barel per hari. Ini adalah lelucon yang sangat lucu,†kata Zanganeh.
Dalam rangka menstabilkan pasar menyusul berlebihnya paÂsokan minyak, Rusia dan anggota OPEC Arab Saudi, Venezuela dan Qatar pada Selasa mengumumkan kesepakatan awal untuk memÂbekukan produksi pada Januari, asalkan produsen utama lain mengikutinya.
Kabar itu memunculkan haÂrapan pasar akan stabilisasi harga minyak setelah pada pekan lalu menyentuh level terendah dalam 13 tahun terakhir.
Iran, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar kedua di dunia, telah meningkatkan produksinya sejak kesepakatan dengan kekuatan Barat mengakhÂiri sanksi atas program nuklir konÂtroversialnya.
Zanganeh mengatakan ada ruÂang untuk diskusi terkait wacana itu. Namun, ia menegaskan Iran tidak akan menyerahkan pangsa pasarnya.
(Yuska Apitya/dtkf)