Model cantik berwajah oriental ini meninggalkan industri panggung catwalk untuk memilih menjadi pendeta sejak September 2013 lalu, sang model memuÂtuskan untuk aktif dalam mengabarkan Injil. Ia pun makin bahagia menjalaninya, dengan keliling dunia.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Awalnya dari sebuah desa kecil di Bali, kehidupan Trinita berubah ketiÂka dia memenangÂkan kompetisi pemodelan dan pindah ke New York untuk mengejar karier di industri saat ia maÂsih berusia 15. KemuÂdian, dia terpikat oleh kekayaan dan kemeÂwahan yang dijanjikan di dunia modeling.
“Saya mengira bahÂwa jika saya punya lebih banyak uang saya akan lebÂih bahagia, jadi saya mengejar modeling untuk kebahagiaan, meninggalkan teman-teman dan kelÂuarga di belakang untuk melakukan perjalanan ke New York,†katanya.
Namun, ternyata meskipun mendapat kesuksesan duniawi, teman, dan pacar, dia mengatakan bahwa dia tidak bisa melarikan diri dari perasaan hampa. Dia bertanya ke teÂman-temannya untuk saran, tapi mereka meÂnyarankan dia untuk memakai narkotika dan berpesta. Saran itu membuatnya “takutâ€, jadi dia mulai mencari alternatif.
Semuanya berubah ketika agennya meminÂtanya untuk melakukan perjalanan dari New York ke Paris untuk pekerjaan model. Setelah tiba di kota, dia bertemu dengan seorang gadis yang mengundangnya ke gereja.
Trinita pergi ke ibadah dan ia berkata, “Tuhan menjemÂbatani hati dan pikiran dan benar-benar menghibur hati saya. Saya meraÂsakan kasih seperti yang belum pernah saya raÂsakan sebelumnya.â€
Awalnya, model-model lain meremehÂkan dan kadang-kadang mengejek keputusan untuk tidak melakukan pemotretan tertentu berÂdasarkan imannya. Namun, Trinita mengatakan, “Mereka mengolok-olok walaupun sebenaÂrnya mereka tertarik dan bertanya keÂpada saya tentang itu. Mereka tertarik dengan iman saya dan bagaimana saya berbeda.â€
Dia sekarang melakukan perjalanan di sekiÂtar Asia, dan dunia, bekerja untuk Ravi ZachaÂrias dan membagikan Injil.
Meskipun meninggalkan industri fashion, Trinita masih melihat harapan di dalamnya. Kreativitas yang ditunjukkan oleh desainer adalah reflektif dari Allah pencipta, katanya, dan harus ditebus sehingga dapat membawa kemuliaan bagi dirinya. Dia kini bergabung dengan ilmuwan, pengacara, teolog dan filsuf untuk mengeksplorasi isu-isu etika, iman, sekÂsualitas, ilmu pengetahuan dan penderitaan.