Opini-2-HeruKEPALA Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bogor, Edgar Suratman, meminta agar Program Ngabogor yang terdiri dari Ngabogor Bodas, Ngabogor Hejo dan Ngabogor Bulao benar-benar diterapkan di sekolah-sekolah, tidak hanya dijadikan slogan.

Oleh: Heru Budi Setyawan
Pemerhati Pendidikan

Dalam program terse­but terkandung tiga makna Ngabo­gor Bodas, hubun­gan dengan Tuhan (Hablum Minalloh), Ngabogor Hejo, hubungan dengan alam se­dang hubungan dengan manusia diwujudkan dengan Ngabogor Bulao, jelas Kadisdik Kota Bogor, “Nanti saya akan cek ke setiap sekolah apakah Program Ngabo­gor ini benar-benar diterapkan atau tidak,” tegasnya. (FOKUS­BOGOR.com, Rabu, 26/8/2015).

Lalu bagaimana implemen­tasi program Ngabogor selama ini? Dari ketiga prinsip Ngabogor, yaitu Ngabogor Bodas, Ngabogor Hejo dan Ngabogor Bulao menu­rut penulis hanya Ngabogor Hejo yang berjalan dengan sangat suk­ses. Ngabogor Hejo bisa berhasil karena didukung secara penuh oleh 2 koran terbesar di Bogor, yai­tu Radar Bogor dan Bogor Today.

Radar Bogor membuat pro­gram Gerakan Lima Juta Lubang Biopori, maka kegiatan ini sangat ampuh dan lancar untuk dilak­sanakan di sekolah SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA, SMK/MAK negeri dan swasta se Bogor Raya, PTN dan PTS se Bogor Raya, lembaga pemerintah, perusahaan swasta dan lain-lain. Apalagi program ini dikomandai oleh CEO Radar Bogor Hazairin Sitepu, Gatut Su­santa dan pencetus lubang resa­pan biopori Kamir R. Brata, serta didukung oleh banyak sponsor baik perorangan maupun secara lembaga. Hampir tiap hari koran ini meliput satu halaman penuh serta full warna kegiatan Gerakan Lima Juta Lubang Biopori.

Tidak kalah hebatnya Bogor Today membuat program Bogor Hejo (Gerakan Menanam sejuta Pohon) yang dikomandai oleh CEO Bogor Today Alfian Mujani, Untung W Maryono Ketua DPRD, Heri Cahyono Wakil Ketua DPRD dan didukung sponsor BUMN, perusahaan multinasional dan para relawan. Mirip seperti Radar Bogor, Koran ini juga hampir tiap hari meliput kegiatan Bogor Hejo, satu halaman penuh dengan full warna yang semarak.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Untuk Ngabogor Bodas kurang berhasil, karena Kang Bima Arya Sugiarto baru meng­himbau untuk lebih dekat kita dengan Allah, dengan adanya himbauan dari Kang Bima Arya Sugiarto untuk warga Bogor agar shalat tepat waktu di Masjid atau Musholla.

Isi dari imbauan beliau adalah sebagai berikut: Dalam upaya meningkatkan kualitas kehidu­pan beragama dan meningkat­kan kedisiplinan kaum muslimin dan muslimat, maka dengan ini saya mengimbau kepada : Sege­nap kaum muslimin dan mus­limat Kota Bogor dilingkungan kerja Pemerintah, TNI, POLRI, Lembaga Negara, BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, Lembaga Masyarakat, Sekolah, Madrasah, Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Pasar serta dari berbagai kalangan profesi agar menghentikan seluruh akti­vitas masing-masing ketika adzan telah berkumandang untuk kemu­dian segera melaksanakan shalat berjamaah di masjid atau mush­olla terdekat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, barokah dan ridha-Nya kepada kita semua ( Bogor 30 Juni 2014 ).

Padahal panggilan adzan itu bukan panggilan muadzin, tapi panggilan Allah, Allahu Akbar berarti Allah Maha Besar, maka lainnya kecil, tapi kebanyakan kita, lalai akan hal ini, kita sering meneruskan acara rapat, meet­ing, workshop setelah bunyi ad­zan selesai, bukan menghentikan kegiatan untuk shalat tepat waktu berjamaah di Masjid, seperti im­bauan Wali Kota tersebut.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Tapi bagaimanapun juga imbauan Wali Kota ini saya apr­esiasi, karena dampaknya sudah ada di lingkungan kerja pemer­intah. Seperti di kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor sewaktu bunyi adzan shalat dzuhur ter­dengar dengan keras di semua lantai dan ruang. Musholla dan tempat wudu di kantor ini juga sudah bersih dan rapi. Di SMPN 1 Kota Bogor suara adzan terden­gar juga dengan keras di semua ruang kelas. Semoga sekolah lain juga sudah seperti SMPN 1, untuk Pondok Pesantren, Sekolah Islam Terpadu dan Sekolah Berbasis keagamaan Islam hal ini sudah dilaksanakan dengan baik.

Sedang untuk Ngabogor Bulao tinggal digerakkan saja, karena masyarakat Bogor itu suka silatur­ahmi, terkenal ramah dan santun. Coba perhatikan kalau anda lewat depan rumah orang Bogor, pasti orang tersebut akan bilang dengan ramah, “Silahkan mampir dulu pak/ibu,” tanpa terkesan dibuat-buat alias penuh keikhlasan.

Kang Bima Arya Sugiarto juga paham akan pentingnya ngabo­gor Bulao ini, beliau suka blu­sukan, suka datang menghadiri undangan warga, suka hadir di Tabligh Akbar, suka menjadi pembina upacara di sekolah dan yang terakhir tiap hari kamis ber­kantor di Kelurahan secara ber­gilir. Hal ini dilakukan Wali Kota agar terwujud Ngabogor Bulao.

Indikator keberhasilan Nga­bogor di sekolah atau di Kota Bogor terlihat jika Masjid sudah makmur (penuh jamaahnya shalat wajib harian), lingkungan bersih dan nyaman (tidak ada vandalisme dan fasilitas umum terawat dengan baik tidak diru­sak) dan masyarakat Bogor pu­nya kepandaian sosial (tawuran dan penyakit sosial masyarakat semakin berkurang). Jayalah Bo­gorku. (*)

============================================================
============================================================
============================================================