OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) mengaku saat ini tengah berupaya untuk memperkuat peran anggota bursa (AB) atau broker. Hal tersebut guna menyambut hadirnya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang memperketat persaingan.
Oleh : YUSKA APITA
[email protected]
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, pihaknya saat ini tengah mengumpulkan masuÂkan dari para broker dan piÂhak terkait guna membentuk kebijakan yang mampu menÂdorong penguatan AB.
“Tergantung dari hasil pemÂbicaraan masukan dari marÂket apa, apapun kebijakannya akan ada aturannya,†tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Nurhaida mengaku, saat ini pihaknya tengah memperÂtimbangkan beberapa pilihan salah satunya dengan mengÂgabungkan para broker atau merger. Opsi tersebut masih dalam pembahasan dengan pihak terkait. “Kalau misalÂnya merger oleh pelaku inÂdustri atau broker mengangÂgap kurang pas sulit mencari pasangan, kita mencari jalan keluarnya. Tujuan utamanya memperkuat permodalan suÂpaya broker kita punya daya saing kuat terutama menghaÂdapi MEA,†imbuhnya.
Namun, tukas Nurhaida, jika pilihan tersebut tidak berhasil, maka pihaknya akan mencari alternatif lain yakni dengan mencarikan partner.
“Kalau peningkatan modal juga bukan alternatif yang bisa dilaksanakan. Apakah broker tertentu permodalan tertenÂtu mereka lebih difokuskan mencari klien transaksi bursa lewat partner pasangan atau pihak-pihak yang lakukan kerÂjasama. Itu bentuk kajian,†pungkasnya.
Thailand Musuh Terbesar
Bebasnya lalu lintas perdaÂgangan saat MEA resmi dibuka harus diwaspadai apalagi kaÂlau Indonesia dibanjiri produk impor.
Deputi Bidang Statistik DisÂtribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menyebutkan, ada satu negara yang harus diÂwaspadai Indonesia. Adalah Thailand yang memiliki potensi besar menjadi saingan atau ‘musuh’ bagi Indonesia. “ThaiÂland, Vietnam, Myanmar, Laos Kamboja. Tapi yang paling keÂlihatan Thailand karena produk kita serupa,†paparnya.
Sasmito bilang, tidak menuÂtup kemungkinan produk asal Thailand membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang relatif murah. Produk yang bisa jadi andalan Thailand adalah sektor pertanian dan Industri.
Kemungkinan ini bisa terÂjadi, kata dia, apalagi dengan berkurangnya hambatan yang dialami Thailand saat membawa produknya ke pasar Indonesia.
“Aliran tenaga kerja boleh antar negara, enggak perlu training di sini, bawa pekerja sendiri, dari sisi cost bisa diÂtekan, sehingga mereka bisa menjual lebih murah,†jelasnya.
Dari sisi neraca perdaganÂgan pun, Sasmito mengatakan, Indonesia masih cenderung defisit terhadap Thailand. SeÂhingga untuk meredam gemÂpuran tersebut Indonesia perlu mengimbangi dengan produk yang kreativitasnya tinggi. “Jadi kita perlu imbangi dengan produk kita yang perlu kreatiÂvitas kita supaya bisa survive,†tukasnya.
(Yuska Apitya/ktn)