BANDUNG, TODAYÂ – Komisi Disiplin PT Gelora Trisula Semesta (GTS) menghuÂkum PERSIB Bandung dengan denda Rp 10 juta. Sanksi itu dalam kasus pelangÂgaran disiplin terkait tanggung jawab tingkah laku penonton saat PERSIB menjamu Sriwijaya FC pada TSC 2016, di Stadion Si Jalak Harupat Soreang KaÂbupaten Bandung, Sabtu (30/4/2016).
Pada sidang dipimpin ketua Asep Edwin Firdaus dengan anggota Rosid Mardani dan Yeyen Tumena ditemukan fakta pada pertandingan PERSIB melaÂwan Sriwijaya FC pada menit 88 terlihat sekelompok penonton mengarahkan laser berwarna hijau yang ditujukan keÂpada pemain Sriwijaya FC.
Sanksi denda Rp 10 juta kepada PERSIB itu merujuk pada pasal 69 Kode Disiplin ISC karena pelanggaran terhaÂdap pasal 60 huruf b dan e serta pasal 62 ayat 3 kode disiplin ISC. Denda terseÂbut wajib dibayar selamat-lambatnya tuÂjuh hari setelah surat keputusan diteriÂma pihak PERSIB.
Pengulangan terhadap perlangÂgaran ini akan berakibat hukuman lebih berat. Ancaman maksimal bisa pertandÂingan tanpa penonton.
Kasus penyalaan laser yang diarahÂkan kepada pemain Sriwijaya FC saat dijamu PERSIB Bandung Sabtu 30 April 2016 pada TSC 2016, membuat citra boÂbotoh menjadi rusak. Padahal, bobotoh sudah dinobatkan sebagai suporter terÂbaik pada Piala Bhayangkar 2016.
Pemilihan bobotoh sebagai suporter terbaik karena dinilai kreatif dan inovaÂtif selama babak penyisihan grup Piala Bhayangkara. Penghargaan bobotoh sebagai suporter terbaik mendapatkan hadiah Rp 100 juta.
Namun, ulah segelintir oknum itu mencoreng nama baik bobotoh. GenÂeral Coordinator Panpel PERSIB, Budhi Bram Rachman menyesalkan kejadian ini terjadi di PERSIB. Padahal, pihak PERSIB sudah bertemu dengan seluÂruh elemen bobotoh untuk sama-sama menjaga ketertiban dan mempertahÂankan citra bobotoh sebagai suporter terbaik 2016.
“Kami berharap pada pertandingan berikutnya tidak ada lagi kejadian seruÂpa. Saya salut dan mengucapkan terima kasih kepada bobotoh yang tidak menyÂalakan flare saat PERSIB melawan SriÂwijaya FC. Semoga bobotoh juga mengÂingatkan rekan-rekannya untuk tidak menyalkan flare dan laser,†ujarnya.
Menurut Bram, kasus dari laser ini bisa terlihat jelas di televisi. Kejadian juga saat pertandingan tersisa dua meÂnit. Oleh karena itu, para oknum ini agar segera sadar dan tidak mengulangi lagi perbuatannya.
“Pastinya, semua bobotoh ingin menjaga predikat sebagai suporter terÂbaik. Mari kita sama-sama memperbaiki diri dan mulai hilangkan flare, laser, raÂsis, anarkis di Stadion Si Jalak Harupat,†imbuhnya.
Jadilah Bobotoh Santun dan Kreatif
Denda kepada PERSIB Bandung sebesar Rp 10 juta akibat ulah oknum bobotoh yang menyalakan laser semoÂga tidak terjadi lagi pada pertandingan kandang Maung Bandung. Lebih baik bobotoh melakukan terobosa kreatif di dalam stadion. Misalnya, tetap berÂsemangat dengan menyanyikan yel-yel atau bernyanyi bersama untuk memÂbangkitkan motivasi pemain di lapanÂgan.
“Kami melihat bobotoh di tribun Timur, Selatan yang sudah mulai komÂpak. Kemarin lawan Sriwijaya FC, tribun Utara sudah mulai kreatif berÂnyanyi bersama-sama. Tinggal yang di tribun Utama, Barat 1 dan Barat 2 yang belum terlihat. Lebih baik bobotoh di tiap tribun memiliki kreatifitas yang membuat semarak di dalam stadion,” kata General Coordinator Panpel PERSÂIB, Budhi Bram Rachman.
Dalam penilaian Bram, bobotoh juga sudah mulai bisa menahan diri tidak melakukan nyanyian bernada rasis. Malahan sebaliknya, bobotoh melakukan kreografi yang cukup unik dan membuat decak kagum orang yang melihatnya. Hal kreatif seperti itu, seÂbaiknya didukung semua elemen bobotoh sehingga hal-hal perbuatan negatif yang berbuah sanksi meruÂgikan PERSIB tidak terjadi lagi.
“Mari lupakan sanksi yang telah terjadi, dan kita s a m a – s a m a menatap perÂt andingan berikutnya d e n g a n berbagai inovasi kreatif di dalam stadion. Semua bobotoh sudah bertekad ingin memperÂtahankan predikat suporter terbaik di Indonesia. Jadilah bobotoh santun dan kreatif,†pungkasnya.
(Imam/net)