img_3760Potensi pariwisata Indonesia sebetulnya sangat luar biasa. Namun saat ini baru Bali yang bisa dioptimalkan. Karea itu, Pemerintah saat ini menggenjot pengembangan pariwisata di luar Pulau Bali.

Oleh : Alfian Mujani
[email protected]

Alasannya, pariwisata Indonesia tidak ada yang berkembang pesat atau menjadi destinasi fa­vorit wisatawan asing, selain Pulau Bali jika tidak digenjot. “Saya masuk sebagai Menko, ke­napa sektor wisata di Indonesia nggak maju kecuali Bali? Padahal ada puluhan, ada Kementerian Pariwisata,” ujar Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ram­li saat pemaparan program kerja di kantornya, Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2016).

Setelah dilakukan analisa, ternyata program pengembangan pariwisata Indonesia tidak per­nah fokus. “Setelah dipelajari di masa lalu, pro­gram dibagi 60-80 lokasi, duit dibagi seimprit dan hilang di tengah jalan,” tambahnya.

Belajar dari pengalaman masa lalu, pemerin­tah era Jokowi akan fokus mengembangkan destinasi di 10 lokasi yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Kepulauan Seribu (DKI Jakar­ta), Labuan Bajo (NTT), Bromo (Jawa Timur), Morotai (Maluku), Borobu­dur (Yogyakarta), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Belitung (Bangka Belitung), Mandalika (NTB) dan Tanjung Lesung (Banten). “Kita fokus 10 lokasi baru. Dananya bisa cukup bangun port, airport, bangun jalan, akses dan seb­againya,” tambahnya.

Selain membangun wisata baru, Rizal optimis banyak lapangan kerja baru bisa tercipta. Sektor pariwisata dinilai paling murah dan cepat dalam menciptakan lapangan kerja baru.

Tak hanya itu, manfaat lain dari pengembangan wisata baru ialah mengerek angka devisa. Tentunya, pemerintah membuka kemudahan masuknya wisatawan asing dengan program bebas visa hingga kemuda­han masuknya kapal yacht asing ke Indonesia untuk menaikkan jumlah wisatawan.

BACA JUGA :  Wajib Coba! Sambal Mangga Cincang yang Segar dan Pedas Nampol

“Supaya dalam 5 tahun yakni nai­kkan turis 2 kali dari 10 jadi 20 juta. Kemudian ciptakan lapangan kerja dari 3 juta jadi 7 juta. Devisa sektor wisata dari USD 10 miliar jadi USD 20 miliar,” paparnya.

Industri Perikanan

Pada bagian lain, Rizal Ramli me­nyebut industri perikanan di negara tetangga sebelumnya memperoleh pasokan ikan dari perairan Indone­sia. Ikan tersebut mayoritas diper­oleh dari aktivitas illegal fishing.

Kini, industri perikanan di beber­apa negara Asia Tenggara mulai ber­guguran pasca Indonesia melakukan penertiban terhadap aksi pencurian ikan yang biasa dilakukan oleh ne­layan ataupun kapal asing. “Tadinya industri perikanan negara tetangga hidup dari ikan cologan di Indone­sia. Saat kita perang terhadap illegal fishing, banyak industri bangkrut karena nggak ada bahan baku,” kata Rizal.

Akibat aksi penertiban itu, banyak pihak merasa kesal karena aksi ille­gal fishing dibasmi. Ia tak menampik ada oknum aparat hingga pejabat yang menjadi ‘backing’ atau pelind­ung para maling ikan.

“Policy larang kapal asing yang besar tangkap ikan di Indonesia, bikin banyak orang marah. Kapal asing biasanya pakai backing orang kuat. Pejabat pakai backing doang, padahal pemilik dan ABK bukan orang Indonesia,” ujarnya.

Lanjut Rizal, aksi bersih-bersih illegal fishing harus ditindaklanjuti dengan memperkuat nelayan dan industri perikanan lokal. “Ini mo­mentum bangun industri ikan agar memiliki nilai tambah,” tambahnya.

BACA JUGA :  Lauk Sehat Rendah Lemak dengan Ikan Kukus Asam Pedas

Pemerintah melalui kementerian teknis di bawah Kemenko Maritim dan Sumber Daya yakni Kementeri­an Kelautan Perikanan (KKP) telah membeli 3.500 kapal tangkap ikan hingga 5 tahun ke depan. Kapal itu nantinya akan disebar kepada ke­lompok nelayan.

Untuk membantu permodalan saat menangkap ikan, pembagian kapal juga diikuti dengan pemberian sertifikat kapal. Sertifikat itu bisa dipakai oleh nelayan untuk mem­peroleh pinjaman dari perbankan dalam membiayai solar hingga kebu­tuhan selama menangkap ikan. “Ka­pal ada sertifikat, sehingga koperasi bisa dapat kredit dari bank. Dengan dapat modal kerja, dia bisa bayar bi­aya penangkapan,” tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga akan mendorong program asuransi ke­pada nelayan. Tahap awal, nelayan akan diberi asuransi selama 6 bulan awal. Setelah itu, nelayan diminta membayar premi rutin. Langkah ini dilakukan untuk melindungi nelayan dan keluarga.

“Kedua kita beri asuransi, mula-mula gratis 6 bulan untuk nelayan di Indramayu, Sibolga, dan Banyuwan­gi. Premi 1 bulan harganya kurang dari harga 1 bungkus rokok,” tam­bahnya. Dari sisi pengolahan atau processing, pemerintah membuka peluang bagi investor asing untuk masuk. Selain menanamkan modal, investor asing diharapkan bisa mem­berikan teknologi.

“Bisnis ikan di processing dibuka asing misal cool storage karena in­dustri ikan tergantung cool storage. Beberapa negara Eropa tertarik ban­gun industri cool storage,” ujarnya.

============================================================
============================================================
============================================================