MirzaBank Indonesia (BI) optimistis peringkat kredit Indonesia di mata Standard&Poor (S&P) akan naik tahun ini, seiring dengan meningkatnya Indeks Kemudahan Bisnis (Ease of Doing Business /EODB), yang ditargetkan pemerintah melesat ke urutan 40.

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswaramengatakan, penilaian EODB bisa berpengaruh signifikan mengingat pemering­katan S&P dilakukan berdasarkan refor­masi institusional. Apabila EODB mem­baik, artinya ada indikasi perekonomian Indonesia juga ikut membaik.

“Kalau Pak Jokowi punya target EODB dari 109 ke 40, itu jelas akan membantu rating credit. Karena yang mereka lihat tentunya adalah perbaikan institusional, inisiatif terkait EODB ini berpengaruh san­gat signifikan,” jelas Mirza di Jakarta, Ju­mat (11/3/2016).

Menurut Mirza, rating S&P ini sangat penting karena bisa memicu kepercayaan investor sehingga aliran dana masuk (cap­ital inflow) bisa semakin deras. Capital inflow dirasa sangat penting bagi neraca pembayaran agar tidak mengalami defisit.

BACA JUGA :  Santan Bahaya Jika Dipanaskan? Simak Ini, Jangan Sembarangan Panaskan Makanan

Dalam statistik Neraca Pembayaran In­donesia (NPI) 2015, tercatat jumlah modal masuk ke Indonesia sebesar USD16,7 mili­ar atau anjlok 35,77 persen dibandingkan dengan aliran tahun sebelumnya yang mencapai USD 26 miliar.

Kendati demikian, Mirza mewakili BI meyakini aliran modal masuk me­ningkat meskipun hingga perten­gahan Februari 2015 baru tercatat USD2,5 juta.

“Kalau kredit rating mem­baik, ini cerminan kalau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam kondisi yang sehat dan defisit neraca pembayaran bisa ter­kendali. Nanti S&P akan datang bulan April dan semoga upaya-upaya perbaikan itu mempengaruhi pemeringkatan,” ung­kapnya.

BACA JUGA :  Kunjungi 8 Tempat Wisata Pantai Dekat Jakarta Ini dengan Keluarga saat Libur Hari Raya

Ia melanjutkan, jika kredit rating membaik dan kebijakan pro investasi terus digalakkan, maka bukan hal mus­tahil modal asing terus mengalir ma­suk. “Kita pernah capital inflow saat ada kebijakan quantitave easing, lalu tappering off, dan pasca pemilihan Presiden. Tahun kemarin memang capital inflow menurun, tapi kalau ada kebijakan inisiatif pro investa­si dan juga pendalaman pasar keuangan inflow bisa beelanjut,” tutur Mirza.

Pada Mei 2015, S&P mening­katkan peringkat utang Indone­sia dari stable menjadi positif dan mengafirmasi rating pada BB+. Peringkat ini berlaku se­lama 12 bulan, sehingga S&P akan memperbarui pering­kat Indonesia tiga bulan ke­mudian. (CNN)

============================================================
============================================================
============================================================