JAKARTA, TODAY — Presiden Joko Widodo hari ini akan mengumumÂkan paket kebijakan ekonomi SepÂtember II di Istana Negara Jakarta. Paket ini dipastikan akan berpengaÂruh besar terhadap dunia usaha.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, paket ekonomi kedua ini hanya meliputi beÂberapa kebijakan. Namun lebih subÂstansi dan dianggap lebih nendang untuk dunia usaha. “Akan ada yang neÂndang bagi dunia usaha. Nendang ini bahasa Presiden,†ujarnya usai mengiÂkuti rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (28/9/2015)
Pemerintah memahami gejolak ekoÂnomi global masih belum berhenti, dan bahkan cenderung memburuk khususÂnya di pasar keuangan. Seiring dengan keputusan Bank Sentral Amerika SeriÂkat (AS) Ferederal Reserve (The Fed) yang menunda kenaikan suku bunga acuan dan dimungkinkan terealisasi pada akhir tahun.
“Dalam turbulensi ekonomi dunia seperti ini kita bisa membuat IndoneÂsia menjadi semakin kompetitif dalam investasi global karena memang masih banyak peraturan yang menjadi barÂrier ,†ujarnya.
Presiden Jokowi dalam rapat, seperÂti disampaikan Pramono, inginkan agar beberapa kebijakan yang disampaikan hari ini langsung berefek untuk investaÂsi. Kemudian untuk perusahaan yang ada agar dapat bertahan menghadapi kondisi perekonomian sekarang. “KeÂtika menghadapi seperti ini kita bukan PHK tapi membuka ruang lapangan kerja. Ini dipikirkan sungguh-sungguh oleh menteri ekonomi. Besok (hari ini, Red) akan diumumkan secara resmi dengan apa yang akan dilakukan,†jelasnya. “Dipersiapkan intinya dua hal, yaitu membuat Indonesia semakin friendly (bersahabat) bagi investor dan waktu perizinan semakin pendek dan membuka ruang untuk lapangan kerÂja,†tegas Pramono.
Sebelum mengumumkannya esok hari, sore tadi Presiden Joko Widodo mengundang beberapa menteri untuk melakukan pembahasan akhir. Yang pertama adalah mengenai bagaimana mengantisipasi gejolak ekonomi dunia. Indonesia diharapkan bisa semakin komÂpetitif dalam investasi global. “Saat ini memang masih banyak peraturan yang menjadi penghalang,†ujar Pramono.
Presiden juga meminta agar sudut pandang perusahaan mengenai tenaga kerja diubah. “Bukan melakukan peÂmutusan hubungan kerja, tapi justru membuka ruang lapangan kerja. Dia mengklaim bahwa paket kebijakan perÂtama secara prinsip sudah berdampak positif terhadap dunia usaha.
Pada 9 September 2015 lalu, PresÂiden Joko Widodo meluncurkan tiga paÂket kebijakan ekonomi untuk merespons kondisi ekonomi global yang berpengaÂruh pada ekonomi Indonesia. Kebijakan itu diberi nama Paket September I.
Tiga paket kebijakan tersebut, perÂtama, mendorong daya saing indusÂtri nasional melalui deregulasi, debiÂrokratisasi, penegakan hukum, dan peningkatan kepastian usaha.
Poin kedua dalam paket kebiÂjakan yaitu mempercepat implemenÂtasi proyek strategis nasional dengan menghilangkan hambatan yang ada, menyederhanakan izin, mempercepat pengadaan barang serta memperkuat peran kepala daerah untuk mendukung program strategis itu.
Ketiga, pemerintah akan meninÂgkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah, kata Jokowi, akan mengeÂluarkan kebijakan untuk pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan membuka peluang investasi di sektor ini sebesar-besarnya.
Sejumlah menteri ekonomi dalam rapat kemarin diantaranya adalah MenÂteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Thomas LemÂbong, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Sekretaris Kabinet Pramono AnÂung, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Menko Ekonomi Darmin Nasution belum berÂsedia menyebutkan jumlah peraturan dan topik isu dalam paket kebijakan ekonomi tahap dua.
Darmin Nasution menuturkan, pemerintah tak mau memperbanyak poin dalam paket kebijakan ekonomi taÂhap dua nantinya. “Nanti jadi angka doÂang. Ini 13, ini 20 berapa,†kata dia. “KaÂlau jadi angka substansinya tidak dibahas. Lebih baik kita bikin dua atau tiga tapi konkrit tapi orang bicara subtansinya,†tandasnya.
(Yuska Apitya Aji)