BOGOR, TODAY — Meski ekonomi di awal taÂhun 2016 dianggap lebih baik ketimbang tahun 2015, rupanya tak berbanding lurus dengan penjualan kondominium atau apartemen di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Penjualan kondominium justru anjlok cukup drastis di sepanjang triwulan I-2016. Lembaga konsultan properti, Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, penjualan apartemen dari Januari hingga Maret 2016 hanya sebesar 1.400 unit. Angka penjualan ini tuÂrun drastis ketimbang kuartal IV-2015 yang mencapai hampir 3.000 unit. Sementara, rata-rata penjualan apartemen per kuartal dalam 3 tahun terakhir 3.172 unit.
“Pasar kondominium residensial kami lihat penjualannya tidak buruk. Memang terjadi penurunan sales rate, suplai yang juga terbatas membuat penyerapannya juga terbatas,†jelas Head of Research JLL, James Taylor di acara media breefing di Gedung BEI, SCBD, Jakarta, Rabu (6/4/2016).
Pada kuartal depan, menurut Taylor, permintaan sekaligus penjuaÂlan hunian vertikal tersebut dipreÂdiksi tetap akan tumbuh baik asalkan kondisi perekonomian bisa tetap staÂbil seperti saat sekarang. “Ke depan sentimen pasar sangat dipengaruhi kondisi perekonomian, stabilitas rupiÂah, dan perpajakan. Kalau semua itu diperbaiki, penjualan kondominium akan bisa lebih baik lagi,†ungkapnya.
Sementara itu, Head of residential JLL, Luke Rowe menuturkan, dari sisi permintaan pun sektor kondominium mengalami penurunan. Permintaan pun lebih banyak disumbang dari apartemen kelas menengah. “PerÂmintaan pada kondominium secara umum ada pelemahan dibanding penÂghujung 2015. Jika tahun lalu rata-rata tingkat penjualan 77%, pada triwuÂlan tahun ini mengalami penurunan di 72%. Permintaan kelas menengah lebih besar daripada kelas mewah, karena harga yang lebih terjangkau,†ujar Rowe.
Lesunya penjualan dan perminÂtaan di sektor kondominium tahun ini, membuat pihak pengembang lebih hati-hati saat akan meluncurÂkan proyek hunian vertikal baru. “Penurunan rata-rata penjualan di awal 2016, kami proyeksikan bahwa pengembang tetap akan meluncurÂkan proyek-proyek baru, namun denÂgan lebih berhati-hati supaya tingkat serapan tidak hanya terjadi saat masa launching saja,†kata Rowe.
Konsumen dinilai masih bersiÂfat menunggu untuk membeli unit apartemen.â€Mereka masih menahan untuk membeli apartemen, sehingga harga yang ditawarkan pertumbuÂhannya juga melambat,†kata AssociÂate Director Research Colliers InterÂnational Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu (6/4/2016).
Dia mengungkapkan bahwa periÂode Januari-Maret 2016, hanya tiga proyek di wilayah DKI Jakarta yang diluncurkan. Ketiga proyek itu adalah The Residence at The St Regis Jakarta di Jalan Rasuna Said yang diperkiÂrakan selesai tahun 2019, serta AranÂdra Residence di Jalan Cempaka Putih Raya dan Victoria Tower Fatmawati City Center yang diperkirakan selesai tahun 2020.
Lesunya industri pada kuartal perÂtama 2016 membuat Colliers merevisi proyeksi pasokan apartemen dua taÂhun ke depan. “Kami memperkirakan suplai total selama 2016-2018 akan mencapai 75.083 unit, menurun 3,2 persen dibandingkan proyeksi sebelÂumnya yaitu 77.549 unit,†katanya.
Berdasarkan data dari Colliers, apartemen yang tersedia di pasar saat ini sekitar 52 persen dimiliki PT Agung Podomoro Land. Sedangkan untuk proyek apartemen ke depanÂnya, sekitar 37 persen bakal dibangun PT Agung Sedayu Group.
Sektor perkantoran pun belum moncer. Selama tiga bulan pertama tahun ini hanya ada satu gedung yang mulai beroperasi di Jakarta yakni CenÂtennial Tower.
Gedung seluas 100 ribu meter persegi itu berada di Jalan Gatot SubÂroto, Jakarta Selatan. Pertumbuhan perkantoran terbilang rendah, sebab pada 2015 ada delapan gedung baru beroperasi di Jakarta. Colliers memÂperkirakan, sepanjang tahun ini akan ada tambahan 670 ribu meter persegi ruang perkantoran. Dengan demikiÂan, total pasokan ruang perkantoran di kawasan pusat bisnis menjadi 5,27 juta meter persegi atau naik 7,7 persÂen dibanding tahun lalu.
(Yuska Apitya Aji)