Tak seperti biasanya, Kamis (25/2/2016), area parkir Pasar PurÂbasari, Gunung Batu mendadak riuh. Puluhan pedaÂgang bersama para Direksi PeÂrusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya menggelar diskusi dengan tema “Kesiapan Pasar TradisÂional Hadapi MEA.’’
Oleh : Hendi Novian
[email protected]
Acara yang digagas Radio Republik Indonesia (RRI) denÂgan konsep Radio Pasar ini, mampu menarik ratusan pasÂang mata pengunjung bahkan pemilik toko dipasar tersebut.
Kegiatan yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada seluruh pengguna jasa pasar ini sengaja dikemas agar pengunjung maupun penjual bisa lebih siap menghadapi persaingan pasar bebas menÂdatang. Hadir antara lain DiÂrektur Utama PD Pasar Pakuan Jaya Andri Latif. Direktur OpraÂsional PD Pasar Pakuan Jaya SuÂhairi, Sekdis Disperindag Kota Bogor Arri Harsono, Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo, Peneliti Cabai dan Komunitas Petani Cabai Nosa Supriatna Nasution, Kepala RRI Kota BoÂgor Ni Made Sri Wardani, dan Pengawas PD Pakuan Jaya PasÂar Suprapto.
Sesaat sebelum diskusi dimulai para tamu undangan melakukan penanaman poÂhon secara di depan halaman Pasar. Pohon terseÂbut ditanam di atas pot yang terbuat dari drum bekas. Hal ini dilakuÂkan karena di Pasar PurÂbasari tak ada lahan hijau terÂbuka.
Menurut Sekdis Disperindag, Arrie Harsono, diskusi seperti ini seharusnya lebih sering dilakukan dan waÂjib melibatkan para pedagang. Bagi dia pasar tradisional bisa bersaing dengan para modÂern seperti supermarket dan hypermarket, jika pengguna jasa pasar sudah memiliki keÂsadaraan menjaga keamanan serta kenyamanan. Arrie berÂpesan kepada para pedagang agar bisa lebih baik lagi menÂgontrol kondisi barang jualnya supaya tetap segar. ‘’MengÂhadapi MEA, pasar tradisional harus dipersiapkan sejak dini, mulai dari kebersihan tempat, jaminan barang yang dijual, keÂnyamanan serta inovasi penduÂkung agar bisa bersaing,‘’ kata dia.
Direktur Utama PD Pasar Pakuan Jaya Andri Latif menÂgatakan, banyak keuntungan bagi warga jika berÂbelanja di pasar tradisional. Selain harga lebih tejangÂkau, juga keÂnyamanan yang kini bisa bersaing dengan pasar modern, pasar tradisional juga bisa didatangi kaÂpan pun, karena jam oprasional pasar yang terus berganti antara pedagang satu dan lainnya. ‘’Belanja di pasar itu menyenangkan, seÂlain bisa datang lebih pagi juga bisa saling mengenal. KareÂna pelayanan di pasar tentu orangnya tak akan ganti-ganti seperti yang terjadi di pasar modern yang terpaut jam kerÂja,’’ katanya.
Andri bersama jajaranya mengaku sedang gencar menÂsosialisasikan pasar bersih. Pasar bersih yang dimaksud adalah pasar yang memiliki lantai putih tak berbau, serta penempatan komoditi yang teÂpat. “Setiap produk jual pedaÂgang kami klasifikasikan agar tak bercampur sehingga menÂimbulkan bau yang tak sedap,’’ tambahnya
Terpisah, pengurus YLKI Bogor. Sudaryatmo mengaku sering mendapat keluhan dari konsumen pasar tradisional. Sedikitnya enam puluh warga mengeluh di setiap bulannya. Namun demikian Sudaryatmo yakin pasar tradisional bisa ikut bersaing di pasar bebas dengan catatan semua elemen mau berbenah. “Kerjasama yang baik antar pedagang denÂgan pengelolaan pasar adalah kunci keberhasilan. Jika itu sudah tercapai, maka pasar tradisional sudah pasti mampu melawan kerasnya persaingan pasar bebas,†kilahnya.
Suasana semakin hangat ketika seorang penyanyi mengÂhibur dengan alunan lagu dangdut. Peserta diskusi larut dalam setiap lantunan nada yang dinyanyikan artis pengisi acara. Kedekatan narasumber dan pedagang nampak terasa.
Diujung acara Kepala RRI Kota Bogor Ni Made Sri Widari, mengatakan dirinya bersama tim sangat bersyukur bisa berÂperan aktif dalam acara diskusi tersebut. RRI adalah media tertua sehingga menjadi acuan bagi warga. Maka dari itu, ia bersama tim terus berupaya memberikan dedikasi tinggi untuk warga Bogor.
“Kami berterimakasih keÂpada seluruh pedagang yang ikut dalam diskusi ini. Kami juga memberikan informasi lain sesuai dengan tema disÂetiap harinya,’’ tutupnya.