HELARAN Pawai Kebudayaan yang digelar pada puncak peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534, tergolong spektakuler. Selain menyedot perhatian ribuah masyarakat, juga melibatkan cukup banyak peserta. Bahkan Walikota Bandung Ridwan Kamil bersama 30 camatnya, hadir di acara ini.
ABDUL KADIR BASALAMAH|YUSKA APITYA
[email protected]
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto senÂÂgaja, mengundang Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Pria yang akrab disapa Emil pun, hadir bersama istrinya, dan membawa 30 camat dari Kota Kembang. Kehadiran Emil bersama romÂÂbongan camat ini cukup menarik perhatian. Mereka datang bersÂÂama-sama Bima Arya Sugiarto, Wakil Walikota Usmar Hariman, dan Sekda Kota Bogor Ade Sarip Hidayat menuju panggung kehorÂÂmatan di Bundaran Air Mancur, Jalan Jenderal Sudirman. Di pangÂÂgung kehormatan sudah menanti semua unsur Muspida Kota Bogor yakni Danrem 061 Suryakancana Kolonel Kav. Eko Susetyo MM, DanÂÂdim 0606 Letkol M. Albar, DanÂÂdenpom Letkol Reza Nasution, Ketua DPRD Kota Bogor Untung W Maryono, Ketua Pengadilan Negeri Bogor Minanur Rachman, Kapolres
AKBP Andi Reindra, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Syahlan Rosidi, Asisten Ekbangkesra Erna Hernawati, Dirut PDAM Tirta Pakuan Denny Surya Senjaya, Dirut PD Pasar Pakuan Jaya Andri Latif, dan jajaran SKPD lainnya.
‘’Semua jajaran Muspida hadir di sini. Kita selalu mengedepankan keberÂÂsamaan demi kemajuan Kota Bogor terÂÂcinta ini,’’ ujar Dr Bima Arya Sugiarto mengawali sambutannya.
Sebelum ke panggung pawai buÂÂdaya di Air Mancur, Bima Arya dan Emil berada di Kebun Raya. Ribuan orang bernadengan untuk memeluk Kebun Raya. Namun rencana Pemkot Bogor untuk memecah rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan proses memeluk Kebun Raya Bogor (KRB) gaÂÂgal. Acara yang seharusnya disemarakÂÂkan ribuan peserta dengan membenÂÂtuk formasi mengitari KRB ternyata tak mencapai target. Jumlah peserta terÂÂlambat hadir. Alhasil, formasi lingkaran tak terbentuk bulat penuh.
Sebelum acara dimulai, peserta dan unsur pimpinan Muspida terlebih dulu secara khidmat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian para pengunjung yang mayoritas warga Kota Bogor secara berantai bergandenÂÂgan tangan satu sama lain mengitari dan mengelilingi pagar Kebun Raya Bogor.
“Kebun Raya Bogor ini warisan kita yang tidak ternilai, tahun depan usianÂÂya 200 tahun. Peluk Kebun Raya Bogor ini gerakan simbolis kita untuk meÂÂnyampaikan pesan tidak saja kepada warga Kota Bogor tapi warga Indonesia untuk menjaga warisan pusaka ini,” paÂÂpar Bima Arya..
Ia juga menjelaskan, Kebun Raya Bogor adalah surga dunia yang harus dirawat bersama-sama agar tetap hijau dan tetap menjadi titik favorit wisaÂÂtawan. “Kebun Raya Bogor juga bisa menjadi pusat penelitian dan konserÂÂvasi,” imbuhnya.
Bima mengatakan, kegiatan Peluk Kebun Raya Bogor ini sebagai simbol bahwa seluruh warga Kota Bogor menÂÂginginkan kotanya supaya tetap hijau dan ingin menjaga warisan pusakanya. “Di sini Kebun Raya Bogor dipeluk riÂÂbuan warga. Ini juga sebagai simbol keÂÂbersamaan dan keberagaman, karena semua unsur masyarakat ada di sini,” tuturnya.
Namun sangat disayangkan acara Peluk Kebun Raya Bogor yang berlangÂÂsung sebelum dilangsungkannya PageÂÂlaran Seni dan Budaya Kota Bogor ini gagal mendapatkan Rekor Muri karena masyarakat yang hadir tidak sebanyak yang diprediksi panitia acara.
Sejumlah titik di seputaran KeÂÂbun Raya Bogor, Jawa Barat yang renÂÂcananya dipenuhi orang, kosong dari peserta.
Sekretaris Masyarakat Cinta Bogor, Muhamad Faisal mengatakan, gagalnya pemecahan rekor MURI disebabkan beÂÂberapa kendala. Salah satunya, jadwal acara bentrok dengan gelaran budaya di Jalan Sudirman. “Ternyata tidak muÂÂdah juga mengumpulkan orang di wakÂÂtu sepagi itu. Di satu sisi, juga ada event lain yang harus berjalan jam delapan pagi,” kata Faisal.