Nia S. Amira
[email protected]
Tidak hanya neng geulis, selop geulis, payung pun dibuat geulis agar penampiÂlan gadis-gadis dari tanah Sunda menjadi makin geulis (baca: Geulis = cantik). Jika payung-payung lainnya dapat melindungi kita dari curahan air hujan, payung geulis ini hanya bisa melindungi kita dari sengatan matahari saja, karena paÂyung-payung nan cantik ini terbuat dari kayu dengan penutupnya yang hanya dilapisi oleh kertas yang diÂhias berbagai motif bunga, dan kini dengan hiasan bunga yang ada pada motif Batik tertentu.
Payung Geulis merupakan ikon dari Kota Tasikmalaya yang keÂberadaannya hampir punah. Sekitar tahun 1926 payung geulis pernah menjadi aksesoris favorit para noni Belanda yang memakainya saat berÂlibur akhir pekan di kota-kota temÂpat mereka tinggal di Jawa Barat. Payung geulis pernah mengalami masa kejayaan di era 1955 sampai 1968. Kejayaan itu berangsur-angsur surut setelah pemerintah menganut sistem politik ekonomi terbuka pada tahun 1968 sehingga payung buatan pabrikan dari luar negeri masuk ke dalam negeri dan berdampak pada hancurnya usaha kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Usaha kerajiÂnan ini mulai bersinar kembali sejak tahun 1980-an, meski dalam jumlah kecil.