BOGOR, TODAYÂ – Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Untung Kurniadi melakukan stuÂdi banding mengenai Non-ReveÂnue Water (NRW) ke PDAM Tirta Dharma Kota Malang, Senin (16/11/2015).
Dalam kunjungan kerja ini, Untung diterima langsung DirekÂtur Utama PDAM Tirta Dharma Kota Malang, HM Jemianto dan Direktur Administasi dan KeuanÂgan Anita Sari, di kantor PDAM Tirta Dharma Kota Malang di JaÂlan Wr Supratman, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
Dirut Untung mengatakan, pihaknya sengaja melakukan studi banding ke Kota Malang karena PDAM yang berusia 41 tahun itu sudah berhasil menekan angka NRW hingga 20,90 persen per 1 November 2015. Penanganan kebocoran air yang dilakukan oleh PDAM Kota Malang bahkan disebut-sebut salah satu yang terbaik di Pulau Jawa.
“Penanganan kebocoran di PDAM Kota Malang bisa diÂkatakan salah satu yang paling baik. Angka rata-rata NRW-nya sudah mencapai 20,90 persen. Makanya PDAM Kota Bogor merasa perlu untuk melakukan studi banding ke Kota Malang. Metode apa yang mereka terapÂkan, akan coba kita terapkan di Kota Bogor,†ujar Untung.
Pria yang menjabat Dirut PDAM Kota Bogor sejak Maret 2014 ini menegaskan, penangaÂnan kebocoran air sangat pentÂing untuk akselerasi pencapaian target cakupan air minum 100 persen pada 2017. Jika PDAM Kota Bogor dapat menekan angÂka kebocoran air hingga 20 persÂen, Untung yakin target tersebut dapat diraih dengan sempurna.
Untung menjelaskan, diperÂlukan kerja keras dan strategi khusus untuk menekan angka kebocoran air seperti yang telah dicapai PDAM Kota Malang. Salah satu proyek DMA (district meter area).
DMA merupakan teknik unÂtuk memantau kebocoran denÂgan pemasangan meter induk di titik strategis pada sistem disÂtribusi. Setiap meter mencatat aliran masuk pada suatu wilayah kecil yang mempunyai batas-batas permanen. Sistim ini bisa mengoptimalkan pelayanan dan produksi.
“Sejak 2010, PDAM Kota Malang sudah serius mengemÂbangkan proyek DMA. Ini dapat dilihat dari desain awal yang hanya 131, sekarang terealisasi menjadi 142 DMA dan akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan. Hasil positif dari perkembangan DMA tersebut bisa dilihat dari data kebocoran dari 41 persen di tahun 2010 menjadi menjadi 26,60 persen per september 2013 dan 20,90 persen per 1 November 2015,†beber Untung.
Menurut Untung banyak manfaat yang diperoleh dari DMA, yaitu menurunkan angka kebocoran, menjaga pelayanan yang berkualitas berkuantitas dan berkontinuitas (K3) serta mendukung program ZAMP (Zona Air Minum Prima).
“Untuk membangun satu unit DMA dibutuhkan biaya Rp300 juta. Kalau ada 100 DMA, maka dibutuhkan biaya Rp 30 miliar. Cukup mahal, tapi air yang bisa diselamakan bisa mencapai 10 persen. Kalau 10 persen dari 1000 liter/detik produksi, berarti yang terselamatkan adalah 100 liter/detik. Ini lebih murah dariÂpada membuat IPA baru beserta jaringan distribusinya yang bisa mencapai Rp 50 miliar,†beber dia.
Setelah kembali ke Kota HuÂjan, Untung berjanji bakal memÂbahas hasil kunjungan kerjanya ke Kota Apel itu dengan seluruh jajarannya.
Sementara itu Dirut PDAM Tirta Dharma Kota Malang HM Jemianto senang menerima kunÂjungan Dirut PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor H. Untung Kurniadi. Dia menyampaikan bahwa PDAM Kota Malang selalu terÂbuka dalam menerima kunjunÂgan dari instansi-instansi baik pemerintahan maupun swasta.
“Saya senang bisa menerima kunjungan dari Kang Untung Kurniadi. Kita bisa bersilaturahÂmi dan bertukar pikiran terkait masalah-masalah yang dihaÂdapi PDAM Kota Bogor, maupun PDAM Kota Malang. PDAM Kota Bogor tentu banyak kelebihanÂnya, tapi ada pula kesulitanÂnya. Begitu pula kami di Kota Malang,†imbuh Jemianto.
Jemianto menjelaskan kondisi eksisting PDAM Tirta Dharma hingga awal bulan ini. Per 1 November 2015, jumlah pelanggan PDAM yang berdiri pada 18 Desember 1974 itu mencapai 143.662 pelanggan. Sementara cakupan pelayananÂnya sudah mencapai 80 persen dari jumlah penduduk Kota Malang sebesar 843.858 jiwa.
“Hingga saat ini kapasitas prioduksi kami sebesar 1.389 liter perdetik yang diproduksi dari 14 sumber air. Air ini kita tampung pada 14 reservoir denÂgan total volume 22.426 meter kubik. Alhamdulillah kami bisa menekan angka kehilangan air hingga mencapai 20,90 persen, dan akan terus kami kurangi,†kata Jermianto.
Dia menjelaskan, diperlukan kerja keras dan kerja sama linÂtas instansi untuk bisa menekan angka kebocoran air itu. Karena penanganan kebocoran sangat penting untuk menjaga pelayanÂan yang berkualitas berkuantitas dan berkontinuitas. (*)