Untitled-13BOGOR TODAY – Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA kemarin masih dirundung sejumlah masalah. Salah satunya yang terjadi di SMK Bhakti Insani Kota Bogor. Seluruh peserta ujian terpaksa memakai masker karena per­sis di sebelah gedung tempat mereka sekolah terdapat peter­nakan sapi. Bau akibat kotoran sapi yang terbawa angin dan masuk ke ruang kelas mem­buat seluruh peserta UN harus menutup hidung dan mulutnya dengan masker. “Kalau habis hujan apa lagi, bau sekali, ka­lau bau gitu kan pasti kita keg­anggu,” kata murid kelas 12 AP 1, SMK Bhakti Insani Bogor, Siti Azizah, Senin (4/4/2016).

Selain membuat konsen­strasi siswa menjadi terganggu, bau kotoran sapi juga mem­buat siswa pusing kepala. “Ti­dak konsen lah pasti, tadi saja ngerjain soal agak puyeng, makanya kalau pakai masker tidak terlalu tercium baunya,” katanya.

Siti dan siswa lain bukan tinggal diam begitu saja, sering kali protes dan usulan dilayang­kan pada pihak sekolah. “Kan­dang sapinya saja dipindahkan , tidak disini lagi,” katanya.

Seperti diketahui, kondisi yang dialami siswa SMK Bhakti Insani yang berlokasi di Jalan NV Sidik, Kelurahan Batutulis, Bogor Selatan, Kota Bogor, bu­kan yang pertama kali.

Isu Bocor Soal

Pelaksanaan UN juga dirundung isu bocor soal. Se­jumlah siswa SMAN 1 Bogor mengakui isu bocoran soal atau jawaban masih tetap tersebar. “Saya dan di lingkungan sini (SMAN 1 Bogor,Red) sejauh ini belum pernah ditawari lang­sung tentang bocoran UN. Tapi sampai sekarang broadcast ta­waran beli jawaban atau soal UN masih ada,” kata Jihad Alif, siswa kelas XII SMAN 1 Bogor, kemarin.

Meski pun begitu, Jihad tetap tidak tergiur dengan ad­anya tawaran broadcast terse­but. Meski pun ia tidak mener­ima secara lanngsung, Jihad menilai bocoran UN baik soal atau jawaban tidak diperlukan. “Saya sih percaya diri saja. Me­nyontek sama aja seperi orang bodoh bernilai tinggi. Mending jujur, meski pun nilai apa ad­anya,” ungkap Jihad.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Terima Kunker Komisi X DPR RI Bahas Isu Perundungan dan Kekerasan

Sama seperti Jihad, siswa SMAN 1 Bogor lainnya, Syifa Widya (17) juga mengakui dari tahun ketahun, bocoran soal atau jawaban UN masih terus muncul. Namun Syifa merasa percaya diri dengan upaya belajarnya selama tiga tahun. “Lagi pula kan sekolah aku juga pakai metode UNBK. Itu so­alnya setiap meja beda-beda. Nggak bisa dipercaya kalau ada bocoran jawaban,” tutur Widya.

Hal senada juga diungkap Dian Natasha (17), juga siswa SMAN 1 Bogor. Dia menilai proses belajar selama tiga ta­hun akan percuma jika terpen­garuh bocoran UN. Dian bah­kan tak perlu berpikir panjang untuk menolak bocoran UN. “Sekarang yang menentukan lulus nggak hanya UN saja. UAS juga menentukan, saya percaya diri persiapan sudah matang jadi nggak perlu mahal-mahal bayar bocoran UN,” kata Dian mengungkapkan.

Diketahui, SMAN 1 Bogor UN 2015/2016 menjadi tahun pertama menyelenggarakan UNBK. Kepala sekolah SMAN 1 Bogor Sri Eningsih bahkan menggunakan UNBK sebagai cara meyakinkan siswanya tak percaya dengan bocoran UN.

Mengenai keluhan UN, Om­budsman Republik Indonesia perwakilan Jawa Barat, turut memantau pelaksanaan UN (UN) 2016. Ombudsman RI Per­wakilan Jabar juga membuka posko pengaduan pelaksanaan UN.

Pemantauan dilakukan Ombudsman RI perwakilan Jawa Barat untuk ujian seko­lah/madrasah tingkat SMP/ MTS dan SMA/SMK. Ombuds­man RI Perwakilan Jawa Barat memantau atau mengawasi pe­nyelenggaraan UN tahun 2016 di wilayah, Kota Banjar, Kota Pangandaran, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabu­paten Bogor, Kota Cirebon, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kota Bandung.

BACA JUGA :  Buka Puasa dengan Pindang Iga Sapi Berkuah Bening yang Segar dan Gurih Bikin Nagih

Kepala Ombudsman RI per­wakilan Jawa Barat, Haneda Sri Lastoto, mengatakan, peman­tauan pelaksanaan UN akan dilakukan secara pasif melalui berita di media massa maupun secara aktif. “Pemantauan pasif dilakukan dengan memonitor pemberitaan media massa dan sebaran informasi internet,” ujar Haneda berdasarkan ket­erangan pers, kemarin.

Sementara, Ombudsman RI Perwakilan Jabar juga akan melakukan pemantauan aktif. Pihaknya, akan mendatangi sekolah-sekolah yang tersebar di Provinsi Jawa Barat. “Untuk putaran pertama UN SMA/SMK mulai senin 4-6 April 2016, Om­budsman RI Jawa Barat menye­bar tim pemantau ke kurang lebih 25 sekolah yang tersebar di Provinsi Jawa Barat,” kat­anya.

Seperti pelaksanaan UN ta­hun sebelumnya, Ombudsman RI Perwakilan Jabar juga kem­bali membuka posko pengad­uan. Segala bentuk kecurangan dalam pelaksanaan UN, dapat dilaporkan ke Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat.

“Kami juga mengundang partisipasi masyarakat, untuk menyampaikan informasi dan laporan dugaan kecurangan, serta penyimpangan prosedur UN, termasuk peredaran soal atau contoh soal yang identik dari website atau blog di inter­net,” katanya.

Haneda mengatakan, ma­syarakat yang mendapat infor­masi terkait kecurangan pelak­sanaan UN untuk melapor ke Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat. Masyarakat bisa menyampaikan secara lang­sung dengan datang ke Kantor Ombudsman RI Perwakilan Jawa Barat di Jalan Kebon Waru Utara Nomor 01. Masyarakat juga bisa memberikan infor­masi melalui telepon di nomor 022-7103733 atau SMS pengad­uan melalui nomor 0897-6449- 566. “Untuk keamanan, pel­apor atau pemberi informasi dapat meminta agar identitas­nya dirahasiakan,” tandasnya.

(Abdul Kadir Basalamah|Yuska Apitya)

============================================================
============================================================
============================================================