anggota

Oleh: HERI CAHYONO
Wakil Ketua DPRD Kota Bogor

Sebagai suatu daerah yang dekat dengan Ibu­kota, tentu Kota Bogor mendapatkan banyak sekali limpahan dan dampak yang muncul dari po­lemik sosial di Ibukota.

Dampak tersebut bisa positif bisa juga negatif, jika kita mampu menangkap semua peluang, se­benarnya kita akan memperoleh berkah yang luar biasa dan tidak didapatkan di daerah manapun.

Begitu juga jika kita mampu mengatasi dan menghadapi semua dampak negatif yang di timbulkan bagi kedekatan kita dengan ibu­kota maka tentu kita akan bisa memperoleh kemajuan yang lebih cepat dibandingkan daerah lain­nya di indonesia.

Persoalan persoalan terkait dengan kemacetan, kebersihan kota, maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL), pendidikan dan lain-lain, menjadi tekanan tersendiri bagi para elite pemimpin di Kota Bogor.

Persoalan tersebut selalu membutuhkan tidak saja keseriu­san tetapi juga strategi yang tepat karena rumitnya masalah yg diha­dapi, sebagai contoh bagaimana kita ingin membersihkan daerah aliran Sungai Ciliwung, tatkala perilaku masyarakat terhadap hid­up bersih tidak digerakkan secara bersama-sama.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Rasanya mustahil kita berharap air Ciliwung menjadi bersih dan in­dah, walaupun tidak sedikit ormas, LSM dan kelompok masyarakat yang peduli dan selalu melakukan aksi bersih-bersih, begitu pula tat­kala kita mengharapkan kemac­etan lalu lintas itu bisa di atasi, tentu sangat sulit jika kesadaran dan perilaku para pengendara ti­dak sejalan dengan kebijakan para pemimpin di Kota Bogor.

Begitu pula masalah PKL, ke­bersihan kota serta pengentasan kemiskinan dengan program wajib belajar tentu dibutuh­kan kerja keras dan partisipasi semua pihak didalam mengatasi semua persoalan itu, lalu dimana peran para pemimpin dan di­mana peran warga? Jika kita mengutip semboyan dari nenek moyang kita bahwa kita be­rasal dari leluhur yang selalu hid­up bergotong royong, maka tentu semua persoalan tersebut tidak bisa diserahkan sepenuhnya ke­pada pemimpin formal yang ada di Kota Bogor.

Tetapi bagaimana pemimpin bisa memobilisasi dan mengerak­kan warga agar berpatisipasi di­dalam mengelola kota bogor dan ikut andil didalam semua tang­gungjawab jika itu bisa dilakukan maka semua persoalan yang ada bisa diatasi dengan mudah.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Seperti kata pepatah “Ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul”. Untuk memberikan ilus­trasi ini tidak terlalu sulit, misal­nya kita melihat program walikota terhadap penciptaan taman ta­man kota begitu luar biasa, tetapi yang selalu ada dibenak pikiran kita adalah kenapa kebijakan itu hanya dilakukan oleh pemerintah daerah saja.

Lalu bagaimana pemerintah menghadapi pemeliharaan taman yang begitu banyak, ini akan lebih mudah jika pemerintah mampu mengerakkan semua potensi lem­baga ekonomi yang menjalankan usaha di Bogor agar medukung ke­bijakan itu dan turut andil dalam aksi nyata.

Dan ini belum dilakukan, bagaimana kita lihat di depan kan­tor-kantor baik swasta maupun pemerintah yang kondisi lingkun­gannya tidak mencerminkan kein­dahan taman yang sejalan dengan kebijakan Pemkot Bogor.

Ini adalah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan bersama-sama. Tanpa harus menunggu aksi dari pejabat atau aparatur pemerintah setempat. Tapi, ger­akan perubahan dimulai dari diri kita masing-masing. Sekecil apa­pun itu. Mari kita memulai dari hal-hal yang kecil.(*)

============================================================
============================================================
============================================================