BOGOR TODAYÂ – Konsep pengembangan transÂportasi Light Rail Transit (LRT) masih belum jelas ujungnya. Pemkot Bogor masih menentang Peraturan Presiden (Perpres). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan, stasiun LRT difokuskan di Baranangsiang. Sementara WalikoÂta Bogor, Bima Arya, masih keukeh menginginkÂan stasiun di Tanah Baru, Bogor Utara. Benarkah ada titipan dari investor?
“Mungkin kawan-kawan di Pemerintah Pusat lupa dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang RenÂcana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor,†terang Usmar Hariman, Wakil Walikota Bogor kepada BOGOR TODAY, kemarin.
Menurut Usmar dalam aturan tersebut ditÂerangkan bahwa konsep tata ruang pembanÂgunan stasiun LRT tidak ditujukan di Terminal Barangsiang Bogor, melainkan di Kedung Halang atau Tanah Baru. “Kita konsepkan disana agar wilayah disana bisa lebih hidup transportasinÂya,†ujar Usmar.
Mimpi Pemkot Bogor untuk mengusulkan pembangunan stasiun LRT dipindah dari TermiÂnal Baranangsiang ke arah Tanah Baru atau KeÂdung Halang mulai menemukan titik terang kemÂbali. Pasalnya, Suharto yang beberapa waktu lalu menjabat sebagai Kepala Badan Pembangunan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kota Bogor telah naik jabatan menjadi Direktur Perencanaan dan Pembangunan Transportasi Jabodetabek, KeÂmentrian Perhubungan (Kemenhub).
“Master plan pembangunan di Kota Bogor Suharto, Ia juga mengusulkan pembangunan LRT tidak berujung di Terminal Baranangsiang. Pihaknya telah mempunyai konsep yang matang terkait pembangunan ini,†tambah Usmar.
Hal tersebut merupakan angin segar bagi Pemkot Bogor, Usmar mengatakan sebelum berÂpamit meninggalkan Kota Bogor, mantan Kepala Bappeda Kota Bogor ini telah mengatakan akan membawa persoalan-persoalan yang telah menÂjadi tanggung jawabnya selama menjabat sebagai Kepala Bappeda Kota Bogor. “Aturan formal terÂkait dengan surat resmi belum kita sampaikan, namun Suharto lebih mengerti apa yang dibuÂtuhkan oleh Kota Bogor, bukan tidak mungkin pembangunan LRT akan terealisasikan di Tanah Baru atau Kedung Halang melihat posisi Suharto saat ini,†tandas Usmar.
Terpisah, Walikota Bogor, Bima Arya memÂbenarkan bahwa posisi Suharto sebagai Direktur Perencanaan dan Pembangunan Transportasi JaÂbodetabek, Kementrian Perhubungan merupakÂan tempat yang mampu menentukan pengemÂbangan transportasi seJabodetabek.
Mengenai surat resmi, Bima mengaku PemÂkot Bogor belum mengirimkannya kepada SuÂharto. “Sesegera mungkin kita sampaikan, minÂggu depan akan coba kita sampaikan soal LRT, Baranangsiang. Konsep pembangunan Kota BoÂgor arahnya kemana biar Suharto yang menyamÂpaikan di forum-forum rapat,†pungkasnya.
Sebelumnya, kebijakan Presiden Joko WidoÂdo yang tertuang dalam Perpres Nomor 98 TaÂhun 2015 Tentang Percepatan LRT Terintegrasi Wilayah Penyangga Ibu Kota itu, bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Tata Kota dalam mengatasi kemacetan di pusat Kota Bogor.
“Ketika saya lihat presentasi awal proyek itu, saya langsung terpikir jika proyek ini bertentanÂgan dengan RTRW dan Tata Kota kita, yang kaiÂtannya erat dengan pengurangan beban di tenÂgah kota,†kata Bima.
Bima mengaku sempat mengusulkan meÂmindahkan rute LRT Cibubur-Bogor itu ke TaÂnah Baru, yang jauh dari pusat kota. “Saat itu juga saya spontan mengusulkan (memindah) ke Tanah Baru saja. Tapi persoalannya, Perpres ini harus diubah. Karena dalam peraturan itu bukan ke Tanah Baru, tapi ke Baranangsiang. KemudiÂan, jika ke Tanah Baru, kita harus bekerja keras untuk menyiapkan backup sistem. Jangan samÂpai nanti LRT masuk, tapi orang susah ke situ,†tukasnya.
Ingin lebih mudah, kata dia, jika memang proyek LRT ini akan masuk Kota Bogor pada Juni 2018, harus menyediakan infrastruktur atau backup sistem.“Di sisi lain, ini bertentangan dengan niat kita menggeser ke pinggir. Memang backup sistem lebih mudah di Baranangsiang, tapi saya khawatir agak panjang lagi prosesnya kalau kita tarik ke pinggir, akhirnya ada opsi, keduanya saja (Tanah Baru-Baranangsiang),†tambahnya.
Kajian ulang pun perlu dilakukan jika meruÂjuk pada opsi tersebut. “Ya, karena mobilitas warga antara Tanah Baru-Baranangsiang, akan ada stasiun-stasiun yang menjadi daya tarik orang di situ untuk berwirausaha. Kemudian tinggi tiang pancang rel LRT itu 35 meter, sedanÂgkan Tugu Kujang sendiri 25 meter. Mau dibuat kamuflase apapun, saya tidak bisa membayangÂkan tiang pancang LRT itu mengganggu estetika Tugu Kujang, makanya saya tidak setuju,†ungÂkapnya.
“Jadi nantinya, LRT yang melintas melalui Tol Jagorawi itu diupayakan tidak berakhir di Baranangsiang. Kita sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan soal pemindahan rencana stasiun LRT di Baranangsiang ke KeÂdunghlang. Sehingga, LRT masuk melalui Sentul City ke Tanah Baru dan ke Kedunghalang,†tamÂbah Suharto.
Untuk melayani masyarakat yang ada di pusat kota atau Baranangsiang, pihaknya menÂgusulkan menyelenggarakan angkutan massal sejenis kereta trem. “Nantinya, untuk menuju ke Baranangsiang akan dilanjutkan dengan mengÂgunakan trem. Pemindahan Stasiun BaranangÂsiang ke Kedunghalang/Tanah Baru ini, sudah berdasarkan kajian yang disetujui Wali Kota,†pungkasnya.
(Abdul Kadir Basalamah)