SEORANG pemuda kritis bertanya kepada seorang ustadz tentang alasan Allah menguÂlang-ulang beberapa kaÂlimat dalam Al-Qur’an, padahal dalam standar penulisan ilmiah penÂgulangan itu adalah pemborosan kata yang tak penting. Surat Al- Rahman dianggap seÂbagai salah satu bentuk pengulangan yang tak perlu. “Fa biayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan,†ayat yang diÂualng-ulang.
Ustadz tersebut menjawab, “Bagi pemÂbenci, pengulangan adalah membosankan dan melelahkan. Sementara bagi pecinta, pengulangan adalah penekanan cinta dan kasih sayang.†Siapa yang bosan pada penguÂlangan kalimat dalam Alqur’an, maka dapat dipastikan orang itu belum memiliki cinta keÂpada Allah dan Alur’an.
Bukankah bacaan-bacaan shalat selalu diulang-ulang setiap waktu dan setiap hari? Bosankah? Cukupkah berkata kepada Allah setelah takbiratul ihram “idem ya Allah, alias sama dengan sebelumnya?†Ternyata Allah mengajarkan kita untuk cinta dengan cara mengulang-ulang kata yang melambangkan komitmen. (*)