alfian mujani 240SEORANG pemuda kritis bertanya kepada seorang ustadz tentang alasan Allah mengu­lang-ulang beberapa ka­limat dalam Al-Qur’an, padahal dalam standar penulisan ilmiah pen­gulangan itu adalah pemborosan kata yang tak penting. Surat Al- Rahman dianggap se­bagai salah satu bentuk pengulangan yang tak perlu. “Fa biayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan,” ayat yang di­ualng-ulang.

Ustadz tersebut menjawab, “Bagi pem­benci, pengulangan adalah membosankan dan melelahkan. Sementara bagi pecinta, pengulangan adalah penekanan cinta dan kasih sayang.” Siapa yang bosan pada pengu­langan kalimat dalam Alqur’an, maka dapat dipastikan orang itu belum memiliki cinta ke­pada Allah dan Alur’an.

Bukankah bacaan-bacaan shalat selalu diulang-ulang setiap waktu dan setiap hari? Bosankah? Cukupkah berkata kepada Allah setelah takbiratul ihram “idem ya Allah, alias sama dengan sebelumnya?” Ternyata Allah mengajarkan kita untuk cinta dengan cara mengulang-ulang kata yang melambangkan komitmen. (*)

============================================================
============================================================
============================================================