983852_736325643150386_7084233886101699230_nBUDAYA di Indonesia itu bermacam-macam dan beragam jenisnya di setiap daerah. Tak banyak orang tahu mengenai perbedaan budaya satu dengan yang lainnya, padahal dari sana bisa terlihat keunikan yang bisa dijual sebagai bentuk pariwisata setiap daerah.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Hal itu yang membuat seorang Rudy Badil Wartawan Senior Kompas grup yang telah mengabdi 32 tahun terjun langsung mengorek budaya di setiap daerah di Indonesia. Karena selain suka akan budaya, banyak nilai yang terkandung yang dapat diaplikasikan ke dalam ke­hidupan sehari-hari.

Dengan berpro­fesi sebagai penulis ia ceritakan tahap demi tahap ten­tang keberaga­man budaya yang ada di Indo­nesia yang ia tu­angkan melalui tulisan hingga sebuah buku.

Dengan segu­dang pengala­man yang ia punya, Wartawan koran ini berkesempatan untuk bertatap muka untuk men­gobrol seputar pengalaman­nya.

Sosok blak-blakan menjadi satu pengalaman yang cukup men­gasyikan. Kesan pertama yang di dapat dari figur ini ketika pertama kali berte­mu adalah gagah.

Walau menggunakan tongkat un­tuk membantu beliau berjalan, namun ke’gagahannya’ di usianya yang ke 65 tahun masih terasa. Saya langsung me­nyapanya dengan om dan kami berkenalan.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Jumat 19 April 2024

Om Rudy, begitu biasa ia dipanggil, mengatakan jarang membawa pen ini (padahal dia jurnalis), ma­sih hafal seluruh perjala­nannya dalam memori otaknya.

Sudah banyak tempat yang dikunjungi untuk diliput, ceritanya sangat penuh dengan ketegangan. Pria keturunan Tionghoa ini juga pernah merasakan pen­galaman mengadakan perjalanan off-road, dari Atambua menuju Aceh selama 56 hari di tahun 2006.

“Tahun 2006 juga meru­pakan tahun terakhir saya menjalani pro­fesi sebagai seorang wartawan, namun sangat menge­sankan,” ujar pria yang kini aktif dalam organisasi Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (Foksi).

Dengan sangat an­tusias Rudy melanjutkan cerita tentang per­jalanannya menjela­jahi kalimantan dari Sa­marinda menuju Pontianak selama dua bulan.

Masuk hutan, menelusuri sungai, menanjak bukit dan sebagainya. “Itu adalah pengalaman yang paling saya sukai,” tuturnya.

Cerita lainnya, sambung Rudy adalah bagaimana pria jebolan Sastra Antropoligi Uni­versitas Indonesia Tahun 69 ini dan rekan-rekannya membawa rom­bongan suku asmat Papua ke Belanda.

Ia mengajarkan orang-orang suku asmat ini untuk be­lajar menggunakan eskalator disalah satu mall di Jakarta. “Saya lupa jumlah orang yang dibawanya, tapi yang pasti banyak,” urainya sambil mengingat-ingat.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrim

Stroke yang dialaminya tahun 2002 ti­dak membuat beliau berhenti berproduktif dalam melakukan kegiatannya sebagai jur­nalis. Kini setelah enam tahun pensiun dari profesi wartawan, Rudy tetap menggarap proyek menulisnya.

“Ada beberapa buku yang saya tulis, dian­taranya Soe Hok Gie, Kretek Jawa (gaya hidup lintas budaya),” kata pria yang juga pernah pernah mengajar sebagai dosen di Universi­tas Cendrawasih (Uncen) bidang antropologi.

Tak hanya itu, ada beberapa proyek buku yang ingin dia tulis dan dasyatnya, proyek-proyek bukunya itu mengangkat budaya In­donesia.

Memang tak ada habisnya jika harus men­gulik dan mendengarkan seorang wartawan bercerita, banyak pengalaman yang bisa di dapat dari ceritanya.

Belum lagi cerita unik lainnya yang tidak mungkin dituliskan disini satu persatu. Mak­lum panjang dan lama.

Itulah sedikit cerita tentang pertemuan dengan sosok Rudy Badil. Sosok yang gagah dan punya segudang pengalaman tentang budaya Indonesia.

Dan satu lagi, ternyata, Rudy juga ternya­ta salah satu penggagas berdirinya Warkop DKI yang eksis melalui radio dan film di ta­hun 70-90-an.

(Latifa Fitria)

============================================================
============================================================
============================================================