Untitled-12JAKARTA, TODAY — Harga eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dan Pertalite segera turun lagi. PT Pertamina (Persero) sedang menghitung kembali harga Pertamax dan Pertalite mulai pekan depan, atau mulai 1 Maret 2016. Semen­tara untuk jenis Premium dan Solar masih dikaji bersama DPR RI.

Direktur Pemasaran dan Niaga Per­tamina Ahmad Bambang mengatakan perseroan akan menurunkan harga BBM berkadar research octane number (RON) 92 dan 90 tersebut mulai 1 Maret 2016 aki­bat penurunan harga minyak dunia. “Ka­lau BBM yang wewenang kami, ya harganya kami sesuaikan,” kata pria yang akrab disapa Abe saat ditemui di Terminal 3 Ulti­mate Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Rabu (24/2/2016).

Saat ini, lanjut dia, perse­roan masih menghitung besaran penurunan harga kedua jenis bahan bakar itu. “Penurunan (harga Per­talite dan Pertamax) lagi dihitung. Kami menunggu rata-rata harga minyak sampai 29 Februari lah,” ujarnya.

Sebagai informasi, Pertamina per 5 Februari 2016 lalu memasarkan Pertamax di wilayah Jakarta dan Jawa Barat seharga Rp8.150 per liter dan Per­talite dengan banderol Rp7.600 per liter.

Terkait banyaknya SPBU yang nakal, Ahmad Bamban, mengatakan saat ini ada tiga SPBU di wilayah Madiun yang sedang diberi sanksi, yaitu SPBU di Jalan D.I. Pan­jaitan dan SPBU di Jalan Diponegoro di Kota Madiun, satu SPBU di Jalan Urip Su­moharjo yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Madiun. “SPBU yang kami tegur karena ada oknum operator SPBU yang ti­dak melakukan pelayanan sesuai standar Pertamina,” jelas Ahmad Bambang.

Putus Hubungan Usaha

Lebih lanjut Ahmad Bambang me­nyatakan perusahaannya sangat tegas dan tidak pandang bulu apabila menemukan SPBU yang melakukan pelanggaran. Upaya pembinaan dilakukan mulai dari teguran, skorsing hingga PHU (Pemutusan Hubun­gan Usaha).

“Pertamina sangat tegas apabila men­emukan SPBU yang main-main. Kami tidak tutup mata, dan akan diberikan pembinaan sesuai porsi dan tingkat kesalahannya. Mu­lai dari yang ringan yaitu teguran atau surat peringatan, pengurangan alokasi, skors­ing, hingga PHU jika kesalahan sangat fatal seperti menjual BBM subsidi ke industri,” tegasnya.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut, Pelajar SMA di Brebes Tewas usai Terlindas Dump Truk

Sementara itu, Komisi VII DPR meminta pemerintah menurunkan harga BBM. Alasan­nya, harga minyak dunia sedang turun. “Ti­dak ada lagi alasan pemerintah untuk tidak menurunkan harga BBM,” ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR, Mulyadi di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. “Untuk masalah kepentingan masyarakat luas, maka selay­aknya pemerintah segera menyikapi masalah ini. Jangan sampai seakan-akan rakyat yang menyubsidi pemerintah,” sambungnya.

Menurut dia, sistem penyesuaian harga yang diterapkan saat ini kurang tepat. “Tapi kalau pemerintah tetap ingin mengikuti dan menggunakan pola fluktuasi harga pasar minyak dunia, maka pemerintah juga harus bersikap konsisten,” jelasnya. Sekadar dik­etahui, pemerintah telah menurunkan harga BBM sejak 5 Januari 2015. Penurunan itu leb­ih besar jika dibandingkan dengan apa yang diumumkan di 23 Desember 2015 lalu. Ini di­karenakan pemerintah menunda penerapan pungutan dana ketahanan energi (DKE).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menjelaskan, setelah pem­berlakukan pungutan DKE ditunda, maka penurunan harga BBM subsidi atau BBM Jenis Solar dan Premium akan sesuai den­gan harga keekonomiannya. Rinciannya, BBM jenis Solar turun dari Rp6.700 per liter menjadi ke Rp5.650 per liter. Sedang­kan untuk Premium non Jawa Madura Bali (Jamali) turun dari Rp7.300 per liter men­jadi Rp6.950 per liter. Pertamina juga akan menurunkan produk-produk yang lain atau BBM non subsidi. Pertalite turun Rp350 per liter dari Rp 8.250 per liter menjadi Rp 7.900 per liter. Rencananya, per 1 April nanti, pemerintah akan menentukan sikap terkait penyesuaian harga BBM.

Menyambut kebijakan penurunan harga BBM ini, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bogor, Erik Suganda, menyambut baik keputusan Pertamina ini. “Namun, masih belum terlalu ngefek untuk di tingkat industri. Yang paling sig­nifikan dampaknya adalah saat harga solar dan premium turun. Jelas, iklim bisnis akan lebih bergeliat,” kata dia, kemarin.

BACA JUGA :  Ada Efek Jika Minum Kopi Setelah Makan Daging? Simak Ini

Pasarkan Solarlite

Tak hanya memangkas harga BBM, PT Pertamina (Persero) juga akan meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar den­gan varian baru. Nama solar jenis baru ini diberi julukan solarlite. Harganya tidak akan tinggi, diantaranya harga pertamax dex (so­lar nonsubsidi) dan bioslar (solar subsidi). Lebih spesifiknya, harga solar jenis baru nantinya berkisar Rp8.000 per liter. “Kita tidak ingin (harga solar jenis baru) mahal-mahal. Nanti dihitung dulu,” kata Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Ahmad Bambang di Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (24/2/2016).

Ahmad Bambang menggambarkan, kualitas solar jenis baru berada di antara biosolar dan Pertamina Dex. Kandungan sulfur dari solar jenis baru sekitar 1.000 ppm. “Kualitas antara pertamax dex dan so­lar. Perkiraan kalau solar biasa kandungan sulfurnya 3.500 ppm, ini (solar jenis baru) 1.000-an ppm,” paparnya.

Begitu pula dengan kadar cetane num­ber (CN) yang akan lebih baik dari solar bi­asa, yakni CN 48. Solar jenis baru akan me­miliki kadar CN 51. “ Cetane number dari 48 naik ke 51. Kalau (pertamax) dex 52-53, kita 51,” terangnya.

Tujuan dikeluarkannya solar jenis baru hampir sama diluncurkannya pertalite. Yak­ni, memberikan pilihan baru bagi masyara­kat untuk menikmati BBM dengan kualitas bagus dengan harga miring.

“Tujuannya supaya mobil common ja­lan bagus. Tidak perlu pakai BBM yang san­gat mahal, tapi sudah jalan bagus. Sekarang kijang Innova diesel, kalau pakai solar biasa dicampur FAME agak masalah. Artinya, orang pada ngomong tarikannya kurang. Nah, ini yang lebih bagus,” tandasnya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================