JAKARTA, TODAY — Kabar gembira bagi pengguna setia bahan bakar jenis Pertamax dan Pertalite. Pertamina resmi menurunkan harga kedua jenis bahan bakar minyak non subÂsidi ini per 1 September 2015.
Untuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung dan Bekasi, PertaÂmax 92 yang sebelumnya diÂjual Rp 9.350, turun menjadi Rp 9.000. Penurunan harga juga berlaku untuk Pertalite. BBM dengan kadar RON 90 ini sebelumnya dijual Rp 8.400, kini tuÂrun jadi Rp 8.300 atau turun Rp 100.
Penurunan harga ini berlaku secara nasional. Untuk harga PerÂtalite, sudah merata berada di angka Rp 8.300. Namun harga Pertamax masih beda-beda. Di wilayah Jawa Timur, harga Pertamax per 1 SeptemÂber dijual Rp 9.100, lebih mahal Rp 100 dari Jabodetabek.
Sementara Premium dan juga solar tetap alias tidak mengalami penurunan.
Assitant Manager External Relation Pertamina Marketing Operation Region (MOR ) V Heppy Wulansari menjelaskan, kecenderungan penurunan harga sudah dimulai pertengahan Agustus seiring lesuÂnya pasar minyak dunia.
Kendati saat ini nilai tukar rupiah terus melemah, lanjutnya, harga minyak dunia cenderung turun secara signifikan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang berimÂbas pada turunnya harga BBM non subsidi. Dengan penurunan harga ini, Pertamina berharap penjualan Pertamax akan terus naik, apalagi selisih dengan Pertalite juga hanya Rp 800 per liter.
Untuk mendorong gairah konsumen, Pertamina MOR V sudah merancang proÂgram promosi Pertamax antara lain pemÂbagian merchandise kepada konsumen pada Hari Pelanggan yang jatuh pada 4 September 2015.
Sementara itu, harga minyak dunia jatuh pada Rabu(2/9/2015) karena data manufaktur mengecewakan di TiongÂkok, konsumen energi terbesar di dunia, memukul prospek permintaan dan mengÂguncang kepercayaan pasar.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, kehilangan USD 3,79 atau 7,7 persen, menjadi ditutup pada USD 45,41 per barel di New York Mercantile ExÂchange, lapor AFP.
Aksi jual menghentikan kenaikan kuat WTI selama tiga hari berturut-turut yang telah mendorong kontrak berjangka naik lebih dari 27 persen, berbalik naik (reÂbound) dari tingkat terendah enam setenÂgah tahun.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober berakhir di USD 49,56 per barel, menukik USD4,59 atau 8,5 persen, dari penutupan Senin.
Kesulitan ekonomi Tiongkok sekali lagi memukul pasar di seluruh dunia. Data resmi yang dirilis pada pagi hari menunÂjukkan sektor manufaktur kunci negara itu terhenti pada Agustus. Indeks pembelian manajer (PMI) merosot ke terendah dalam tiga tahun di USD 49,7 pada Agustus dari USD 50,0 pada Juli. Angka di bawah USD 50 menunjukkan kontraksi.
Raksasa keuangan AS Citigroup menÂgatakan bahwa Tiongkok mendorong harga komoditas-komoditas, termasuk minyak, lebih rendah “yang belum pernah sebelumÂnya. “Kami perkirakan Tiongkok akan terus menekan turun harga komoditas dalam beÂberapa bulan mendatang,†katanya.
Pertumbuhan manufaktur juga tamÂpak terhenti di ekonomi utama dunia Amerika Serikat. Indeks pembelian manaÂjer (PMI) sektor manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) meluncur lebih dekat dengan kontraksi pada AgusÂtus, jatuh menjadi USD 51,1, terendah taÂhun ini, dari USD 52,7 pada Juli.
Para analis mengatakan kelebihan paÂsokan minyak mentah global tetap menÂjadi hambatan pada harga, meskipun berÂbalik naik tajam dalam tiga hari terakhir. “Meskipun produksi AS telah mulai turun, produksi Juni masih naik 7,1 persen dibandÂing setahun lalu,†kata Nicholas Teo, analis pasar di CMC Markets. “Dalam waktu dekat, ada kemungkinan akan sedikit atau tidak ada bantuan baik pada sisi pasokan atau permintaan,†kata konsultan bisnis IHS. “Secara khusus, masalah kelebihan pasoÂkan bisa memakan waktu yang lama untuk terkoreksi,†tandas Teo.
(Yuska Apitya Aji)