ROSARIO, Today – Pembalap asal Prancis, Stephane Peterhansel, menÂjadi juara bersama tim Peugeot. Pria berusia 50 tahun tersebut bermain aman hingga menyentuh garis finis tanpa kendala di etape ke-13, Rio CuÂarto, Argentina, Minggu (16/1/2016).
Dilansir dari Autosport, Minggu (17/1/2016), Peterhansel mengambil keputusan tepat dalam beberapa etape Belenke La Rioja saat rekan setimnya Carlos Sainz terhenti di 30 km dari garis finis.
Kemudian ia ngebut hingga finis dengan mempertahankan keungguÂlannya.
Posisi klasemen umum pun tak berubah yakni Peterhansel kokoh di puncak klasemen dengan keungguÂlan 40 menit 59 detik atas sang runÂner up, Al-Attiyah, lalu ketiga yakni Giniel de Villiers yang terpaut 1 jam 7 menit 16 detik.
Peterhansel menggeluti Reli DaÂkar sejak 1988 sedangkan ajang reli ini sudah berlangsung sejak 1979.
Ia memperoleh enam gelar perÂtamanya pada kategori motor pada 1991. Lalu gelar ke-11 secara keseluruÂhan diraihnya pada 2013 saat mengÂendarai Mini.
Berarti, Peterhansel telah menÂjadi legenda dengan memegang rekor titel terbanyak sepanjang masa Reli Dakar.
Dari total 13 etape yang digelar sejak 2 Januari lalu, Peterhansel menÂcatat waktu 45 jam, 22 menit dan 10. Pebalap yang memperkuat Team Peugeot Total itu unggul 34 menit dan 58 detik dari Nasser Al-Attiyah yang merupakan juara tahun lalu dan kini harus puas jadi runner up.
Sementara posisi tiga kategori mobil menjadi milik Giniel de VilÂliers. Bersama co-driver Dirk von Zitzewitz, Villiers mencatat waktu 46 jam, 24 menit dan 57 detik.
Ini merupakan gelar keenam PeÂterhansel di ajang Reli Dakar nomor mobil. Jika di total dia sudah 12 kali memenangi reli ketahanan paling populer itu, di mana enam kemenanÂgan lainnya dia raih di nomor motor.
“Terlalu dini untuk membicaraÂkan masa depan. Satu hal yang pasti, meraih jumlah kemenangan yang sama dari motor dan mobil adalah hal terbeÂsar terakhir dalam karier saya. SekaÂrang itu sudah terjadi, saya tidak berÂpikir ada hal lain yang bisa memotivasi saya,†ucap Peterhansel di Reuters.
Meski begitu, kemenangan PeterÂhansel belum final. Sebabnya adalah upaya banding yang diajukan Tim X-raid yang menuding Peterhansel melakukan pengisian bahan bakar secara ilegal di tengah balapan.
Rider KTM Juara
Pembalap KTM, Toby Price, menÂjuarai Reli Dakar 2016 kategori moÂtor. Hal ini terbilang mengejutkan lantaran tiga tahun lalu rider berkeÂbangsaan Australia tersebut menÂgalami patah leher yang mengancam karier balapnya.
Sejak etape pertama, Price sudah mendominasi lomba dan memiliki gap yang jauh dengan para rival. Meski finis keempat di etape pamungkas yang berÂjarak 180 kilometer, pembalap berusia 28 ini mengklaim titel setelah unggul 39 menit 41 detik dari rekan sendiri, Stefan Svitko, di klasemen umum.
Keberhasilan Price sekaligus mengukuhkan hegemoni KTM di katÂegori motor. Ini adalah titel ke-15 seÂcara beruntun yang didapat pabrikan asal Austria tersebut.
“Pada 2013 leher dia patah setelah berkompetisi di Amerika, dan itu membuat Anda berpikir mimpinÂya sudah tamat. Namun dengan nyali serta determinasi yang dimiliki, dia kembali membalap setelah enam buÂlan menepi pasca operasi leher. Toby telah bekerja keras dan selalu begitu untuk meniti mimpinya,†kata ayah Price, John Price, seperti dilansir ABC, Minggu (17/1/2016).
Ini tak hanya membanggakan bagi Price, tapi juga Australia. PasalÂnya, Price adalah orang pertama dari Negeri Kangguru yang menjadi juara dalam Reli Dakar. Dia bahkan sulit percaya bisa meraih gelar di ajang sulit seperti ini.
“Menjadi orang Australia perÂtama yang memenangi Dakar adalah hal gila. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa. Saya syok. Saya tak pernah berpikir bisa menjadi juara dalam partisipasi yang kedua. Ini luar biÂasa untuk keluarga, teman, dan para fans di Australia,†papar Price.
(Imam/net)