BOGOR, TODAY — Kota Bogor memulai sosialisasi penerapan plastik berbayar untuk menguÂrangi limbah sampah yang sulit terurai. Walikota Bogor Bima Arya menginstruksikan agar di Balaikota Bogor tidak ada lagi botol kemasan air mineral.
Intruksi tersebut Bima samÂpaikan termasuk juga dalam keÂsempatan rapat dinas. “Masing- masing membawa botol atau tempat air minum dan mengisinya di sumber air PDAM yang tersedia di Balaikota,†kata Bima, Minggu (21/2/2016).
Menurut Bima, hal tersebut meruÂpakan salah satu upaya untuk menguÂrangi volume sampah plastik di Kota Bogor. Gerakan tersebut akan disebar ke warga masyarakat mulai dari pelaÂjar SMP dan SMA melalui ibu-ibu PKK. “Kita lakukan ini supaya mengurangi sampah plastik dari sumbernya,†tutur Bima.
Terhitung mulai Senin(22/2/2016), kantong plastik berbayar senilai Rp 200. “Bagi yang akan berbelanja ke mini market silahkan pilih, mau bawa kantong sendiri yang ramah lingkunÂgan atau beli kantong plastik seharga 200 rupiah,†jelas Bima.
Politikus PAN itu menambahkan, gerakan tersebut bukan meminta unÂtuk membeli kantong plastik tetapi mengurangi sampah plastik. Tak hanya itu, Bima juga memerintahkan Pemkot Bogor terus menambah bank sampah yang sekarang jumlahnya sudah menÂcapai 41 dan akan menuju 68. Bima berÂpendapat, melalui hal tersebut maka warga bisa diedukasi bagaimana cara mengolah sampah.
Bima berharap, berbagai upaya yang dilakukan bisa membuat Bogor meraih kembali Piala Adipura. Ia menÂegaskan, sampah tidak bisa ditangani oleh pemerintah tanpa dukungan maÂsyarakat.
Bima juga berharap keputusan itu dilihat sebagai langkah maju buat menekan volume penggunaan kantong plastik. Pemkot Bogor, lanjut dia, juga akan melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan plastik berbayar di ritel-ritel dalam satu bulan mendatang, dan evalÂuasi berikutnya akan dilakukan dua bulan ke depan. Tidak menutup keÂmungkinan Pemkot Bogor menaikkan atau justru menggratiskan kembali kanÂtong plastik. “Jika dalam evaluasi kami tidak menemukan dampak signifikan dari penerapan kebijaksanaan plastik berbayar, tidak menutup kemungkinan akan dinaikkan, atau bisa juga digratisÂkan kembali bila pencapaiannya berhaÂsil,†ujar Bima.
Sementara itu, Ketua Umum AsoÂsiasi Pengusaha Ritel Indonesia (AprinÂdo), Roy Madey, menyebutkan, peritel akan membantu pemerintah mensosiaÂlisasikan terlebih dahulu, dan memberi pemahaman masyarakat melalui berbÂagai media, serta melakukan pemasanÂgan poster di toko supaya konsumen mengerti dampak negatif limbah plasÂtik bagi lingkungan.
“Jika implementasi kebijakan di daerah lebih dari Rp 200 per kantong plastik, dikhawatirkan dapat membuat tren belanja konsumen ke ritel modÂern menurun. Pemerintah juga harus melindungi semua sektor industri agar bisa tumbuh, termasuk sektor ritel beÂrada di hilir dan merupakan industri padat karya,†kata Roy.
Sementara itu, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya mencanangkan uji coba kantong plasÂtik berbayar mulai Minggu, 21 FebruÂari 2016. “Akan ada evaluasi sebelum diterapkan pada Juni,†katanya dalam peringatan Hari Peduli Sampah NasionÂal dalam car-free day di Bundaran HI, Jakarta, kemarin.
Supaya intens, kata Siti, evaluasi haÂrus dilakukan sebulan sekali dan menuÂrunkan petugas, termasuk petugas inÂdependen. Menurut Siti, dari uji coba ini, aspeknya akan keluar segala hal, termasuk yang berhubungan dengan kebijakan.
Direktur Pengelolaan Sampah KeÂmenterian LHK Sudirman mengatakan uji coba ini berlaku sejak pukul 07.30 WIB. Pemerintah menargetkan tahun ini kantong plastik berbayar sudah diÂgerakkan sedikitnya oleh 23 kota. Uji coba juga diterapkan di 23 kota itu. “Tapi mungkin ada yang belum siap.â€
Kota-kota tersebut antara lain JaÂkarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Tangerang, DeÂpok, Bekasi, Banda Aceh, Jayapura, dan Ambon. Sudirman mengatakan belum semua peretail menerapkan kantong plastik berbayar. Termasuk belum diterapkan di pasar tradisional. “Bertahap,†ujarnya. “Kami uji coba untuk produk-produk supermarket menengah ke atas,†tuturnya. MisalÂnya Alfamart dan Giant. Peretail yang melakukan uji coba itu 32 ribu perusaÂhaan di bawah Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Kementerian LHK menargetkan program ini dapat menurunkan miniÂmal 50 persen sampah plastik. Ia beruÂjar total sampah di Indonesia 64 juta ton per tahun, 14 persen di antaranya plastik. “Dengan gerakan ini, minimal 50 persen berkurang,†ucapnya.
Ia pun mengimbau masyarakat, saat berbelanja, membawa tas belanja sendiri. “Supaya plastik yang tidak raÂmah lingkungan dan sulit terurai oleh alam bisa dikurangi.â€
Harga kantong plastik di Bogor ternyata berbeda dengan yang diterapÂkan di DKI Jakarta. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyebutÂkan harga satu kantong plastik di Ibu Kota sebesar Rp 5.000 berlaku mulai Minggu(21/2/2016). “Uji coba selama empat bulan, nanti kami evaluasi lagi,†tuturnya.
Harga plastik untuk berbelanja yang mahal ini, kata Djarot, ditetapkan agar masyarakat tidak menyepelekan penÂgelolaan sampah. Ia takut, jika harga kantong plastik murah, masyarakat maÂsih mau membelinya. “Makanya saya tawarkan Rp 5.000. Kalau tidak mau, ya harus bawa kantong sendiri,†katanya.
Harga itu berlaku untuk semua jeÂnis kantong plastik. Nantinya, uang haÂsil pembelian kantong plastik itu akan dikembalikan kepada masyarakat. SayÂang, Djarot tak menjelaskan bagaimana mekanisme pengembalian uang hasil pembelian kantong plastik kepada maÂsyarakat tersebut.
Yang jelas, kata Djarot, pihaknya telah menyampaikan hal ini kepaÂda pengusaha retail. Pertimbangan pemerintah mewajibkan sampah plasÂtik berbayar seperti sekarang adalah sampah tersebut sudah terlalu banyak dan membebani lingkungan dalam 500 tahun ke depan. “Nanti secara bertaÂhap saya sampaikan ke pasar tradisÂional,†tandasnya. (Yuska Apitya Aji)