DI TENGAH-tengah anjloknya harga minyak dunia hingga di bawah USD 50 perbarel, pemeritah Indonesia justru berancang-ancang untuk menaikkan harga jual BBM jenis Premium.
YUSKA APITYA AJI
[email protected]
Direktorat Jenderal (Ditjen) KemenÂterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan kenaikan harga bahan bakar minyak bisa terjadi pada AgusÂtus, September, atau Oktober mendatang.
Prediksi kenaikan disampaikan DirekÂtur Jenderal Migas IGN Wiratmadja meÂlalui laman resmi Ditjen Migas. Menurut Wirat, jika naik pada Agustus, harga Premium diperkirakan mencapai Rp 8.000-8.200 perliter. Sedangkan harÂga solar belum naik, karena gejolak di pasar dunia tidak signifikan.
 Perhitungan harga Premium Rp 8.600 perliter berasal dari perhiÂtungan Direktorat terhadap harga minyak dunia selama enam bulan terakhir. Perhitungan juga berÂdasarkan asumsi kurs Rp 12.989 per dolar AS.
Menurut mantan Staf Ahli MenÂteri ESDM tersebut, opsi penyeÂsuaian harga menjadi per enam bulan adalah pilihan yang stabil. “Kondisi ekonomi masyarakat beÂlum siap terhadap sistem harga yang berubah-ubah setiap bulan,†ucap Wirat.
Wirat menolak jika penetapan harga tidak sesuai dengan kondisi harga minyak dunia yang menuÂrun. Perhitungan bulan Agustus bukan dilandasi patokan harga seÂjak Juli, melainkan sejak Februari. “Artinya kalau harga minyak hari ini turun atau naik, itu tidak pentÂing. Yang penting adalah rata-ratÂanya berapa,†kata Wirat.
Rencana kenaikan ini menjadi berlawanan dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyebut bahwa harga BBM berÂsubsidi dalam waktu dekat belum ada fluktuasi. Selain itu, menurut Sudirman, ada selisih untung dari penurunan harga minyak dunia sejak awal Juli lalu yang dapat diÂgunakan untuk mengkompensasi kerugian Pertamina.
Namun saat dikonfirmasi soal ini, Menteri ESDM Sudirman Said masih enggan berkomentar. “Nanti saja kita bahas,†ujarnya selepas halalbihalal dengan SKK Migas dan perusahaan kontraktor migas, kemarin.
Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah, yang mensubsidi dan mengatur penjualan bahan bakar bensin, solar (diesel), dan minÂyak tanah secara eceran melalui Pertamina. Bahan bakar minyak sebagai komoditas penting yang diÂgunakan hampir setiap orang, harÂganya dapat memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu penetapan harga bahan bakar minyak sangat penting. Harga bahan bakar minÂyak juga menjadi penentu bagi “besar kecilnya†defisit anggaran. Tetapi harga bahan bakar minyak pada sisi yang lain dapat membeÂbani rakyat miskin, apabila penetaÂpannya tergolong tinggi.
Tak jarang penetapan harga baÂhan bakar minyak selalu diikuti keÂnaikan harga-harga bahan lainnya, walaupun tidak ada “komando†bagi kenaikannya sebagaimana keÂnaikan harga bahan bakar minyak.
Pemerintah resmi menuÂrunkan harga BBM Premium dari Rp8.500 perliter menjadi Rp7.600 perliter per 1 Januari 2015. BBM RON 88 tersebut juga sudah tiÂdak lagi disubsidi Pemerintah per 1 Januari 2015. “Premium Rp7.600 perliter itu berdasarkan harga minyak Indonesia (ICP) yang sebesar USD60 barel denÂgan kurs Rp12.300 per USD,†kata Sudirman Said.
Seperti diketahui, selain mengÂhapus subsidi untuk BBM PremiÂum, pemerintah juga telah memÂberikan subsidi sebesar Rp1.000 untuk solar.
Sementara itu, data yang diÂhimpun BOGOR TODAY, harga minÂyak di perdagangan Dunia, pada Rabu(29/7/2015) turun signifikan. Ini terjadi karena adanya kekhaÂwatiran kelebihan pasokan minyak dunia dan stok minyak Amerika Serikat (AS), serta pelemahan dolar AS terhadap mata uang lain seperti euro.
Investor Asia memperkirakan produksi minyak negara-negara OPEC mencapai sekitar 3 juta barel per hari. Angka ini lebih tinggi dari permintaan harian di kuartal-II 2015. “Kata kuncinya, kelebihan pasokan†kata Kepala Analis Pasar di MCM Markets di Sydney, Ric Spooner, seperti dilansir CNBC, Rabu (29/7/2015).
Berdasarkan data Reuters yang dikutip CNBC, OPEC memproduksi minyak sebanyak 31.250.000 barel per hari pada kuartal II-2015, padaÂhal permintaan minyak dunia hanÂya 28.260.000 barel per hari.
Apalagi, harga minyak Brent berdasarkan kontrak pembelian untuk pengiriman September tuÂrun USD 14 sen menjadi USD 53,16 per barel. Sebelumnya harga minÂyak Brent juga anjlok USD 17 sen pada sesi sebelumnya USD 52,28 per barel atau terendah sejak 2 Februari, saat itu harga minyak jatuh akibat kekhawatiran jatuhnya pasar saham China.
Sedangkan harga minyak menÂtah AS untuk pengiriman SeptemÂber turun USD 12 sen menjadi USD 47,86 per barel, setelah mengakhiri sesi sebelumnya naik 59 sen.
Investor juga menunggu hasil dari pertemuan Federal Reserve AS pada Rabu yang berencana meÂnaikkan suku bunga AS pada awal September. Hal ini akan membuat dolar AS makin menguat. Hal ini akan membuat harga minyak bakal lebih mahal bila menggunakan mata uang selain dolar AS.
Ric Spooner mengharapkan, The Fed segera merealisasikan renÂcana menaikkan suku bunga tahun ini. “Tapi tingkat kenaikan akan sangat sederhana,†katanya.
Seperti diketahui, dolar AS tergelincir terhadap enam mata uang utama di perdagangan Asia pada Rabu, sementara euro menÂguat terhadap dolar. Indeks dolar turun menjadi 96,505, atau 0,27%, setelah penutupan di 96,745 pada sesi sebelumnya. (*)