JAKARTA, TODAY — Presiden Joko Widodo tak punya niat sedikit pun untuk mengubah target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang ditargetkan selesai tahun 2019. Ini berarti wacana Menteri Koordinator KeÂmaritiman Rizal Ramli untuk mengevaluasi target pemÂbangunan pembangkit listrik tersebut diabagikan.
“Presiden sudah mengatakan, tarÂget tidak akan diturunkan tapi tugas para menteri semuanya mencari solusi supaya target itu tercapai,†ujar MenÂteri ESDM Sudirman Said di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta, MinÂggu (30/8/2015).
Sudirman yang berbicara dalam forum diskusi tentang energi menjelasÂkan, saat ini pemerintah terus menggenjot pembangunan pembangÂkit listrik di beberapa daerah. DitargetÂkan, proyek 35.000 MW akan rampung dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
“Saat ini sudah 20% konstruksi terbangun baik pembangkit maupun transmisi, kemudian tahun ini Insya Allah sisa 7.000 MW, 4000-an akan selesai karena lebih dari 70% sisa-sisa proyek yang Fast Track Program (FTP) 1 itu penyelesaiannya sudah di atas 80%,†sebutnya.
Sudirman optimistis, paling tidak di tahun ini bisa menyelesaikan 10.000 MW dari target 35.000 MW. “Kemudian yang baru 35.000 MW, tahun ini Insya Allah minimal 10.000 akan terkontrak, jadi IPP (listrik swasta) akan melakukan tanda tangan kerjasama jual beli power kepada PLN, jadi dari segi persiapan proyek rasanya kita cukup optimis, beÂgitu pun financing, saya belum melihat ada kendala sampai hari ini,†jelas dia.
Selain PLTU Batang di Jawa Tengah, berkapasitas 2 x 1.000 MW yang telah groundbreaking, proyek-proyek lain juga akan segera menyusul agar bisa mengejar target yang telah ditetapkan.
“Cirebon akan ekspansi, Tanjung Jati akan ekspansi, Cilacap juga akan ekspansi, ini yang membuat saya optiÂmis, saya kira kalau itu bergulir, jalan, itu akan mendorong persiapan-persiapan proyek lainnya, itu situasi di lapangan yang membuat saya yakin itu bisa diterÂuskan. Bulan-bulan ke depan akan ada terus groundbreaking, PPA, dan dinamiÂka luar biasa ke depan,†imbuhnya.
Tekad Presiden Jokowi untuk bisa membangun pembangkit listrik 35.000 MW dalam 5 tahun mendatang, sudah bulat. Ini dilakukan agar krisis listrik di Indonesia tak semakin parah.
Sudirman menilai, proyek tersebut harus bisa terlaksana. Ini bukan soal mampu atau tidak, namun keharusan. “Jadi kalau ditanya apakah yakin? Ini keharusan dan tantangan bagi kita,†ujarnya.
Sudirman menjelaskan, target pemÂbangunan pembangkit listrik 35.000 MW ini memang bukan tugas yang ringan. Harus dilakukan koordinasi dari berbagai pihak agar target bisa tercapai.
“Setelah 70 tahun merdeka, ada 50 pulau terdepan yang sudah dialiri lisÂtrik, ini harus diapresiasi. Itu PLN. Itu adalah amanah presiden. Kita mesti berusaha agar 50 pulau terluar lainÂnya juga bisa teraliri listrik. 35.000 MW ini bukan target yang ringan,†kata Sudirman.
Ia menjelaskan, listrik merupakan kebutuhan utama masyarakat IndoneÂsia. Banyak wilayah yang belum teraliri listrik. Melalui pembangunan pembangÂkit listrik 35.000 MW ini, rasio elektrifiÂkasi bisa dimaksimalkan. “Bicara listrik di Jakarta ini tidak ada kepentingan, tapi kalau yang pernah merasakan dalam kegelapan seperti saya di waktu kecil, listrik ini sesuatu luar biasa,†katanya.
Sudirman menyebutkan, saat ini konsumsi listrik per kapita per tahun masyarakat Indonesia masih rendah, hanya 800 Kwh, sementara di Malaysia sudah mencapai 2.500 Kwh.
“Rasanya target ini harus dipegang erat-erat bagaimana caranya mencapai itu. Satu pencapaian simbolik ketika proyek Batang itu di groundbreaking, di situlah terjadi koordinasi yang luar biasa dan pelaku usaha gimana bekerja sekeras-kerasnya. Mari kita berjuang untuk mewujudkan ini,†katanya.
(Alfian M|detik)