JAKARTA, TODAY — Produksi susu segar dalam negeri terus turun, sementara permintaan meningkat. Untuk kebutuÂhan produksi susu nasional dipenuhi dari bahan baku susu impor (skim powder) sekitar 80% dari keÂbutuhan nasional.
“Produksi susu dalam negeri saat ini tidak bisa memenuhi permintaan maÂsyarakat dalam negeri yang semakin tinggi. Sehingga dipenuhi dengan impor. Hampir 80% bahan baku susu, kita impor,†kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta, Jumat (5/2/2016).
Kurangnya pasokan bahan baku susu dari dalam negeri, turut dipiÂcu menurunnya kualitas sapi perah sebagai penghasil produk susu itu sendiri. “Banyak masalah menyebabÂkan produksi susu nasional semakin menurun antara lain, sulitnya pakan hijauan, mahalnya harga bahan baku pakan konsentrat, penurunan geneÂtik sapi perah dan manajemen peÂternakan yang belum optimal,†kata Wayan.
Ia mengatakan penurunan produkÂsi susu nasional terjadi sejak sejak keÂluarnya Inpres No. 4 Tahun 1998 yang mencabut Inpres 02 Tahun 1985 tenÂtang Persusuan.
Menurutnya, perlu pengaturan terÂkait harga dan pola kerja sama dengan perusahaan susu, selain membangun koperasi susu nasional.
Gabungan Koperasi Susu IndoneÂsia (GKSI) mengatakan produksi susu segar dalam negeri hanya sekitar 18% dari kebutuhan sehingga sisanya harus diimpor.
Padahal saat ini harga susu dunia mengalami penurunan akan tetapi seÂluruh produksi susu peternak tetap ditÂampung oleh industri pengolah susu sesuai dengan komitmen, yang diikuti dengan peningkatan kualitas susu. Kendala utama dalam pengembangan usaha sapi perah adalah keterbatasan lahan peternakan, GKSI berharap agar Lahan milik Pemerintah (Tanah PerhuÂtani dan atau perkebunan) dapat disÂewakan kepada koperasi untuk penaÂnaman rumput. Oleh karena itu, harus ada kebijakan yang radikal terhadap permasalahan lahan agar swasembada tahun 2020 bisa tercapai.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah dibanding negara-negara ASEÂAN lainnya. Tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 liter/tahun setara susu segar, masih jauh di bawah konsumsi per kapita negara-negara ASEAN lainÂnya.
Misalnya konsumsi susu Malaysia sebesar 36,2 kg/kapita/tahun, MyanÂmar 26,7 kg/kapita/tahun, Thailand 22,2 kg/kapita/tahun, dan Filipina 17,8 kg/kapita/tahun
Kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olaÂhan saat ini sekitar 3,8 juta ton dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri 798.000 ton (21 %). Sedangkan sisanya sebesar 3 juta ton (79%) maÂsih harus diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negÂara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
(Yuska Apitya/dtkf)