B1---27-7-2016-BisnisOleh : Yuska Apitya
[email protected]

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan kebijakan pembangunan sejuta rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Sayangnya, masih banyak kendala dihadapi oleh pengembang, seperti kurangnya dukungan dari perbankan pelaksana KPR dan sulitnya pasokan aliran listrik.

Program sejuta rumah murah dari Pak Presiden Jokowi itu sangat bagus sekali. Artinya, dengan program tersebut, kita punya semangat yang tinggi kembali,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo di sela meng­hadiri acara Preparatory Committee (PrepCom) 3 for Habitat III di Sura­baya, Senin (25/7/2016) malam.

Sayangnya, ada beberapa kend­ala yang dihadapi oleh pengembang pembangunan rumah murah untuk MBR seperti kurangnya dukungan dari perbankan pelaksana KPR.

“Kendalanya saat ini seperti lambatnya perbankan dalam melak­sanakan akad KPR. Jadi banyak rumah yang sudah jadi, sudah ada konsumennya, tapi dalam akad KPR-nya masih sangat lambat,” tu­turnya. “Kita berharap persoalan ini segera dievaluasi oleh perbankan pelaksana supaya lebih cepat lagi (merealisasikan KPR). Juga perlu dievaluasi oleh kementerian,” jelas­nya.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Es Jeruk Buah Potong untuk Takjil Dingin Kesukaan Keluarga

Selain itu, juga kurang dukun­gan pasokan listrik dari PLN, se­hingga perbankan juga enggan me­nyetujui KPR.

“Perbankan tidak mau meneri­ma KPR, karena belum tersedianya aliran listrik. Harusnya ada sinergi dari berbagai pihak untuk mendu­kung program sejuta rumah,” jelas­nya.

Terkait masalah perizinan, Eddy menilai dengan dikeluarkan­nya paket ekonomi yang ke-12 dari Presiden Jokowi, diharapkan sudah tidak menjadi kendala.

“Tapi kita menunggu peraturan teknisnya, agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan,” ujarnya.

Sedangkan pengadaan lahan, kata Eddy, masih bisa dimaklumi. Ia mengakui, untuk mencari lahan untuk rumah murah di tengah kota memang sulit, sehingga dipilihlah lokasi di kawasan pinggiran.

“Kalau mau ambil rumah murah di dalam kota itu nggak mungkin, karena tidak sesuai dengan harga lahannya,” terangnya.

BACA JUGA :  Minuman Segar, Es Doger Khas Betawi untuk Buka Puasa yang Nikmat

“Meskipun di daerah pinggiran tidak apa-apa, yang penting pemer­intah daerah setempat menyiapkan fasilitas jalannya, infrastruktur, maupun angkutan umumnya,” jelasnya.

Realisasi penjualan rumah un­tuk MBR yang dibangun pengem­bang dari Apersi pada tahun lalu mencapai 80.000 unit.Sedangkan hingga triwulan II tahun ini sudah mencapai 40.000-50.000 unit rumah murah yang sudah terjual.

“Tahun ini kita harapkan bisa terjual 100.000 unit atau minimal 80.000 unit,” katanya.

“Kita optimistis bisa menca­pai 100.000 unit. Apalagi dengan kebijakan tax amnesty, dana repa­triasi bisa diinvestasikan di properti atau mengembangkan perumahan, karena inilah saatnya membeli. Dan saya yakin dalam 6 bulan ke depan, properti ini akan bangkit dan boom­ing kembali,” tandasnya.

Pada umumnya developer menawarkan berbagai penawaran terkait skema pembayaran kepada para konsumen yang berniat mem­beli produk propertinya. Seperti tunai keras, tunai bertahap, dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

============================================================
============================================================
============================================================