BOGOR TODAYÂ – Jalur alternatif Bogor-Sukabumi atau tepatnya di Jalan Citrus-Cigombong, Kabupaten Bogor ditutup total akibat adanya pengerjaan proyek peningkatan jalan yang dikerjakan PT Taksaka Marina Nusantara. Penutupan jalan pun menuai protes keras dari warga dan aparat desa setempat.
Protes warga karena, pengerjaan proyek senilai Rp 3,4 miliar itu menutup total seluruh bagian jalan sehingga tidak menyisakan akses untuk warga dan sangat menghambat aktivitas warga serta meruÂgikan pengusaha setempat yang berada di sekitar proyek sepanjang 1.100 meter itu.
“Kami tidak setuju kalau jalan ditutup total. Ini jelas merugikan dan menghamÂbat aktivitas warga,†ujar Yayan Royani (45) warga Kampung Neglasari, KecaÂmatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Rabu (12/8/2015).
Warga lainnya, Nurdin (60) juga menÂgaku sangat keberatan karena jalan itu merupakan jalan utama kendaraan untuk melintas menuju Jalan Raya Bocimi.
“Sudah begitu, ditutup jalannya tanpa musyawarah kepada pihak perusahaan,†cetusnya.
Ia pun mengaku jika usaha air curahnÂya merugi karena akses jalan yang dituÂtup. “Terus terang saja, kami benar-benar dirugikan oleh pihak pelaksana proyek. Kami tidak bisa beroperasi selama jalan ini ditutup, sedangkan pajak setiap bulan tetap harus kami bayar,” tukasnya.
Tokoh masyarakat di Kecamatan CijeÂruk pun, Indra Sukarna (40) melontarkan hal serupa. Menurutnya, sangat wajar jika warga merasa keberatan karena penutuÂpan jalan secara total itu sudah melumÂpuhkan perekonomian warga.
Ia menjelaskan, sebelumnya pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Cijeruk bersaÂma unsur Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan MaÂsyarakat (LPM) telah mengundang tokoh masyarakat serta perwakilan perusahaan yang disaksikan anggota Polsek Cijeruk serta anggota Koramil, untuk mensosialÂisasikan tentang adanya penutupan jalan tersebut tanggal 7 Agustus 2015.
“Hal itu dilakukan, mengingat di wilayah Cijeruk terdapat beberapa peruÂsahaan yang nantinya terkena dampak, karena berada di jalan yang ditutup sepÂerti, PT Tirta Alam Semesta, PT Vania dan PT Nikara perusahaan AMDK (air minum dalam kemasan) serta empat perusahaan air curah,” ungkapnya.
Di berita acara sosialisasi itu, lanjutnya, warga menolak dan minta untuk sementaÂra penutupan jalan secara total tidak bisa dilakukan. Bahkan, warga juga minta lanÂdasan hukum tentang penutupan jalan itu.
“Pelaksana kami minta memperbaiki bahan material harus grade A. Untuk pengecoran sendiri agar jalan tidak diÂtutup total, pelaksana melaksanakan pengecorannya secara zig-zag,” paparnya.
Adanya penutupan jalan yang sudah dilakukan pelaksana, Indra menegaskan, warga akan melayangkan surat penolakan kepada Bupati Bogor agar jalan dibuka kembali. Sebab, pengecoran bisa dilakuÂkan secara bertahap dengan menutup jalur atau jalan bergiliran.
“Itu bisa dikerjakan sebelah-sebelah tanpa harus menutup jalan total. Kalau surat penolakan kami tidak didengar buÂpati, maka kami akan lakukan class action (gugatan publik) terhadap pelaksana sebÂagai tergugat satu dan Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kabupaten Bogor sebagai tergugat dua,” ancamnya.
Mengetahui penolakan warga, KeÂpala Unita Pelaksana Teknis (UPT) Jalan dan Jembatan DBMP Kabupaten Bogor wilayah Ciomas, Asep Suryana mengungÂkapkan, pihaknya akan segera memangÂgil pihak pelaksana untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
“Secepatnya kami akan panggil pelakÂsana proyek, yang jelas prosedur penÂingkatan Jalan dengan cara menutup jaÂlan total itu tidak dibebaskan,” jelasnya.
(Rishad Noviansyah)
